Saat mereka berempat tengah menikmati pemandangan kota dimalam hari, Olive dan Ryan terus tersenyum memandangi satu sama lain. Walaupun tidak ada yang mereka bicarakan, mereka terus saja bertingkah seolah mereka adalah pasangan baru yang sedang berjalan berdua, sedangkan Alif dan Rey hanyalah remahan rengginang yang kebetulan menempel mengikuti mereka.
Hati Alif sakit melihatnya, ia merasa cemburu yang sebenarnya tidak berhak ia rasakan, karena ia bukan siapa-siapa. Tiba-tiba Alif merasa kepalanya pusing dan pandangannya berkunang-kunang. Ia langsung jatuh tersungkur ke tanah dan tidak merasakan apapun. Semuanya menjadi gelap dan tenang.
"Aliiiffff!"
Olive yang melihatnya langsung mengguncang tubuh Alif, berharap ia akan segera sadar. Olive menyuruh Rey segera menelpon ambulan dan meminta Ryan untuk menghubungi ibunya.15 menit kemudian ambulan datang bersamaan dengan mamanya yang sudah banjir air mata.Olive segera memeluk mamanya erat, menenangkannya dan berusaha membuatnya tetap kuat dan tegar
"Aku yakin Alif anak yang kuat ma, mama nggak perlu khawatir. Mama masuk saja mendampingi Alif, aku akan pergi bersama Kak Zafar dan Rey," ujar Olive sambil menuntun ibunya untuk masuk kedalam ambulan.
Setelah ambulan itu beranjak pergi, Olive segera masuk kedalam mobil Ryan dan duduk disebelah Rey. Olive tidak tau lagi apa yang harus dilakukannya, tangannya tak kunjung berhenti bergetar, keringat dingin terus menetes dan perasaannya sungguh tidak enak. Rey yang melihatnya menggenggam tangan Olive dengan tulus, menyalurkan kekuatannya agar Olive tetap kuat.
"Nangis aja Liv, jangan memendam semuanya sendiri,"
Olive menatap Rey sejenak, kemudian memeluknya erat. Tak butuh waktu lama isak tangis mulai terdengar dan Rey merasa baju seragamnya mulai basah. Rey mengusap punggung Olive, dan membelai rambutnya perlahan. Hatinya sakit melihat perempuan yang ia cintai menangis sedangkan ia tak bisa melakukan apapun.
Ryan yang duduk di kursi pengemudi melihatnya melalui kaca mobil. Ia memukul stir dan mengacak rambutnya dengan tangan sebelah. Ia marah pada dirinya sendiri. Ia marah karena tidak bisa melakukan apapun untuk Olive dan ia lebih marah lagi pada dirinya karena merasa cemburu terhadap Rey padahal kini Alif tengah berjuang untuk hidupnya.
Ryan melajukan mobilnya sekencang mungkin, berharap ia akan segera sampai dirumah sakit dan mengakhiri emosinya kini, mengakhiri indranya untuk merasa sakit lebih dalam lagi.
*******
Bau obat-obatan yang biasanya bisa membuat Olive merasa mual, kini tak lagi ia rasakan. Indra penciumannya seperti mati rasa ditelan rasa cemasnya. Ia bergegas ke ruang ICU untuk melihat kondisi Alif saat ini. Terlihat disana ibunya yang tengah duduk dilantai sambil terus menangis tanpa henti.
"Mamaa.." ujar Olive berlari memeluk ibunya.
Olive menuntun ibunya untuk duduk dikursi tunggu yang telah disediakan, ia merasakan tubuh ibunya yang dingin dan pucat. Olive menangis, meminta maaf karena ia yang mengajak Alif keluar hari ini.
"Kamu nggak salah, ini salah mama yang nggak ngontrol kesehatan dia," ujar ibunya yang sudah kehilangan seluruh tenaganya.
Olive mengintip diantara celah gorden yang terpasang, disana terbaring sesosok dirinya yang lain dengan berbagai macam alat yang menopang kehidupannya.
Olive merasakan sesak didadanya, mereka telah bersama selama 17 tahun ini, bahkan sebelum 17 tahun kehidupan mereka didunia, mereka telah berbagi kehidupan didalam rahim ibunya. Ikatan yang kuat membuat mereka juga berbagi rasa sakit dan penderitaan, yang membuat Olive ingin menggantikan takdir yang mereka jalani.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me (Complete)
Teen FictionKembar dan identik, itu sangat menyenangkan bukan? kamu bisa berbagi banyak hal termasuk pakaian,tempat tidur dan cerita.. namun tidak dengan Olivia Arabella Putri, dia harus bisa menerima bahwa dirinya hanyalah bayangan sampah yang selalu membayang...