Kutuliskan ini untuk kamu, yang masih setia di sini.
Terima kasih, atas waktu yang selalu kamu luangkan untuk aku, yang bahkan tidak mengenal kamu.
Sungguh, terima kasih.
Jika kamu miliki luka yang sama sepertiku, tenanglah, aku tak akan mengatakan segalanya akan baik-baik saja kelak.
Karena memang tak akan pernah jadi baik-baik saja.
Semua tetap sama.
Luka itu tetap menganga, hanya saja caraku merasakannya yang berbeda.
Aku tak lagi merongrong mengutuk masa lalu.
Aku tak lagi mengais mengemis rindu.
Aku tak lagi terduduk meratapi apa yang sudah digariskan memang untuk terjadi.
Aku bangkit dengan luka.
Masih luka yang sama.
Hanya saja, aku tak lagi mematung menatapnya.
Kuabaikan, aku anggap tak ada.
Perlahan, luka itu seperti benar-benar tak pernah ada.
Tapi, kamu tahu? Hatiku selalu tahu, luka itu masih menganga di sana, di tempatnya sejak dulu.
Percayakah kamu, segalanya jadi lebih mudah untukku ketika aku tak lagi memaksa untuk lupa.
Kubiarkan air mata basahi diri, kala rindu merayapi hati.
Kubiarkan dada memanas perih, kala masa lalu gerayangi mimpi.
Lalu, tanpa kusadari, lima tahun berlalu sejak aku dan dia tak lagi menjadi kami.
Aku tak memaksa kamu percaya, tapi aku juga pernah merasa.
Terserah caramu bagaimana.
Tapi, begitulah caraku melepas namanya dari anganku.
Tapi, begitulah caraku lupa untuk menyebut namanya dalam doaku.
Sabtu, 3 Maret 2018
1.52
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Hampa
PoetryJangan percaya begitu saja pada matamu. Mata yang kau pikir memandang kejujuran itu kadang menipumu, terselimuti kabut dusta. Apa yang kau lihat, tak selalu itu yang terjadi. Apa yang kau dengar, tak selalu itu yang terucap. Apa yang kau ucap, tak s...