Rinai hujan membawa kembali kilas masa lalu yang sekuat hati coba kulupakan. Di bawah langit kelabu sore itu, kamu datang dengan senyum mengembang. Air mata bahagia menetes bersama rintik gerimis yang membawa aroma khasnya.
Kamu memelukku dengan eratnya. Meremukkan hatiku. Aku tahu, ini kabar bahagiamu. Namun bagaimana bisa kukatakan padamu, ini melukaiku dengan teramat dalam.
Ragaku seakan tak lagi berjiwa. Hatiku hampa. Luka ini terlalu menyakitkan. Mematikan rasaku. Menggelapkan pandanganku.
Tanganku bahkan kehilangan tenaganya untuk merengkuhmu lebih erat dalam pelukku. Kakiku seakan tak lagi mampu berpijak. Air mata tak lagi mampu utarakan rasa. Senyum bukan lagi pertanda bahagia.
Cintaku mengakar untukmu. Berdiri kokoh dalam hatiku. Aku mencoba tak percaya, tapi kutahu ini nyata.
Kutatap lesu kaca yang berembun. Aku tersadar dari lamunanku. Kutulis kecil namamu di sana, kuhapus tak lama setelahnya. Kuharap menghapusmu dari hatiku kelak akan semudah melenyapkan namamu dari cermin berembun di depanku.
Selamat berbahagia dariku yang masih menyimpanmu di ruang kalbuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Hampa
PoetryJangan percaya begitu saja pada matamu. Mata yang kau pikir memandang kejujuran itu kadang menipumu, terselimuti kabut dusta. Apa yang kau lihat, tak selalu itu yang terjadi. Apa yang kau dengar, tak selalu itu yang terucap. Apa yang kau ucap, tak s...