Kata orang ikatan anak kembar sangat kuat, hingga mereka bisa merasakan apa yang kembarannya rasakan
******
Olive masih merasa sesak dan sakit dikepalanya. Ia berusaha duduk dibangku taman sambil meraup udara sebanyak - banyaknya,"Olive," teriakan seseorang memaksa Olive melihat kearahnya.
Olive mendengus kesal melihat Ryan yang selalu bisa menemukan tempat persembunyiannya,
"Lo lagi lo lagi, ngapain sih ganggu gue mulu,"
Ryan duduk disamping Olive sambil mengatur degup jantungnya yang selalu berdetak lebih kencang saat berada disamping Olive,
"Alif masuk rumah sakit,"
Olive memutar bola matanya malas, tidak ada raut panik ataupun kaget dimukanya,
"Gue nggak peduli," balas Olive berpura - pura, karena sebenarnya ia menyayangi Alif lebih dari apapun, hanya saja, Olive terlalu malu untuk mengakuinya,
Ryan yang tidak pernah bisa Olive bohongi hanya mendecak sebal, sampai kapan Olive akan hidup dalam kepura - puraan?
"Lo ikut gue,"
Ryan menarik paksa tangan Olive tidak peduli dengan pemberontakan kecil yang dilakukan Olive.
*****
Bau obat - obatan menusuk dihidung Olive, membuatnya harus menahan mual. Ia paling benci bau obat yang membuat kepalanya makin pusing.
Ryan membuka pintu kamar Alif dan menarik Olive untuk mengikutinya,
"Ayo masuk,"
Olive segera duduk disamping Alif dan menatap nanar kearah Alif yang tidak berdaya dengan berbagai alat infus ditubuhnya,
"Hhh.. Lemah banget sih lo, cuma segini doang usaha lo? Hidup itu perjuangan lif, kalo lo mau hidup, lo harus berjuang buat bangun. Sampek kapan lo mau tidur terus?"
Hening.. Olive merasa dirinya mulai gila karena berbicara sendiri, ia sadar ini bukan sinetron dimana orang yang sedang koma bisa langsung sadar karena ucapan seseorang,
Kepala Olive semakin pusing, ia merasakan darah segar mulai keluar dari hidungnya. Ia menatap Alif, tidak pernah kondisi tubuhnya selemah ini saat Alif sakit.
"Lif bangun, marahin gue Lif. Marahin gue karena gue yang buat lo kayak gini. Cepet bangun dam marahin gue Lif,"
Bulir - bulir bening itu mengalir dan membentuk sungai kecil dipipi Olive. Olive menyesal, seharusnya dia yang berada diposisi Alif, karena hanya Olive yang pantas disakiti, bukan Alif. Alif terlalu rapuh untuk disakiti.
"Lif bangun, gue kangen," ucap Olive lirih sebelum Olive tidak sadarkan diri karena tidak mampu lagi menahan sakit dikepalanya,
"Olive,"
*****
Alif duduk diam disebuah taman bunga yang indah. Ia kelelahan mencari jalan untuk pulang, ia kebingungan dengan tempat yang sangat asing untuknya itu,
"Alif," sebuah suara mengalihkan pandangannya.
"Papa?" Alif kaget melihat papanya kini hanya berdiri beberapa meter dari tempatnya,
"Papa, Alif kangen,"
Alif segera berlari memeluk papanya, ia merasakan belaian lembut jemari papanya dirambutnya,
"Kamu kenapa ada disini sayang?" tanya papanya lembut
"Aku tidak tau pa," terang Alif.
"Kembalilah sayang, kamu hanya perlu berbalik dan berjalan lurus. Mama dan Olive merindukanmu,"
"Ayo pa kita kembali bersama - sama,"
Olive menggenggam tangan papanya dan berusaha menariknya, tapi papanya hanya diam dan menggeleng
"Tidak sayang, tempat papa disini,"
"Tapi Alif pengen sama papa,"
"Suatu saat, kalau sudah waktunya, papa pasti jemput Alif,"
"Janji ya, pa?"
"Iya,"
Alif kemudian berbalik, tidak sabar menceritakan pertemuannya dengan papa kepada Olive, pasti Olive akan bahagia.
Sebuah cahaya putih menyilaukan mata Alif membuatnya memicingkan mata, kemudian ia nerasa bahwa ia berada disebuah kamar bercat putih dan bau obat - obatan yang sudah akrab dihidungnya,
"Sayang kamu sudah sadar? Dokter," Mama Alif segera berlari keluar mencari dokter untuk memeriksa kondisi putri kesayangannya,
"Syukurlah kamu sudah sadar sayang," ujar Ayahnya.
Alif berusaha bertanya pada ayahnya mengenai Olive, namun mulutnya sangat sulit dibuka,
"Aku ada disini Lif," Olive tiba - tiba muncul diambang pintu dan berlari memeluk Alif. Olive ingin membuang egonya untuk saat ini, karena ia sudah sangat merindukan kembarannya.
Mama mereka yang baru masuk dengan membawa dokter langsung murka melihat Olive yang sedang memeluk Alif.
Ia langsung menarik Olive dan menyeretnya keluar,
"Hey, ngapain kamu disini hah? Mau bunuh anak saya?"
"Salahku apa sih ma? Kenapa mama nggak pernah mau ngertiin aku?" ujar Olive
"Dasar nggak tau diri. Yang buat Alif jadi kayak gini siapa? Kamu sama temen kamu yang arogan itu," teriak mama Olive yang langsung menjadi pusat perhatian.
"Cukup tante, anda kelewatan!!"
Bersambung~
Heii maaf ya updatenya lama sekali x( soalnya tugas sekolah juga makin hari makin numpuk ples lagi buntu mikir idenya xD jadilah cerita absurd ini xD kritik dan saran selalu saya tunggu yaa~ jangan lupa vote + komen
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me (Complete)
Teen FictionKembar dan identik, itu sangat menyenangkan bukan? kamu bisa berbagi banyak hal termasuk pakaian,tempat tidur dan cerita.. namun tidak dengan Olivia Arabella Putri, dia harus bisa menerima bahwa dirinya hanyalah bayangan sampah yang selalu membayang...