Pengakuan

7.4K 400 15
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi 1 jam yang lalu, namun Alif masih duduk meringkuk dimejanya sambil melihat tas Olive yang tergeletak diatas meja

"Alif? Kamu nggak pulang?" ujar Ryan yang langsung duduk disamping Olive

"Nggak ah, lagi males," balas Alif

"Jangan bilang kamu kabur lagi?" tanya Ryan curiga

Olive memutar bola matanya kesal,
"Nggak kak, hari ini aku udah ijin dokter kok,"

"Oh, eh Olive dimana? Kok tinggal tasnya doang?" tanya Ryan sambil memandangi tas pink yang ia berikan kepada Olive tadi pagi

"Nggak tau, aku juga lagi nunggu dia, aku khawatir banget semenjak dia pergi dari rumah. Makanya aku mau ngajak dia pulang," jelas Alif

"Dia tinggal sama kakak, jadi aman kok, kamu nggak perlu khawatir lagi," ujar Ryan sambil tersenyum manis

"Kakak suka Olive?" tanya Alif pelan

"Iya," satu kata dari Ryan itu mampu membuat hati Alif sakit, bahkan untuk bernafas saja rasanya sesak

"Olive itu cinta pertama kakak sejak kita kecil. Kakak suka dia yang ceria, selalu tersenyum dan menebar kebahagiaan buat semua orang, dia satu - satunya wanita yang bisa bikin hati kakak deg - degan," lanjut Ryan

'Dan cuma kakak satu - satunya laki - laki yang bisa bikin hatiku deg - degan,' batin Alif

Alif berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah, selama ini cinta sepihaknya tidak pernah terbalas. Ia selalu berjuang untuk orang yang selalu berjuang untuk orang lain, bukan dirinya.

Ryan memegang kedua tangan Alif, lalu menatap mata coklat miliknya,

"Tolong bantu aku buat ngembaliin Olive yang dulu, kamu mau kan? Kakak bener - bener pengen lihat Olive yang dulu kakak cintai,"

Alif menatap Ryan, matanya berkaca - kaca, ini sangat sakit, bahkan penyakit yang ia derita tidak pernah terasa sesakit ini,

"Iya," balas Alif lemas

'Tolong bantu aku juga untuk melupakanmu,' batinnya

"Makasih Lif, kamu memang yang terbaik," ujar Ryan sambil memeluk Alif erat

sedetik yang lalu Alif ingin melupakan perasaannya, namun perlakuan Ryan kepadanya membuat Alif menyerah dan ingin tetap mempertahankan perasaannya.

Alif membalas pelukan Ryan, bahkan ia memeluk Ryan dengan erat sambil meneteskan air mata yang tidak bisa dibendung lagi,

"Seandainya wanita yang periang dan ceria itu adalah aku, apakah akan sama jadinya?" ujar Alif lirih

"Maksud kamu?" tanya Ryan kemudian melepaskan pelukannya

"Maaf," lirih Alif kemudian berlari meninggalkan Ryan dengan berurai air mata

"Lif tunggu," teriak Ryan

******

Oktaf duduk diam diantara Rey dan Olive yang sedari tadi saling bertatapan tanpa mengucapkan satu katapun, untuk kesekian kali Oktaf kembali melihat jam yang melingkar ditangannya

"Cukup, Udah 45 menit kita kayak gini. Ayo kita bicara," ujar Oktaf

"Diam!" teriak mereka berdua bersamaan

"Nyerah pak nyerah," ujar Oktaf sambil melambaikan tangannya kearah kamera hpnya kemudian beranjak pergi meninggalkan 2 insan gila itu bersama

"Lo siapa?" tanya Rey dingin

"Olive," balas Olive cuek

"Gue tanya lo sebenernya siapa?!!" bentak Rey sambil menggertakkan giginya

"Gue Olive!! Lo pikir gue siapa? Alif? Muak gue pura - pura jadi dia yang sok suci itu. Pergi lo, gue lebih muak lihat lo," mata Olive memerah dan tangannya terkepal menahan amarah.

"Lif," Rey mencoba mendekati Olive

"Stop, pergi lo. Gue nggak mau lihat lo lagi," teriak Olive yang lanhsung beranjak pergi

"Lif tunggu. Apa lo nggak tau gimana gilanya gue saat lo tiba - tiba menghilang? Gue nyari lo kesana kemari kayak orang gila. Tiap hari gue mikirin lo. Tapi apa pernah lo mikir gue? Walaupun cuma sekali aja?"

Ucapan Rey membuat Olive berhenti melangkah namun tidak ingin berbalik untuk memeluk sahabat yang dirindukannya itu. Olive malu karena semua yang dikatakan Rey itu memang benar, ia terlalu terhanyut dalam kesenangan karena bisa tinggal bersama Ryan tanpa pernah memikirkan perasaan orang lain yang peduli dengannya

Olive mengepalkan tangannya agar tidak bergetar,
"Yang lo cari itu Alif bukan gue," ujar Olive dengan suara bergetar. Ia berlari meninggalkan Rey dengan berurai air mata.

Ia benar - benar malu dengan dirinya yang egois, yang tidak pernah mau memikirkan perasaan orang - orang disekitarnya.

Olive terus berlari tanpa memperdulikan hujan deras yang mengguyurnya dan kakinya yang penuh luka. Baginya luka dikakinya tidak ada apa - apanya dibanding luka dihatinya.

Olive terjatuh lemas, kakinya tidak mampu lagi berlari, namun matanya tidak kunjung lelah untuk menangis

"Olive," seseorang berteriak memanggil namanya membuat Olive melihat kearahnya.

"Teddy?" mata Olive buram, kepalanya pusing. Ia tidak bisa melihat dengan jelas orang yang kini mendekat kearahnya

"Tedd? Itu lo?" ujar Olive lemas sebelum ia kehilangan kesadarannya

Bersambung~

Udah berapa lama nggak update ya? XD maaf :") semoga masih ada yang mau baca cerita abal - abal ini :") tengkyuu

It's Me (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang