Olive duduk di bangku taman sambil menyantap es krimnya dengan lahap, minuman manis itu selalu bisa mengembalikan moodnya kapanpun dan dimanapun,
"Pelan - pelan dong makannya, kayak anak kecil aja," Rey mengeluarkan sapu tangannya dan mengelap pipi Olive yang penuh dengan belepotan es krim,
Olive terus memakan es krimnya, tidak peduli dengan Rey yang bersusah payah mengelap es krim dipipinya,
"Kayaknya lu baik - baik ajadeh, buktinya makan es krim lahap gitu. Gue sempet kaget pas nabrak lo tadi, ngakak gue liat lo nangis," Rey tertawa saat mengingat kembali kejadian tadi sore, ia sempat khawatir saat melihat Olive pergi dari rumah Oktaf sambil berurai air mata.
Olive menghentikan aksinya memakan es krim, ia menatap Rey tajam, seakan mood buruknya telah kembali lagi. Olive paling tidak suka jika ada orang yang mengingatkan kembali tentang hal buruk yang dialaminya,
"Ini buat lo aja, eneg gue," Olive memberikan es krimnya yang tinggal separuh kepada Reynald, kemudian ia duduk berselonjor di bukit belakang taman melihat gemerlap cahaya kota.
Reynald menepuk dahinya pelan,
"Dia pms ya? Marah - marah mulu" gerutu Reynald sabil menghabiskan sisa es krim Olive
Setelah menghabiskan sisa es krim Olive, Rey langsung menghampiri Olive dan menarik Olive kedalam pelukannya
"Nangis aja kalo itu bikin lo lebih baik, nggak usah sok tegar dihadapan gue, gue tau lo itu rapuh," ucapan Rey membuat Olive menangis tersedu - sedu, berusaha mengeluarkan semua rasa sakit di dalam hatinya
Semua kenangan pahit berputar kembali memenuhi otaknya, tentang mamanya yang memperlakukannya seperti si pembawa sial yang harus dibasmi, tentang orang - orang yang selalu memuji Alif yang sebenarnya adalah dirinya, dan orang - orang yang selalu mencemooh dan mengucilkannya
Hati Reynald bergetar, tidak pernah ada seorangpun yang bisa membuat hatinya kembali hidup setelah sekian lama mati. Ia seperti kembali menjadi manusia normal, sama seperti sebelum semua kehidupannya hancur
*******
Flashback on (Rey POV)
Aku berjalan dengan riang untuk menemui mama, sama seperti yang dilakukan bocah berusia 7 tahun pada umumnya jika sudah lama tidak bertemu orang yang mereka sayangi
"Kalian tau nggak? Mamaku malam ini pulang loh," aku berbangga hati menunjukkan kesetiap temanku bahwa mamaku akan pulang, mama yang sangat aku cintai
"Tau nggak? Mamamu itu wanita simpanan, mamaku yang bilang begitu ketemannya," aku menjadi murka saat ada salah satu temanku menghina mama sedangkan yang lain malah menertawakanku.
"Mamamu tukang fitnah, mamaku enggak begitu," aku berteriak kesal dan langsung kutonjok hidung anak itu dan langsung membuatnya mimisan, kemudian aku berlari menjauh
*****
Sudah hampir 5 jam aku meringkuk disudut kamar, takut akan ada orang yang memarahiku dan memukuliku, kemudian aku mendengar deritan pintu terbuka lalu disusul suara lembut mama yang memanggilku,
"Rey kemarilah nak, jangan sembunyi. Mama nggak bakalan marah sama Rey," panggilan mama membuatku berlari menghampirinya, lalu ia memelukku erat, pelukan yang selalu aku rindukan.
"Mama kenapa nggak pernah pulang? Rey takut sendirian dirumah," aku menatap mama yang dibalasnya dengan senyuman lembut, kemudian dalam sekejap senyum itu hilang diganti dengan tatapan tajam mama
"Kamu pikir kenapa mama nggak pulang? Itu gara - gara kamu, dasar anak nggak tau diri," 'plaakk' sebuah tamparan keras menghantam pipiku, membuat hatiku terasa sakit. Mama selalu saja begini, ia bisa sangat baik padaku dan dalam sekejap bisa berubah menjadi sangat jahat
"Ma maafin Rey ma," aku menangis sambil memegangi pipiku yang terasa panas
"Maaf? Kamu tau kesalahan kamu apa? Itu karena kamu hidup didunia ini!! Kamu pikir mama nggak malu punya anak seperti kamu? Kamu juga tadi yang bikin babak belur anak pak rt kan? Ngaku kamu ngaku," mama mengguncang tubuhku, membuatku meringis kesakitan
"Dia ngehina mama,"
'Plakkk' satu lagi tamparan mendarat mulus dipipiku, yang membuatku jatuh tersungkur hampir tak sadarkan diri,
"Diem kamu!! Memangnya kenapa kalau dia menghina mama? Mau apa kamu? Sok jagoan? Mama nggak butuh, mama butuhnya kamu mati!!" mama berlari kearah dapur dan mengambil sebuah pisau daging yang membuatku mundur ketakutan,
"Sini sayang mama peluk,"
Tubuhku bergetar, dia bukan mamaku. Mamaku orang yang baik,
"Nggak ma, jangan" aku menangis kencang, aku benar - benar ketakutan
"Cepat kesini!!" mama berteriak keras sambil mengacungkan pisaunya, aku tidak mampu lagi bergerak. Tenagaku habis, tubuhku lemas
"Mati kamu anak haraamm!!" kalimat terakhir itu selalu terngiang diotakku, kemudian semuanya menjadi gelap, tidak ada lagi cahaya yang bisa kulihat, bahkan kurasakan nafasku mulai terengah - engah kesulitan untuk mencari oksigen
Bersambung
Maaf mungkin part ini agak pendek ya :v tapi vote + komennya tetap ditunggu ya~ see you
Nandalia
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me (Complete)
Teen FictionKembar dan identik, itu sangat menyenangkan bukan? kamu bisa berbagi banyak hal termasuk pakaian,tempat tidur dan cerita.. namun tidak dengan Olivia Arabella Putri, dia harus bisa menerima bahwa dirinya hanyalah bayangan sampah yang selalu membayang...