30. Celah

2.4K 139 1
                                    

Play: Produce 48 - Rumor


♬♬♬

"Sumpah, otak gue udah gak mampu lagi kalau harus terus nampung semua materi ini." Licia menidurkan kepalanya di atas meja perpustakaan. Bibirnya maju beberapa senti. Menghabiskan waktu istirahat di perpustakaan sama sekali tidak mengasikkan. Kalau yang ia baca adalah novel atau buku dongeng, mungkin Licia akan dengan senang hati bertahan di perpustakaan selama beberapa jam lamanya.

Tapi, yang saat ini berada di hadapannya adalah buku materi yang kemarin dia dan Regan beli. Hari ini mereka memutuskan untuk mulai belajar karena tinggal menghitung hari tes pertama akan di adakan. Walaupun hasil tes akan di nilai secara individu, tapi ada beberapa tes yang mengharuskan untuk berkelompok. Seperti olahraga, bahasa Indonesia, Inggris dan Perancis, seni budaya, matematika, dan beberapa mata pelajaran lainnya.

Licia sendiri lebih menekankan untuk belajar Matematika karena dia tau dia lemah pada bidang itu.  Dia harus bisa mendapatkan nilai yang memuaskan atau jika tidak Léo akan menghukumnya. Licia tidak ingin mengecewakan Léo, dia harus berusaha untuk mendapatkan nilai yang tinggi.

"Istirahat bentar ya?" tanya Licia memelas.

"Ok." Regan menyimpan bukunya. Mengikuti Licia, dia menidurkan kepalanya di atas meja, menatap Licia yang juga menatapnya.

"Menurut lo kita bakal dapet ranking gak?"

"Bakal," ucap Regan sangat yakin.

"Lo yakin banget kayaknya," Licia terkekeh.

"Bukan yakin lagi, tapi itu emang bakalan terjadi."

Licia tersenyum. Dia menyentuh luka yang ada di pipi Regan. "Belum sembuh?"

"Belum," jawab Regan. "Orang itu masih neror lo?"

Licia menggeleng. Sebenarnya orang itu masih menerornya. Tetapi, Licia tidak akan memberitahu Regan. Cukup sekali saja cowok itu terlibat dalam masalahnya. Karena saat ini, sepertinya orang itu sudah bertindak lebih nekat untuk menunjukan dirinya.

Malam tadi saat ia turun dari mobil Tristan, ia melihat seseorang berdiri di bawah tangga menuju rooftop tempat ia tinggal. Sepertinya orang itu melamun hingga ia tidak menyadari kalau ada mobil yang datang.

Baru ketika Licia menutup pintu mobil, orang itu terkejut dan berlari. Licia tidak bisa melihat orang itu karena dia memakai topeng bergambar elang. Tristan sempat turun dari mobil dan bertanya mengenai orang itu. Tetapi, Licia hanya menjawab kalo orang itu mungkin hanyalah orang iseng atau pencuri.

Tristan menyarankan Licia untuk menginap di tempat mereka lagi. Tetapi, Licia dengan tegas menolaknya. Kemarin itu keadaannya gawat. Shane demam tinggi. Sementara sekarang, dia sudah baikan. Maka, tidak ada alasan lagi bagi Licia untuk menginap di rumah yang di huni oleh lima cowok itu.

"Lo gapapa?" tanya Licia melihat raut wajah Regan yang kalut.

Regan menggeleng. "Sejak kapan lo pacaran sama Shane?"

"Sekitar sebulan yang lalu, tepatnya sewaktu tes eskul."

"Lo sayang sama Shane?"

Licia mengerutkan keningnya. Kenapa tiba-tiba Regan tertarik dengan urusan percintaannya? Tapi, tak urung dia menjawabnya juga. "Gue sayang sama dia."

"Kalo seandainya lo tau pacar lo itu brengsek gimana?"

"Hah?"

"Udah bel, gue duluan."

Licia hanya bisa menatap Regan melongo. Cowok itu mengambil buku-buku dan juga hp miliknya. Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi, Regan pergi. Licia hanya bisa menatap cowok itu sambil menganga karena tak mengerti.

Perfect Imperfection [bullyingstorry1] COMPLETED #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang