Flashback off
Olive POV
"Tok.. Tok.. Tok.." sebuah ketukan kencang membuyarkan lamunanku, huh siapa sih ngganggu banget.
Tak lama, Alif masuk ke kamarku dan duduk disofa melihat lurus makanan yang dibawa Kak Ryan, eh Zafar, eh ntahlah aku bingung mau manggil apa.
"Kenapa nggak kamu makan? Kamu punya masalah sama Kak Zafar disekolah?" tanya Alif dengan tatapan kosong.
"Bukan urusan lo," ku jawab malas pertanyaannya dan langsung berpura - pura tidur. Kudengar helaan kencang nafas Alif.
"Huft, aku nggak maksa kamu buat cerita. Aku cuma mau bilang kalau besok aku yang akan sekolah. " ujarnya sambil beranjak pergi.
"Tapi kan lo masih harus check up?" tanyaku dengan posisi yang masih sama.
"Kata mama nggak papa kok, aku bisa check up pulang sekokah. Lagian aku kangen kak Zafar," jawabnya sambil menutup pintu kamarku.
"Sialan! Ini artinya gue harus kerja besok--" argh capek hayati," aku berteriak memaki diriku sendiri sambil menenggelamkan kepalaku didalam bantal. Tak lama, aku sudah menjelajahi alam mimpiku~
~~~~~
"Kriiinggg.." suara jam beker itu langsung membuatku tersentak kaget, segera aku pergi mandi dan bersiap - siap ke sekolah.
30 menit kemudian aku sudah rapi dengan setelan seragam putih abuku dan almamater yang kutekuk sampai siku.
"Ngapain pake seragam? Yang sekolah hari ini Alif, kamu bersihin rumah. Nanti ada temen mama yang dateng. Kamu tau kan konsekuensinya?" Mama melihatku sinis dan segera berlalu pergi dengan memutar - mutar kunci mobilnya. Tak lama, Alif berlari menghampirinya. Ah sial gue lupa~
****
Sudah hampir pukul 12 siang dan aku baru selesai membersihkan dapur dan kamar mandi, kulirik kolam renang di depanku. Ya tuhan sejak kapan kolam renang ini berubah jadi lautan--" besar amat.
Ku ambil peralatanku dan tak lupa menguras air kolam terlebih dahulu. Saat aku duduk merenung dipinggir kolam, aku mendengar senandung kecil dan langkah kaki seseorang mendekat kearahku. Saat kubalik badan kecilku, ayah tengah berdiri menatapku.
"Nggak sekolah?" tanya Ayah.
"Nggak yah, Alif yang sekolah. Ayah nggak kerja?" tanyaku balik.
"Udah pulang. Mama nyuruh kamu lagi?" tanya ayah yang hanya kujawab dengan angkat bahu.
"Huft.. Kamu bersihin rumah aja, biar kolam renang sama kebun ayah yang beresin. Mama emang keterlaluan," ayah merebut peralatan bersih - bersih dari tanganku. Ku tatap matanya tak percaya dan dibalas dengan anggukan.
"Terima kasih ayah.." aku langsung menghambur ke pelukannya. Dia adalah orang kedua yang kusayangi selain papaku. Tentunya aku juga sayang mama dan Alif, tapi rasa hormatku sudah luntur.
Ayah memang bukan papa kandungku, usianya bahkan 10 tahun lebih muda dari mama. Tapi sifatnya yang hangat dan pengertian membuatnya terlihat sangat dewasa. Dia tidak pernah membedakanku dengan Alif, dia selalu menyayangiku dan menjadi tempat sandaranku. Hanya bersama ayah, sifat manjaku akan muncul kembali. Hanya dengan ayah, aku terlihat seperti anak yang lainnya.
"Udah deh acara peluk - peluknya, sana cepet bersih - bersih. Ntar dimarahin mama, lho!" ayah bertingkah seolah mengusirku dan aku langsung pergi dengan bibir mengerucut
"Aduh yang ngambek.. Ntar cantiknya ilang," bodo amat~ teriakku dalam hati.
****
Jam berjalan dengan cepat, baru saja pukul 12 eh sekarang udah jam 4 sore. Saat aku sedang bersantai setelah seharian bersih - bersih rumah, dering telepon mengusikku.
"Halo?" ku jawab panggilan telepon itu dengan malas.
"Halo Olive? Kyaa.. Kenapa hari ini kamu nggak masuk? OMG katanya kamu bakalan masuk terus seminggu ini? Ugh aku sampai syok," suara disebrang sana menggebu - gebu dengan rentetan pertanyaan yang membuat gendang telingaku seperti akan pecah.
"Lebay lo! Ngomongnya woles dikit bisa nggak sih? Rusak nih telinga gue. Males gue masuk sekolah, emang ada masalah?" ya siapa lagi yang nelepon aku kalau bukan si cempreng Octaf.
"Hehe maaf. Kamu tanya ada masalah apa nggak? Helloo.. Ya jelas ada lah.. Kamu tau nggak, tadi disekolah Alif sikapnya kalem banget kayak miss indonesia, eh dikira anak - anak kamu udah insyaf." aku memutar bola mata malas mendengar jawaban Octaf.
"Lo nggak usah kaget, dari dulu dia emang gitu kan? Gue kira apa, nggak penting banget." saat hendak menaruh telepon, suara Octaf menahanku
"Eh tunggu dulu, dia juga ikut osis. Kamu kan lagi bertengkar sama ketua osis itu," jdaarr~ bak ada guntur di siang bolong, aku terbengong mencerna kata - kata Octaf,
"Alif bangsat.. Bukannya dia nggak suka ikut osis!" teriakku sambil menutup telpon.
"Your language, sayang." ayah datang dan membawakanku segelas lemon.
"Maaf yah, abis ntuh anak ngeselin. Dia itu bikin Olive banyak masalah, selalu sesukanya sendiri," ku teguk habis es lemon ditanganku.
"Sabar ya, gitu - gitu kalian dulu pernah main bareng didalam perut," balas ayah lembut sambil membelai rambutku.
"Ah sotoy nih ayah, pasti dulu aku pengen banget bunuh dia, tapi mama selalu lindungi," balasku.
"Kata siapa? Mama kamu dulu sering cerita kalau kalian suka maen sepak bola didalam sana, kamu tau? Mama kamu seneng kalian akur," jawab papa yang membuatku jengah.
"Mama nggak sayang aku yah, nggak mungkin dia seneng aku akur sama Alif. Au ah yah gelap," aku langsung beranjak pergi, 'ah kayaknya acara ngambekan ku harus dilanjutkan wkwk' batinku.
"Mama kamu lagi khilaf, sayang!" suara ayah memang dibuat sepelan mungkin, tapi aku masih bisa mendengarnya.
Mama emang beruntung punya suami sebaik ayah
Well.. Nggak nyangka banget bisa nyelesain part ini malem ini 😂😂 maaf mungkin part ini gj plus absurd banget.. Tapi jangan lupa vote + komen..
Sorry di repost ulang, tadi sempet error x_x
Big laff😘😘
Nandaliaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me (Complete)
Teen FictionKembar dan identik, itu sangat menyenangkan bukan? kamu bisa berbagi banyak hal termasuk pakaian,tempat tidur dan cerita.. namun tidak dengan Olivia Arabella Putri, dia harus bisa menerima bahwa dirinya hanyalah bayangan sampah yang selalu membayang...