Kecewa

8.3K 434 4
                                    

Sebenarnya apa itu janji? Kenapa manusia dengan mudah mengumbar janji namun tidak bisa menepatinya. Untuk apa janji dibuat bila hanya untuk diingkari.

"Apa yang lo lakuin? Lo tau ngga disini ngga boleh ada bullying?" suara Ryan menggema keras memenuhi ruangan. Saat ini muka Ryan benar - benar memerah menahan amarahnya. Dilihatnya Olive yg masih sesenggukan dipojok ruangan.

"Tapi Ry.. Dia.." belum sempat Selin menyelesaikan kalimatnya, Ryan langsung menyambar

"Diem... Lo out!!"

Ryan menghampiri Olive dan menggendongnya pergi ke parkiran sekolah, tak lama mobil Ryan sudah meninggalkan area sekolah.

*****

"Astaga Olive!! Nak Zafar, Olive pasti bikin masalah lagi.. Dia bikin masalah apa? Cerita sama tante nak!" Mama Olive langsung heboh melihat keadaan Olive yang acak - acakan, namun bukannya khawatir ia malah menyalahkan Olive.

Setelah membaringkan Olive dikamar, Ryan duduk diruang tamu untuk menjelaskan apa yang terjadi.

"Bukan tante, ini bukan salah Olive. Ini murni salah anak osis, maaf ya tante saya tidak bisa menjaga Olive dengan baik,"

Mama Olive hanya tersenyum tipis,
"Ngga papa kok nak zafar. Saya tau Olive memang pembuat onar, jadi tidak usah dibela,"

"Bukan tante, ini memang murni salah kami. Saya mewakili anak osis meminta maaf untuk kejadian yang tidak menyenangkan ini." terang Zafar

Mama Olive hanya tersenyum kecut, sementara itu Alif yang baru saja bangun dari tidurnya berbinar bahagia melihat Ryan datang kerumahnya

"Eh kak Zafar tumben kesini masih pakai seragam gitu? Mau ketemu Alif ya?" tanya Alif sambil bergelayut manja dilengan Zafar.

"Eh Alif.. Wah tambah cantik aja kamu, gimana keadaan kamu?"

"Baik kak, ini tadi habis check ke dokter. Kak, mau belajar bareng sama Alif nggak?"

"Kayaknya nggak bisa sekarang deh Lif, kakak lagi ada masalah disekolah,"

Alif memutar bola matanya, pasti ini gara - gara saudara kembarnya itu,
"Olive bikin masalah lagi ya kak? Maafin dia," tanya Alif sendu

Ryan menghela nafas pelan,
"Nggak kok, sekarang dia kayaknya lagi tertekan. Mending kamu nemenin dia,"

"Iyadeh kak," balas Alif sambil berlari menuju kamar Olive

*****

Alif masuk kedalam kamar Olive, kamar yang sangat ia rindukan. Dahulu, mereka selalu tidur bersama, melakukan segalanya bersama. Namun, keadaan yang membuat mereka menjalani kehidupan yang berbeda sekarang.

Alif melihat Olive yang sedang tertidur pulas dengan pakaian yang masih sama, ia mendekati kembarannya itu dan mengusap rambutnya,

"Kenapa sih lo harus berubah? Kenapa lo kayak gini Liv? Apa lo seneng sama keadaan lo sekarang ini? Gue kangen lo yang dulu, lo yang selalu ceria dan ngelindungi gue," Alif memeluk Olive erat, tidak perduli bau menyengat dari seragam Olive yang kotor, bulir - bulir bening menetes menjadi aliran sungai kecil dipipinya

Olive terbangun karena merasa ada benda berat menimpa tubuhnya, ia mengucek matanya dan melihat kembarannya sedang tidur sambil memeluknya, ia langsung mendorong Alif yang membuat Alif terjengkang jatuh kelantai,

"Aduh.. Sakit Liv," Alif mengaduh kesakitan, darah segar keluar dari hidungnya

"Aduh nyusahin banget sih lo, gitu aja mimisan,"

Olive membaringkan Alif ke tempat tidurnya, ia bergegas mengambil sapu tangan dan obat - obatan, lalu mencari daun sirih yang tumbuh liar dibelakang rumahnya,

Setibanya dikamar, ia langsung mengusap darah Alif dengan sapu tangan, kemudian menyumbatnya dengan daun sirih yang sudah digulung,

"Sekarang minum dulu obat lo, gue mau pergi," Olive meletakkan obat - obatan Alif diatas nakas  bersama airnya, kemudian ia pergi dengan jaket jeans kumal kesayangannya

Alif menatap kosong kearah Olive sebelum ia benar - benar menghilang,
"Gue tau kok sebenernya lo itu baik, tapi lo nyembunyiin itu dari semua orang. Yang nggak gue tau, kenapa lo berusaha membuat semua orang benci sama lo?"

*****

Olive bersandar didinding kamar penuh dengan warna pink, kamar siapa lagi kalau bukan milik Oktaf.

"Nih minum dulu susunya, biar lo baikan," Oktaf menyerahkan segelas susu stroberi kehadapan Olive, sedangkan Olive hanya menatapnya acuh tak acuh

"Udahlah Liv ngga usah dipikirin terus, ntar juga rambut lo panjang lagi kan?" Oktaf berusaha menenangkan hati sahabatnya itu,

Olive melotot kesal melihat Oktaf yang tidak bisa memahami kondisinya,

"Enak banget lo ngomong ya.. Tau nggak berapa tahun gue nggak potong rambut? 8 tahun.. Dan dia motong rambut gue dalam hitungan 8 detik. Lo nggak tau dan nggak pernah mau tau apa yang gue rasain," bulir - bulir bening itu mengucur deras dipipi Olive, ia langsung mengambil jaketnya dan berlari pergi.

Saat ia membuka pintu, seseorang tiba - tiba menabraknya

'Bruakk..'

"Aduh.. Olive.."

Bersambung~

Hai^^ sebenarnya udah ada rencana nggak bakalan lanjutin cerita ini :v tapi pas liat ada yg komen kemaren bikin semangat buat nulis cerita ini muncul lagi :'v mungkin part ini masih absurd soalnya lagi nyari alur yg pas :'v semoga tidak mengecewakan

Nandalia~

It's Me (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang