Matahari terik yang dihiasi dengan gemericik hujan membuat para burung mengungsi ke tempat yang lebih aman, membuat kucing berlarian mencari tempat berteduh, dan membuat Sania merasa bahwa dirinya perlu tidur saat itu juga.
Banyak guru-guru yang sudah keluar kelas karena sebentar lagi bel pulang berbunyi. Kelas 10.5 sudah tidak ada gurunya sedangkan kelas 10.3 masih saja mengutat soal ipa tahun lalu.
Saat lima menit sebelum bel pulang, guru-guru di kelas lainnya pun keluar dan langsung menuju ruang guru untuk membereskan bawaannya.
Sania yang sedari tadi menunggu bel pulang akhirnya bel pulang pun berbunyi. Membuat para siswa berhamburan keluar, Sania ingin segera pulang namun ia teringat bahwa Aldan pasti kesulitan untuk mengambil motornya. Langsung ia mengambil handphone di tasnya untuk mengirim pesan pada Aldan.
Sania : Lo dimana? Mau balik bareng ga? Kan motor lo ga ada.
Aldan : Gue di parkiran. Cepetan kesini bego!
Sania : Iya sayang, eh Aldan.
Aldan : Jangan panggil gue sayang!
Sania : Suka-suka gue!Sania bergegas menuju parkiran, senyumnya merekah tanda kemenangan karena dia akan pulang bersama Aldan untuk pertama kalinya.
Halaman parkir sekolah memang luas, membuat Sania harus berulang-ulang kali menengok kanan dan kiri mencari keberadaan Aldan. Ada banyak laki-laki yang berlalu-lalang di hadapannya namun matanya mendapati kepala dengan rambut yang amat ia kenali.
"Gue yang nyetir atau lo yang nyetir?" Tanya Sania menyerahkan kunci motornya pada Aldan.
"Gue aja. Gengsi gue dibonceng cewe brutal kaya lo!" Seru Aldan mengambil kasar kunci motor Sania.
"Eh lo ngomongnya gitu. Udah bagus gue anterin." Kata Sania membenarkan posisi tasnya.
"Bego!" Seru Aldan memasukkan tangan kirinya ke saku celana.
"Lo ngatain gue bego terus ga bosen apa?" Tanya Sania yang berniat untuk meninju perut Aldan.
"Ga."
Aldan memasukkan kunci dan menyalakan motor Sania. Dia sudah siap pulang, namun Sania hanya berdiri diam seolah-olah menunggu untuk diajak.
"Mau pulang ga lo?" Tanya Aldan kasar.
"Ajak gue!" Pinta Sania memalingkan wajahnya.
"Bego!" Pekik Aldan malas.
"Cepet!" Seru Sania.
"Ck! Ayo San, pulang bareng." Kata Aldan dengan terpaksa.
"Ih kamu manis banget kalau kaya gitu, makin cinta deh. Yuk ah!"
Aldan yang diperlakukan seperti itu hanya mendengus kesal. Mereka pergi dari parkiran menuju rumah warga yang tadi pagi ia titipkan motor.
Di perjalanan, Sania mencuri-curi pandangan Aldan lewat spion kiri. Sania tersenyum manis.
Sania PoV
Gue yakin, gue bukan suka sama lo, tapi gue cinta lo Aldan Raihan. Lo rese bikin gue baper terus!
Author PoV
Saat sampai di rumah warga, Aldan langsung menekan bel di samping pagar. 4 detik setelah bel berbunyi, seorang ibu-ibu keluar. Melempar senyum kepada mereka.
"Ade yang nitip motor tadi pagi ya? Ada di garasi. Silahkan masuk."
"Dikasih minum ga nih bu? Kebetulan saya lagi haus nih." Celetuk Sania sambil membenarkan ikat rambutnya.
"Ga usah bu, jangan ladenin dia." Aldan menatap Sania dengan tatapan tajamnya seakan-akan mengatakan 'Jelas-jelas itu ga sopan bego!'
"Ah iya kamu haus? Sebentar ya ibu buatkan minuman dulu." Tapi respon ibu tersebut berbeda dengan Aldan. Aldan yang mendengarnya hanya mendengus kesal.
Namanya ibu Ica, ibu Ica langsung masuk ke rumah, diikuti oleh Sania dan Aldan memasuki halaman depan. Sania yang sedang santai duduk menatap jalanan malah disikut oleh Aldan.
"Apa-apaan si lo? Minta minum caranya ga gitu kali. Ga sopan sumpah!" Aldan menatap sinis pada Sania.
"Gue cuman jujur. Bagus loh cewe jujur, jadi kalau gue suka sama lo eh cinta sama lo gue bakal jujur." Kata Sania sambil membentuk 'love' dengan tangannya.
"Ga ada hubungannya bego!" Kata Aldan tanpa menatap Sania.
"Yaudah kita resmiin hubungan ini." Kata Sania mendekatkan 'love'nya pada Aldan.
"Hubungan apaan si lo?" Aldan menepis tangan Sania.
Tak lama setelah mereka adu mulut, ibu Ica datang membawa minuman.
"Nih de diminum, duduk duduk dulu aja. Kasian kalian pasti cape."
Sania, Aldan dan bu Ica duduk di kursi halaman depan.
"Ga usah bu, makasih. Abis minumnya habis, kita langsung pulang ko. Kasian Aldan belum sembuh lukanya." Kata Sania sambil meminum sirup buatan bu Ica.
"Pipi kamu masih sakit de? Namamu siapa tadi?" Tanya bu Ica sambil menatap Aldan.
"Aldan bu, cuman sedikit sakit. Besok juga sembuh." Jawab Aldan sesopan mungkin.
"Diobatin saya loh bu." Dengan bangganya Sania berbicara sepeti itu.
"Kalau diobatin sama sang kekasih, biasanya langsung sembuh." Kata bu Ica gurau.
"Dia bukan kekasih saya bu." Seru Aldan tidak terima.
"Belum ko bu. Kalau kita udah resmi nanti saya kasih tau ibu deh." Kata Sania berbisik-bisik.
"Ibu permisi, saya ke garasi ya ambil motor saya." Kata Aldan meminta ijin.
"Oh iya de Aldan." Jawab bu Ica.
Aldan menaruh gelasnya di meja, meninggalkan Sania dan ibu Ica menuju garasi rumah.
"Bu, dia keren ya?" Tanya Sania menatap punggung Aldan.
"Ah Aldan? Iya, wajahnya tampan. Kalau ibu masih muda, ibu juga pasti suka sama dia."
"Ah ibu jangan muda lagi. Nanti saya punya saingan dong."
"Ahahaa iya iyaa."
"Bu, saya sama Aldan pamit pulang ya. Makasih udah dibikinin minum."
"Iya de, sama sama. Hati-hati bawa motornya."
"Iya buu."
Sania beranjak keluar halaman. Disana sudah ada Aldan yang mengendarai motornya. Aldan menekan klakson motor seperti ijin pamit pada pemilik rumah. Ibu Ica mengangguk pelan.
"Udah bilang makasih belum?"
"Udah. Makasih udah dibikinin minum."
"Ko lo ga bilang makasih udah jagain motor gue?"
"Kan itu motor lo. Bilang sendiri lah."
"Bego!"
Aldan turun dari motornya dan menghampiri ibu Ica.
"Ibu, saya sama Sania pamit pulang ya. Makasih udah mau dititipin dan jagain motor saya. Maaf ngerepotin bu."
"Iya sama-sama. Kalian cocok, segera diresmikan ya."
Aldan tidak menanggapi kalimat terakhir ibu Ica. Apa apaan si ibu, lama-lama ibu resenya kaya Sania.
Aldan segera menuju motornya. Menyalakan mesin lalu pergi meninggalkan Sania yang sedari tadi menunggunya. Pergi tanpa pamit.Sania menyadari dirinya ditinggal. Hanya menatap punggung Aldan yang sudah menjauh. Menghela napas panjang lalu tersenyum.
"Cepet sembuh Dan." Katanya pelan.
Sania buru-buru mengendarai motornya menuju rumahnya. Saat sampai di rumah, dia langsung pergi ke kamar. Takut-takut diejek mamah lagi perihal dia menyukai seorang pria.
Sania merebahkan diri dikasur, dengan Ac yang sudah menyala. Cukup membuat peluh Sania berkurang. Sania mengambil ponsel dan langsung mengirim pesan pada Aldan.
![](https://img.wattpad.com/cover/86102876-288-k513752.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
With You Babe❤
RandomGue udah putusin kalau gue akan terus mencintai lo. Ya walau sikap lo yang kadang anget terus dingin lagi, gapapa lah ya. Liat rambut lo di keramaian aja udah seneng, apa lagi liat senyum lo. Gue ga tau lo suka sama siapa, atau mungkin cinta sama si...