69. Penjelasan Yuri

2.2K 138 10
                                    

Playing: Ignite - Alan Walker & K-391 (ft Julie Bergan & Seungri)

♬♬♬

Setelah selama sebulan lebih berada di negara kelahirannya Jepang, akhirnya Yuri pulang juga ke Indonesia.

Yuri tersenyum. Saat meninggalkan Indonesia, perasaannya kacau. Tapi, karena sosok cewek yang sangat di bencinya, akhirnya Yuri mampu untuk menginjakan kakinya kembali di negeri tempat ia di besarkan.

Ketika Yuri masuk ke dalam gedung sekolah, ada banyak pasang mata yang menatapnya. Yuri mengabaikan semua itu. Dia sudah terbiasa dengan tatapan-tatapan memuja itu.

Selama hidupnya, Yuri sudah tumbuh dengan segala hormat dan pujian. Maka dari itu, ketika ada satu sosok yang ia kira berasal dari kalangan bawah melawannya, Yuri berang bukan main. Harga dirinya merasa dilukai.

Tapi, sekarang pemikirannya telah berubah. Apa yang ia sangka buruk, justru ternyata tidak benar. Dia justru meleset begitu jauh. Dan sekarang, rasanya sangat malu jika harus bertemu dengan cewek itu.

"Hey Yu! Akhirnya balik juga lo." sambut salah temannya ketika Yuri memasuki ruangan Treasure. Yuri hanya memberikannya senyuman kecil. Dia lantas berjalan menuju ke arah bangkunya.

"Nyesel lo keluar negeri, ketinggalan berita seru nih," ucap Kaelan, salah satu sahabatnya.

"Berita seru apaan?" tanya Yuri dengan kerutan di dahinya.

"Lo kayaknya bener-bener enggak tahu ya?" kali ini giliran Haris yang bertanya. Haris merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel miliknya yang menampilkan sebuah berita. Masih dengan kerutan di dahinya, Yuri menerima ponsel Haris. Dengan saksama, Yuri membaca setiap kata demi yang tertulis pada halaman berita itu. Dan, semakin dia tenggelam, semakin dia bertambah kesal.

"Berita sampah!" Yuri memukul meja dan melemparkan ponsel Haris ke lantai.

"Yuri! Apa-apaan lo?" tanya Haris, tidak terima karena ponselnya di lempar oleh Yuri.

"Kalian semua," Yuri bangkit dari duduknya. Kedua matanya menatap nyalang semua orang yang berada disana. "Kalian semua, kenapa bisa kalian percaya dengan berita sampah itu?"

"Berita sampah? Yuri, c'mon, berita ini di rilis oleh pers dan sudah ada saksi matanya, jadi, berita itu benar. Licia itu cewek murahan," ujar Mela, salah satu anggota Treasure.

"Enggak! Berita itu bohong, Licia enggak seperti itu! Berita itu bohong!" jerit Yuri histeris. Dari matanya, tergambar kesedihan.

"Yuri, lo kenapasih? Kenapa tiba-tiba aja lo berada di pihak dia?" Haris tak habis pikir. Padahalkan Yuri sangat membenci Licia. Tapi, bagaimana bisa sekarang dia justru berbalik membelanya?

"Licia, enggak seperti itu. Berita itu palsu."

"Ada apa ini?" tanya seseorang. Itu adalah Kenneth, dia baru saja masuk bersama dengan Andy.

"Yuri, dia bersikap aneh. Dia bilang kalau berita tentang Licia pelakor itu bohong."

Kenneth mengangkat salah satu alisnya. "Apa bener itu Yuri?"

Yuri mengangguk. "Ken, lo juga enggak percaya sama berita itukan Ken? Bilang sama gue."

Kenneth memalingkan wajahnya. "Berita itu bener kok. Gue percaya."

"Apa?!" Yuri terkejut bukan main. Dia tidak menyangka kalau kata-kata itu akan keluar dari mulut Kenneth, kakak Licia sendiri. "Kenapa lo bisa berkata seperti itu Ken? Padahal lo adalah kakaknya?"

"Dan kenapa lo bisa mengatakan hal itu? Padahal lo sangat membenci Licia."

"Itu karena,"

"Karena?"

"Itu karenaaaaa, Liciaaaa,"

"Licia?"

"Itu, Licia,"

"Yuri, sebenarnya, apa yang sedang coba lo jelaskan?" Kenneth mulai tidak sabar. "Sudahlah, itu enggak penting. Licia memang murahan. Gue sebagai kakaknyapun mengakui kalau dia memang seperti itu. Pelacur, pembunuh, dia adalah sampah, dia,"

"CUKUP! BERHENTI! LO SALAH KENNETH. DIA BUKAN PELAKOR. MALAM ITU, DIA ENGGAK ADA DI RUMAHNYA. DIA ADA DI RUMAH GUE! DIA NOLONGIN GUE WAKTU GUE MAU DI PERKOSA!"

"Apa?"

Yuri jatuh terduduk. Kedua tangannya menutupi wajahnya yang mulai basah oleh air mata. "Malem itu gue main ke clubnya Andy. Gue stress, jadi gue pengen mabok. Tapi, sialnya, gue ketemu om-om genit yang mau perkosa gue. Sebisa mungkin gue berontak. Gue lari keluar dari club. Tapi, karena keadaan gue yang mabok, gue lemes. Dan, om-om itu bisa ngejar gue. Kalau aja, kalau aja Licia enggak ada, gue enggak tahu apa yang akan terjadi dengan gue."

"Yuri, lo enggak bercandakan?" tanya Kenneth, wajahnya berubah pucat.

"Apa gue terlihat sedang bercanda Ken? Lo tau dulu gue sangat membenci Licia, tapi setelah kejadian itu, pemikiran gue terhadap Licia berubah. Licia adalah orang yang baik. Dia menolong tanpa melihat siapa orang itu. Bahkan gue orang yang membenci dia setengah matipun, di tolongnya. Ah enggak, dia bukan hanya nolongin gue. Tapi, dia juga merawat dan menjaga gue dalam masa pemulihan mental gue. Kalau lo enggak percaya, lo bisa tanya sama orangtua gue."

"Licia,"

"Ken, lo itu kakaknya, seharusnya lo tahu seperti apa dia."

"Tapi, foto, terus video di hutan itu,"

"Terserah lo ingin mempercayai Licia atau enggak Ken. Tapi, kalau gue jadi lo, gue akan tetap mempercayai Licia. Karena apa, karena gue tau kalau Licia adalah orang yang baik. Dia enggak akan pernah mau mengecewakan lo dan keluarga lo karena dia sangat menyayangi kalian."



♬♬♬




Dengan ransel yang berada di punggungnya, Licia berjalan tak tentu arah. Dia baru saja mengunjungi kediaman keluarga Kwon. Ada beberapa urusan yang harus ia selesaikan disana. Setelah bangkit dari koma, secara ajaib, ingatannya secara perlahan mulai kembali. Dan sekarang, Licia sudah tau siapa orang yang telah menerornya.

Dia pasti adalah orang itu. Tidak salah lagi. Dia telah kembali dan kini dia mengincar Licia.

Karena Licia adalah saksi hidup dari semua kejahatannya.

Suasana terasa sangat sepi. Licia masuk ke dalam gang sempit yang biasa ia lewati untuk menuju ke sekolah lamanya. Entah mengapa dia sangat ingin pergi ke sana. Mungkin karena di tempat itulah tersimpan banyak kenangannya bersama dengan Daniel.

Licia tersenyum pilu. Bahkan Danielpun harus menjadi korban. Padahal, dia sama sekali tidak bersalah.

"Akhirnya lo sendiri juga," ucap sebuah suara. Licia menolehkan kepalanya dan menemukan sesosok pria bertopeng Rajawali. Licia memundurkan badannya. Dia mulai ketakutan. Bodoh, dia tau kalau dirinya sedang di intai tapi dia justru pergi ke tempat yang sepi.

"Jangan mendekat," ucap Licia bergetar.

Dibalik topengnya, laki-laki itu tersenyum. "Kenapa? Lo takut?"

Licia menggelengkan kepalanya. "Gue bilang janga mendekat."

"Oh, c'mon. Lo gak perlu histeris sayang. Lo cuman perlu diam dan ikuti gue."

"Enggak, gue enggak akan sudi ikut lo pergi."

"Serius?" melalui matanya, Rajawali memberikan kode entah pada siapa. Licia mulai bersikap awas. Matanya beredar mencari sesuatu yang menurutnya mencurigakan. Hingga tiba-tiba, dari arah belakangnya, seseorang memukul punggungnya. Licia terjatuh. Dia meringis kesakitan.

Belum hilang rasa sakit di punggungnya, seseorang lantas membiusnya. Licia mulai merasakan penglihatannya memburam. Lantas, semuanya menjadi gelap.

"Bawa dia masuk ke mobil."



♬♬♬



01 Februari 2019

Hayooo hayooo, mau di bawa kemana itu Licia?

flöreitte

Perfect Imperfection [bullyingstorry1] COMPLETED #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang