Matahari bersinar cerah membangunkan setiap makhluk hidup yang sedang terlelap, tidak terkecuali Olive.
Ia segera menyelesaikan ritual paginya, kemudian memakai baju seragam yang baru dibelinya kemaren, ia tersenyum senang menatap pantulan dirinya dikaca, ini adalah pertama kalinya ia memakai seragam baru.
"Selamat pagi princess,"
Olive membalikkan badannya, kaget dengan kehadiran Ryan yang secara tiba - tiba muncul diatas ranjangnya.
"Ishh, ngapain sih lo disini? Bikin orang kaget aja. Mending lo sekarang nyariin lensa kontak buat gue" ujar Olive
Ryan berjalan mendekati Olive, berdiri tepat dihadapannya, hingga Olive bisa merasakan hembusan nafas Ryan yang hangat
Olive menunduk, tidak berani menatap pria didepannya. Ryan segera menahan dagunya, lalu menatap lembut kearah bola matanya,
"Lo nggak perlu lensa kontak, karena mata ini yang selalu bikin gue nggak bisa berpaling, hanya mata ini yang selalu memikat hati gue, dan satu - satunya mata yang ingin gue pandang sepanjang hari, tanpa pernah ada kata bosan,"
Olive merasakan suhu ruangan yang semakin memanas, mukanya benar - benar merah, bahkan ia tidak bisa mengontrol degup jantungnya sendiri yang kini sedang berdetak kencang seolah sedang lomba maraton.
"Ciee yang mukanya merah, bikin makin gemes aja. Jadi pengen gigit," ujar Ryan sambil mencubit kedua pipi Olive.
"Apaan sih lo, sakit tau. Lepas nggak?"
"Nggak mau,"
Olive memutar bola matanya kesal, pasrah dengan pipinya yang sedang menjadi sasaran empuk cubitan tangan Ryan,
"Daripada lo nyiksa gue gini, mending sekarang lo cariin gue lensa kontak warna coklat, cepet!"
"Nggak, jangan pernah pake lensa kontak. Mata lo indah, jangan pernah disembunyikan lagi," ujar Ryan sambil menatap Olive tajam.
"Tapi Ted, gue terlalu mencolok," ujar Olive
Olive dan Alif memang terlahir sebagai kembar identik, namun perbedaan mereka terletak dimata dan rambutnya, papanya adalah blasteran Jerman - USA sedangkan mamanya adalah orang asli suku jawa.
Berkat gen yang sangat berbeda ini, Olive memiliki mata biru cantik yang sering dijuluki dengan sapphire blue dengan rambut hitam pekat, sedangkan Alif memiliki mata coklat dengan rambut pirang terang yang indah.
Saat bersekolah, Olive akan memakai lensa kontak berwarna coklat sedangkan Alif akan memakai wig hitam. Itu membuat mereka akan tampil tidak mencolok diantara yang lainnya.
"Hey, be yourself. Sekarang lo bukan lagi Alif, lo adalah lo karena lo adalah Olive. Jadi diri lo sendiri, jangan bersembunyi dibalik nama Olive lagi, oke?" ujar Ryan
"Tapi,"
"Nggak ada tapi - tapian, lo harus bisa terbiasa menjadi diri lo sendiri, bukan orang lain," tegas Ryan
"Siap komandan," ujar Olive sambil mengangkat tangannya untuk hormat ala militer
"Okey, lets do it," ujar Ryan sambil mengalungkan tangannya dileher Olive kemudian menyeretnya keluar rumah.
"Woii lepasin nyet, woii," teriak Olive yang tidak digubrisnya.
******
"Nama saya Olive, salam kenal," ujar Olive.
Ya dirinya kini tengah berada didepan kelas, memperkenalkan diri didepan teman - teman yang sebenarnya sudah sangat ia hafal.
Ia menatap ke bangkunya selama ini, Alif tidak ada disana. Berarti Alif masih belum sembuh seutuhya.
"Heh temen - temen, sadar nggak sih kalo dia mirip banget sama Alif?" teriak Selly, orang yang paling Olive benci dikelas karena sifat childishnya.
"Whoaaa iya bener - bener. Mirip banget, tapi kalo si Alif versi lokal, dia versi bulenya," teriak Endy.
"Sudah jangan ribut, Olive kamu bisa duduk dibangku di samping Reynald, yang duduk dipojok belakang itu," ujar Bu Endang guru sejarahnya yang kebetulan sedang ada jadwal dikelasnya hari ini.
"Iya bu,"
Olive berjalan menuju bangku barunya, ia sedikit salting saat Rey terus menatapnya tanpa berkedip. Tatapannya tajam dan dingin, membuat Olive semakin tegang.
"Hei Liv, gimana kabar lo? Kok lo nggak bisa gue hubungi kemaren?" tanya Oktaf yang duduk didepannya.
"Sori, gue kemarin banyak urusan, jadi nggak sempet buka hp. Hehehe," balas Olive.
Rey menatap Olive dan Oktaf bergantian, rasa curiga mulai hinggap dihatinya,
"Kok kalian kayak udah akrab gitu?" tanya Rey penuh selidik
Olive dan Oktaf langsung terdiam dan saling pandang karena kaget dengan pertanyaan Rey barusan. Mereka memutar otak untuk mencari jawaban yang pas untuk pertanyaan itu,
"Kenal ditaman kemaren,"
"Temen smp gue," ujar mereka bersamaanOlive menepuk keningnya pelan, merutuki jawaban mereka yang tidak sama.
Rey semakin curiga,
"Jadi yang bener yang mana? Kalian kenalan ditaman kemaren atau kalian temen smp?" tanya Rey
"Itu.. Jadi gini, anu, itu, anu.. Ah iya itu, anu jadi sebenernya kita temen smp tapi baru kenalan kemaren, nah iya itu," jawab Olive gugup
"Nah bener," ujar Oktaf
"Tapi kan tadi lo bilang kemarin banyak urusan, nggak sempet ngabarin Oktaf? Kok sempet ketaman?"
"Anu itu..."
"Reynald, Oktaf, Olive jangan berisik atau kalian keluar!!"
Bersambung~
Maaf makin nggak jelas atau apalah xD kritik dan saran selalu saya tunggu yaa.. Hehehe.. Makasih buat readers yang masih setia dengan sabar nungguin cerita saya yg absurd ini update.. Gomawo~
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me (Complete)
Teen FictionKembar dan identik, itu sangat menyenangkan bukan? kamu bisa berbagi banyak hal termasuk pakaian,tempat tidur dan cerita.. namun tidak dengan Olivia Arabella Putri, dia harus bisa menerima bahwa dirinya hanyalah bayangan sampah yang selalu membayang...