Aku kelam. Kamu bersinar.
Dalam diam, aku berbisik. Memohon pada Tuhan, Sang Pemilik Semesta Alam, agar izinkan aku dan kamu dapat bahagia. Walau tak harus menjadi kita.
Kulepaskan segala asa yang pernah ada. Kurengkuh dalam rindu yang menyayat. Kuhapus pelan dendam yang tak lagi membara. Kuredam tentu nafsu yang sempat bergelora.
Jika aku dan kamu saja mampu untuk bahagia, lantas untuk apa memaksa menjadi kita?
Cukuplah bagiku ada kamu dalam hidupku.
Cukupkah bagimu ada aku dalam harimu?
Aku tak pergi, hanya tak lagi menanti.
Aku tak menyerah, hanya memilih untuk tidak berjuang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Hampa
PoesíaJangan percaya begitu saja pada matamu. Mata yang kau pikir memandang kejujuran itu kadang menipumu, terselimuti kabut dusta. Apa yang kau lihat, tak selalu itu yang terjadi. Apa yang kau dengar, tak selalu itu yang terucap. Apa yang kau ucap, tak s...