Setelah berkeliling dan berdebat sebentar dengan kakak - kakak osis pembimbing, akhirnya aku dan Octaf bisa masuk kedalam kelas X Ips 2. Suasana kelas yang riuh gaduh membuat kakak osis kewalahan dan menyerah untuk menghentikan aksi anak - anak baru dikelas ini. Yeah welcome my friends.. Aku dan Octaf segera mencari bangku yang kosong dan yang tersisa adalah bangku paling depan dekat dengan meja guru. 'What the hell.. Mana betah gue' "Tuhan.." Desisiku pelan sambil berjalan gontai ke bangku keramat itu.
"Hey girls, nama kalian siapa?" tanya seorang laki - laki dibelakangku. Aku hanya diam dan sibuk memasang headset ditelingaku, sementara Octaf sudah terjun kedalam novel - novelnya.
"Wah parah nih gue dicuekin. Hajar nggak nih?" lanjutnya yang segera melayangkan kepalan tinju kearah kami dan 'Hap' dengan santai kupegang tangannya dan kuputar kebelakang. Dia langsung mendesis kesakitan.
"Banci lo! Beraninya sama perempuan," ucapku tajam.
Seketika suasana kelas berubah menjadi sangat heboh,anak laki - laki pada berteriak 'hajar - hajar' dan anak perempuan pada berteriak histeris tetapi tetap menonton. Sedangkan kakak - kakak osis yang menjaga kelas hanya bisa memijit pelipis matanya saking nggak tahannya.
"Berhenti.. Stop.." suara menggelegar tatib membuyarkan kerumunan yang tadinya membentuk lingkaran. Aku dan laki - laki itu segera dipanggil untuk berdiri didepan kelas sedangkan kakak osis beserta ketuanya langsung dipanggil kekelas menghadap Bu Ria yang bertugas sebagai tatib itu.
Well.. Hari pertama membuat masalah tidak terlalu buruk kan? 'Jadi famous di sekolah bak artis leh ugha' batinku.
Setelah mendapat hukuman dari Bu Ria, segera kami pergi ke ruang osis untuk bertemu Kak Ryan selaku ketua osis. Kuketuk pintu 3 kali dan langsung masuk kedalam. Kulihat ketua osis itu melirikku sebentar kemudian kembali lagi fokus kepada berkas - berkasnya.
"Siapa yang ngijinin masuk hmm?" tanyanya yang masih sibuk dengan dokumen ditangannya.
"Bukannya gue udah ketuk pintu ya?" tanyaku heran. Dia langsung melihatku dan laki - laki disebelahku.
"Tapi gue belum nyuruh lo sama temen lo itu masuk kan?"
"Jadi ini gimana? Gue balik lagi gitu? Okey. Lagian gue kesini kan disuruh sama si gendut itu, mana mau gue kesini." balasku yang langsung mendapat sikutan dari cowok rese disebelahku.
"Ekhem okey, silahkan kalian duduk,"
Aku langsung duduk diikuti laki - laki yang kuketahui bernama Reynald Adam Tira. Kak Ryan langsung berdiri dan duduk diatas meja tepat dihadapanku.
"Gimana rasanya berantem dihari pertama? Enak? Atau kalian bangga ngerasa jadi sok jagoan?" gertaknya menatap kami tajam. Kami hanya diam. bukan karena takut, tapi aku lebih malas untuk mencari masalah baru lagi.
"Woi jawab!! Gue nggak ngomong sama patung!! Tadi aja sok - sokan sekarang kicep!! Nggak pantes kalau kalian dianggep pelajar, kalian itu cuma sampah!! Tau nggak pengurus osis jadi kena sanksi gara - gara dikira nggak becus bimbing kalian!! Dasar bedebah!! " teriaknya. Kupingku merasa panas dan aku langsung menggebrak meja yang ia duduki.
"Hei lo kira lo lebih baik daripada gue? Lo nggak berhak bilang gue sampah, karena lo nggak tahu apa yang terjadi bangsat. satu lagi, lo emang nggak becus ngurus adek kelas dengan gaya lo yang sok itu," kecamku sambil menunjuk matanya dengan kedua jariku. Sedetik kemudian, aku langsung pergi sebelum air mataku mulai berjatuhan.
Aku tidak mengerti kenapa aku menangis, aku tidak mengerti kenapa hatiku terasa sakit setiap kali ada orang yang menganggapku sampah. Aku memang buruk, namun ada alasannya bukan? Setidaknya, meskipun aku buruk aku tidak serendah itu untuk menjadi sampah.
Aku terisak dibelakang sekolah sendirian, berapa kali pun aku mencoba, aku tetaplah gadis yang rapuh. Aku ingin menjadi kuat, aku ingin menghentikan air mata yang terus mengalir, sudah terlalu banyak aku menangis dan aku lelah. Namun kenapa aku tidak bisa berhenti? Kenapa aku masih cengeng seperti bocah tk
Sebuah lengan kekar melingkar memeluk tubuh mungilku.
"Ternyata lo juga cewek ya? Gue kira lo udah nggak punya hati, ternyata gue bisa liat sisi lembutnya cewek berandal yang tadi gue lihat," suara serak itu.. Aku tau pemiliknya. Segera kulepaskan pelukannya dan menjauh, namun pelukannya justru semakin erat menenggelamkan tubuhku, menghanyutkanku dalam kenyamanan.
"Ngapain lo disini?" tanyaku sesenggukan.
"Ehm cuma nyari udara segar, dan nggak sengaja ketemu tuan Putri," jawabnya sambil cengengesan.
"Alesan banget, udah ah minggir gue mau pergi," kudorong dada bidangnya dan menghapus sisa air mata yang terlihat jelas diwajahku. Setelah merapikan sedikit bajuku dan merasa baikan, aku segera kembali kekelas.
"Hei tungguin gue,"
Bersambung
Dont forget to Vote + komen
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me (Complete)
Teen FictionKembar dan identik, itu sangat menyenangkan bukan? kamu bisa berbagi banyak hal termasuk pakaian,tempat tidur dan cerita.. namun tidak dengan Olivia Arabella Putri, dia harus bisa menerima bahwa dirinya hanyalah bayangan sampah yang selalu membayang...