63. Way Back Home

2K 129 1
                                    

Playing: Way Back Home - SHAUN ft Connor Maynard

♬♬♬

Hari ini, Shane kembali mengunjungi tempat ini. Dengan sebucket mawar di tangannya, Shane berdiri diam menatap sosok mantan pacarnya. Licia terlihat begitu tenang. Dia seperti malaikat. Ah, apakah Shane pernah mengatakan kalau Licia terlihat cantik saat ia tidur?

Shane suka melihat Licia yang tenang. Dia terlihat seperti bayi yang bagi Shane sangatlah menggemaskan. Apalagi saat wajah itu mulai mengerut karena kesal Shane mengganggunya, Shane bukannya berhenti, dia justru akan semakin semangat mengganggu cewek itu.

Ah, sudah berapa lama dia dan Licia tidak saling sapa?

Rasanya seperti sudah lama sekali. Dulu saat mereka berpacaran, hidup Shane selalu di penuhi oleh celotehan Licia yang terkadang tidak berfaedah. Licia akan dengan mudah menceritakan pengalaman-pengalaman pribadinya yang kebanyakan adalah hal yang konyol. Dan Shane akan selalu tertawa saat itu.

Tapi, walaupun konyol, bukan berarti Licia tidak bisa serius. Licia adalah orang yang tau situasi. Dia tahu kapan dia harus menjadi konyol atau serius. Saat Shane dalam mood yang buruk, Licia akan memeluknya, mengusap kepalanya dan menceritakan sesuatu yang lucu hingga membuat Shane kembali tersenyum.

Atau kalau tidak, Licia akan mengajaknya bermain basket. Licia seperti mengerti kalau dengan basket Shane akan menjadi lebih baik. Melalui basket Shane akan melampiaskan emosinya. Dia akan bermain sampai dia kelelahan. Dan Licia, disaat Shane melampiaskan emosinya itu, dia akan terus menemaninya.

Ah, Licia, betapa Shane merindukan semua tentangnya.

Terutama mata indah itu, mata yang saat ini sedang mengamati dirinya.

Tunggu dulu, mata? Shane mengerjap-ngerjapkan matanya. Dia lantas mencubit pipinya. Dan, rasanya sakit. Jadi, ini nyata? Licia sudah sadar?

Baik Licia maupun Shane, keduanya masih bertahan dalam posisi yang sama. Saling menatap dengan sebuah jendela yang memisahkan mereka. Tapi, dari tatapan kedua orang itu, semua akan tahu kalau mereka sedang berbicara. Keduanya sedang menyampaikan rasa rindu mereka melalui tatapan itu.

Dari tempatnya, Shane melihat Licia mengangkat tangan kanannya. Mulutnya terbuka seolah ingin mengatakan sesuatu.

Aku, Shane membaca gerak bibir cewek itu. Rin,

Suara langkah kaki orang-orang menghentikan Shane membaca bibir Licia. Dengan segera cowok itu menyimpan bucket bunga yang di bawanya dan berlari pergi. Jangan sampai ada yang melihatnya disini. Apalagi kalau orang itu Regan.

♬♬♬

"Lo yakin kali ini kita akan berhasil?" tanya Angsa dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Dulu, Rajawali mungkin akan sangat muak melihat gaya congkak dari Angsa. Tapi, semakin dia mengenalnya, Rajawali seakan bisa melihat alasan kenapa perilaku Angsa sangat buruk.

Sesuatu telah terjadi pada Angsa. Dan itu pasti berkaitan dengan Licia.

"100% yakin. Kali ini gue pastikan semua orang yang ada di dekatnya akan meninggalkannya."

Angsa tersenyum sinis. "Baguslah. Gue juga sudah muak lihat perilakunya yang memuakkan itu."

"Dia sudah sadar."

Senyuman Angsa semakin melebar. Sinar matanya terlihat berkilat-kilat. "Baguslah. Jadi, rencana ini akan berjalan dengan sangat baik."

"Rencana ini akan berjalan dengan sangat baik."

Angsa tertawa. "Haruskah kita berpesta malam ini?"

Rajawali balas tersenyum. "Dasar jahat."

♬♬♬

Dengan tergesa-gesa Hans keluar dari mansion. Ia baru saja diberi tahu kalau Licia sudah sadar dari komanya. Sambil berjalan, Hans memainkan ponselnya. Membalas e-mail dari para kolega bisnisnya.

Ketika jari Hans bergulir ke atas, dahinya mengerut. Ada sebuah email dari seseorang yang tak ia kenal.

Dengan ragu, Hans membuka e-mail itu yang ternyata terhubung ke sebuah link. Ketika Hans berhasil membukanya, saat itu juga dadanya bergemuruh. Hans marah. Dia merasa malu. Lebih daripada itu, dia merasa kecewa. Kali ini lebih daripada yang sebelumnya.

Dia tidak menyangka, puteri yang sudah ia besarkan, tega-teganya berbuat hal yang bejat seperti itu. Kalau kemarin Hans bisa memaafkannya, kali ini tidak. Hans bahkan tidak akan pernah memaafkan perbuatan Licia yang satu ini.

Satu pesan masuk ke dalam ponselnya. Hans membukanya dan hatinya seakan di remas. Kali ini, dia malu semalunya.

Tatum: Hans, apa-apaan ini? Sungguh, aku tidak menyangka Licia akan setega itu pada Camelia. Aku tidak akan pernah memaafkan apa yang sudah Licia perbuat. Seumur hidupku, aku tidak akan memaafkannya.

Kedua tangan Hans mengepal dengan kuat. Kali ini Licia sudah keterlaluan!

"Denise!" teriak Hans memanggil Denise, asistennya. "Denise!" sekali lagi Hans berteriak.

"Ya Tuan?" tanya Denise kebingungan.

"Bereskan semua barang-barang Licia."

"Apa?"

"AKU BILANG BERESKAN!"

Denise terkejut mendemgar teriakan Hans. Dengan takut-takut, dia berbalik arah dan kembali masuk ke dalam kediaman keluarga DuBois. Dalam hati ia bertanya-tanya apa yang membuat Hans sampai semarah itu?

Sementara itu Abe, hanya bisa menatap datar layar tabletnya. Bukan hanya Hans yang mendapat e-mail itu. Tapi, seluruh keluarga DuBois juga mendapatkannya.

Dan, selain itu, video itu ternyata di upload ke Youtube dan sudah di tonton oleh ratusan ribu orang.

Abe mengambil selembar foto yang berada di sakunya. Foto itu adalah foto yang sama dengan foto yang tersebar di internet. Hanya saja, bedanya, wajah wanita dalam foto itu bukanlah Licia.

Melainkan sosok wanita berusia 30an yang tidak lain adalah wanita yang meneriaki Licia pelakor di malam pesta itu.

Abe menghela nafasnya. Secepat mungkin dia harus menemukan sosok wanita ini. Karena kemungkinan besar wanita ini adalah saksi kunci dari semua kasus yang menimpa Licia.

Licia, bertahan sebentar lagi ya nak, Kakek akan segera menyelesaikan semua masalah ini.

♬♬♬

"Hey sleeping beauty, gimana keadaan lo sekarang? Lo baik-baik ajakan?" tanya Regan. Saat ini Licia sudah di pindahkan ke ruang rawat inap, jadi dia bisa di kunjungi secara langsung. Ya, walaupun butuh perjuangan juga karena ruangan cewek ini benar-benar di jaga ketat. Regan bahkan harus menitipkan kartu pelajarnya agar bisa menjenguk cewek yang saat ini sudah menyandang status pacarnya itu.

"Fi..ne," jawab Licia dengan sedikit terbata. Wajar saja, diakan baru saja sadar dari koma. Jadi, otot-otot dalam tubuhnya masih sedikit kaku.

Regan tersenyum. Dia mengusap rambut Licia yang walaupun belum keramas selama dua minggu lebih, tapi tetap saja lembut. "Dua kali lo kayak gini, dan dua kali gue merasa ketakutan."

"Ss..o..rry."

Regan menggeleng, "Jangan minta maaf, ini bukan salah lo." Regan meraih tangan Licia. Mengecup punggung tangan cewek itu hanya untuk memberi tahu Licia betapa dirinya sangat menyayangi cewek itu. "Li, denger, gue tau ini sangat berat buat lo. Tapi, gue mohon. Jangan putus asa. Gue selalu ada untuk lo." ketika mengatakan hal itu, terlihat sekali kalau Regan sangat tulus. "Kalau lo butuh temen untuk curhat, gue selalu siap untuk mendengarkan. Bagi luka lo dengan gue. Jangan menyimpannya sendiri. Lo pikir luka itu sama dengan emas, yang kalau lo timbun, itu bakal jadi harta karun? Luka enggak seperti itu Li, kalau lo menimbunnya, lo hanya akan merasa lebih sakit dan sesak." Regan membelai pipi Licia. Dua matanya menatap lurus tepat ke manik mata Licia. "Jadi, gue mohon. Jangan bertindak bodoh lagi dan bagi luka lo dengan gue biar kita terluka bersama-sama."

♬♬♬


30 Desember 2018

Ok, ok, bentar lagi taun baru, dan flö akan kasih kejutan. Terus pantengin cerita ini yaaa:)


flöreitte

Perfect Imperfection [bullyingstorry1] COMPLETED #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang