Kembali

11.3K 533 1
                                    

Karena ajakan setan Reynald, akhirnya aku tidak jadi masuk kelas dan lebih memilih buat pergi ke kedai mie ramen diseberang sekolah. Kukirim sebuah pesan singkat kepada Octaf supaya mengambil tasku dan memberikannya kepadaku di kedai. Aku terlalu malas untuk mengambilnya.

Setengah jam setelah sekolah bubar, kulihat Octaf menenteng tas ransel bututku dan segera menghampiriku dengan muka jutek cemberutnya.

"Iihh kamu bikin aku jantungan tau nggak, kamu nggak dapet masalah kan?" tanyanya yang langsung duduk dihadapanku.

"Its okay, udah biasa kok," jawabku santai.

Reynald datang membawa pesananku dan dirinya sendiri, Octaf langsung menganga lebar melihatku akrab dengan Reynald.

"For god sake, kok dia?" tanyanya bingung.

"Nggak tau juga, dia ngikutin gue mulu," jawabku acuh tak acuh.

"Oh my god dia kan yang berantem sama kamu tadi? Kok sekarang kalian jadi akrab? Padahal aku pengen akrab sama kamu aja butuh waktu 10 tahun,"

"Udah ah ngapain diributin sih, kan bagus gue sama Alif bisa akur, nggak musuhan. Terpesona gue sama tingkah berandalannya dia, keren banget. Mana ada cewek kayak dia, ya nggak?" ujar Reynald sambil terus memandangiku dengan menyangga kepalanya dengan kedua tangannya persis personel cherrybelle.

"Apasih jibang tau nggak," balasku.

"Jibang?"

"Jijik bangeett," teriakku dan Octaf bersamaan.

Cukup lama kami bersendau gurau,entah mengapa kami bisa dengan mudah akrab. setelah berhenti untuk mendengarkan adzan maghrib, kami langsung pulang dan aku mendapat tebengan pulang bersama Octaf. Dia memang selalu hafal rutinitasku berjalan kaki dari rumah kesekolah yang jaraknya lumayan jauh itu.

Setelah kuucapkan terima kasih, aku segera masuk kedalam rumah dan mendapati ayah, mama, dan Alif berkumpul menjadi satu di meja makan bersama seseorang yang langsung membuat jantungku serasa ingin copot.

"Kak Ryan?" gumamku kaget. Ayah melirik kearahku dan langsung mengajakku gabung.

"Jadi nak Zafar, ini Olive yang kamu temui di sekolah tadi, bukan Alif. Alif anaknya kalem kok dan nggak bakalan berbuat tindakan yang nggak sopan seperti itu. maafin Olive ya, emang anaknya ini sedikit nakal," mama membuka percakapan dengan kata - kata yang sudah sangat kuhafal, pasti dia akan memuji Alif dan menjelekkan namaku. Aku tahu, dibalik senyum palsunya itu, ada singa yang siap menerkamku nanti.

"Oh maafin Zafar ya Te soalnya nggak tau kalau tadi itu Olive, anak tante. Maklum udah 10 tahun nggak ketemu. Tapi kok tadi saya lihat namanya Alif? " tanya kak Ryan.

"Olive ini kan nggak suka sekolah, dia maunya berantem terus. Jadi tante ini bingung, tiap kali sekolah pasti Olive dikeluarkan. Jadi tante bikin Olive dan Alif itu bergantian sekolah, lagian Alif kan juga sedang sakit, jadi nggak masalah lah." cerocos Mama yang sedang membuat kebohongan.

'Brak' kugebrak meja makan itu dan langsung pergi kekamar. 'Bangsat.. Siapa yang nggak mau sekolah sih? Bukannya mama yang nggak mau aku sekolah? Kenapa sih mama selalu menjelek - jelekkan aku, apa salahku coba?' pertanyaan - pertanyaan itu selalu bermunculan didalam kepalaku. "Aku ini anaknya kan? Bahkan hewan saja selalu melindungi anaknya," gumamku pelan.

Kutenggelamkan mukaku kedalam bantal, aku bingung menjalani kehidupan ini. Apakah orang buruk sepertiku tidak layak untuk hidup bahagia? Lalu kenapa aku masih hidup? Mungkin tuhan tengah menghukumku. Tuhan aku lelah.

Bulir - bulir bening itu berjatuhan lagi, tak lama kemudian pintu kamarku terbuka dan menampakkan Kak Ryan yang sedang membawakan makan malam untukku.

"Ngapain masuk hmm? Gue belum nyuruh lo masuk," gumamku persis seperti jawabannya tadi siang.

"Sorry ya, gue nggak maksud kasar kayak tadi. Sumpah gue nggak tau kalau itu lo," jawabnya lembut sambil menaruh makananku diatas meja.

"Nggak usah sok akrab, kita nggak saling kenal," balasku ketus.

Dia duduk disampingku dan menatap manik mataku dalam. tatapan itu, tuhan aku rindu.

"Lo lupa sama Teddy bear ini?" tanyanya.

"Nggak usah sok jadi teddy, dia nggak akan bertingkah kayak lo. Gue nggak kenal sama lo, dunia udah berubah dan itupun berlaku sama diri lo dan gue. Perasaan itu, lupain aja. Itu cuma omong kosong bocah ingusan 10 tahun yang lalu, gue cinta Zafar si teddy bear bukan Ryan yang tampan"

Munafik.. Seharusnya aku menjawab 'Teddy aku rindu' namun sangat sulit untuk mengatakannya. Gengsi? Mungkin. Aku cinta, aku sayang dan aku rindu. Namun waktu telah mengobati semuanya hingga kita sudah tidak saling mengenal.

"It's me. Gue Zafar Liv, Ryan Muzafar dan selamanya akan jadi teddy bear lo. Gue nggak nyangka bisa ketemu lo di waktu yang nggak tepat kayak gitu, maafin gue." dia menunduk, seperti seseorang yang putus asa dan menyesal. Tapi bukankah dia memang sedang menyesal?

Ingin aku memeluknya, mendekapnya dalam kehangatan kasih sayangku. Ingin kutunjukkan betapa aku menyayanginya, namun perasaan gengsi itu muncul lagi.

"Lo bukan teddy bear, teddy nggak akan lupa sama gue. Nggak akan pernah!! Sekarang lo pergi," bentakku.

"Okey gue pergi, tapi jangan lupa makan ya, gue nggak mau lo sakit," jawabnya lembut dan segera pergi.

Kuamati makanan yang berbentuk boneka beruang itu, apa dia yang membuatnya? Itu sangat lucu sampai aku tidak ingin memakannya. Sekelebat bayangan masa kecilku muncul kembali, membuatku tidak pernah bisa melupakannya.

Flashback on (author pov)

"Teddy.. Kalau becal mau jadi apa?" seorang gadis kecil berbando pink bernama Olive yang tengah tidur dihamparan pasir pantai itu bertanya pada temannya yang sedang sibuk membangun istana pasir.

"Ehmm aku mau menikah cama Olip, nanti aku bangun istana yang gedeee kayak istana aku ini, tapi yang benelan. Teyus kita punya anak banyak dan bikin klub sepak bola. Olip mau nggak nikah sama Japal?" anak laki - laki disebelahnya menjawab sambil duduk selonjoran. Ditatapnya istana pasir buatannya dan berharap semua impiannya akan jadi kenyataan suatu hari nanti.

"Ih Teddy emang dikila bikin anak itu gampang. Cucah tau," balas Olive sambil mencubit perut Japal alias Zafar, entah mengapa pipinya jadi memerah dan panas. 'Kebanyakan pakai ponds nih' batinnya.

"Emang Olip tau racanya?" tanya Zafar.

"Ndak cih, tapi nanti aku tanyain ke mama,kata mama cih cakit."

"Japal.. Oliiipp.." seorang gadis kecil lainnya berteriak dari kejauhan dan berlari mendekati mereka.

Kalau bukan karena warna rambut dan matanya yang berbeda, pasti orang - orang akan sulit membedakannya. Ya dia adalah Alif yang memiliki mata coklat berambut pirang, sedangkan olive bermata biru dan berambut hitam.

"Apacih Alip, belicik tau ndak," teriak Zafar sambil menutup telinganya.

"Japal ayo beli es klim.. Alip mau es klimm.." ujar Alif sambil bergelandot manja dilengan Zafar.

"Oce, ayo lets co." teriak Zafar semangat.

"Tapi endong.." jawab Alif manja.

"Tapi nanti Olip cembulu tau," balas Jafar memandang Olive.

"Ndak ihh Teddy ngomong apacih, udah beli aja kalian, bialin Olip nunggu disini."

"Yaudah yuk Al," ujar Zafar yang langsung menggendong Alif untuk pergi membeli es krim. Sementara Olive langsung memasang muka juteknya. Sementara orang tua mereka hanya bisa tersenyum geli melihat sifat anak - anaknya yang lucu menggemaskan.

Bersambung~

Maaf makin gj xixi :'v
Tapi jangan lupa vote + komen yaa

It's Me (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang