Seren, Sania, dan ibu Sania sedang santai duduk di ruang keluarga dengan ibunya yang sedang mencari-cari channel tv, Sania yang memperhatikan tv namun lama-lama malas karena ibunya selalu menggantinya, dan Seren yang masih meminum es tehnya.
"San." Panggil Seren menaruh es tehnya ke meja.
"Haa?" Jawab Sania malas.
"Gue tidur sama lo ya." Pintanya sambil memajukan wajah.
"Belum kawin. Ntar jadi pelecehan." Kata Sania menjaga jarak dari Seren.
"Kan sama-sama cewe elah." Kata Seren malas.
"Kali aja lo nafsu sama gue." Ujar Sania asal saja.
"Engga lah." Kata Seren meyakinkan.
"Ntar lo meluk gue gimana?" Tanya Sania sambil menatap Seren.
"Ga gimana-gimana lah." Jawab Seren santai.
"Aldan aja belum meluk gue masa lo udah." Seru Sania kembali menatap tv.
"Rese lo!" Pekik Seren bergeser memberi jarak antara mereka.
"Asalkan lo ga minta es krim gue yang di kulkas." Kata Sania menatap Seren tajam.
"Gue beli sendiri." Jawab Seren santai.
"Saniaa.. udahlah gapapa, lagian Seren kan temen kamu." Kata ibunya melerai.
"Oke kalau ibu negara mengijinkan." Jawab Sania sambil melipatkan tangan di dada.
"Makasih tante, nanti Seren pulang dulu ambil baju." Kata Seren tersenyum mengangguk melirik ibu Sania.
"Pake baju Sania aja." Kata ibunya sambil memegang pundak Sania.
"Engga tante, kasian Sanianya." Seren melirik Sania.
"Yaudah terserah kamu aja, nanti dianter sama Sania sekalian beli es kelapa ya." Kata ibunya melirik Sania.
"Eh es kelapa? Yes yaudah ayo cepetan Ren, mana uangnya mah?" Tangan Sania langsung menengadah di depan wajah ibunya.
"Pinjem uang kamu dulu yaa." Kata ibunya tersenyum jahil.
"Hih kebiasaan, yaudah nanti Sania minta struk belanjaannya aja." Kata Sania menggandeng tangan Seren menuju keluar.
Ibunya hanya tersenyum, mengikuti langkah mereka. Sania mengambil kunci motornya di loker depan, memasukkannya ke lubang kunci lalu menyalakan motornya.
Seren duduk di jok belakang, memakai helm begitupun Sania. Ibunya membukakan pagar agar mereka bisa keluar, menutupnya lagi setelah mereka sudah keluar.
Dijalan, Sania dan Seren hanya diam saja, entah ingin membicarakan apa. Tidak tahan dengan sikap bungkam diantara mereka, Seren membuka obrolan terlebih dulu."Lo tau rumah gue kan?" Kata Seren memukul pelan punggung Sania.
"Ya." Jawab Sania pendek.
"Nanti berangkat sekolahnya bareng lo ya, orangtua gue baliknya minggu depan." Kata Seren bernafas panjang.
"Gue bareng mamang somay." Jawab Sania sambil membelokkan setirnya menuju arah rumah Seren.
"Serius San." Seru Seren sambil menatap jalanan.
"Besok mamang somay jemput gue jam enam." Kata Sania sambil mengklakson motornya karena ada seekor ayam di tengah jalan.
"Serius." Seren memukul punggung Sania geram.
"Jangan mukul. Gue turunin dijalan." Ancam Sania datar.
"Besok gue sama lo ke sekolah." Seru Seren menaruh kedua tangannya di paha.
"Yaiyalah besok ga libur bego!" Seru Sania menambah kecepatan motornya.
"Bareng ya." Kata Seren berusaha membujuk sahabatnya yang keras kepala itu.
"Gue sama Aldan." Jawab Sania asal.
"Serius lo?" Tanya Seren yang hampir tidak percaya.
"Ga." Jawab Sania singkat.
"Lo ga malu pake piyama kuning gini?" Tanya Seren menarik baju bagian leher Sania.
"Ga, gratisan ini. Ngapain malu." Jawab Sania.
"Emang serius dapet dari ngejer layangan?" Tanya Seren.
"Sebenernya sih iya. Tadi gue bilang ga itu takut lo nyari lomba ngejer layangan terus lo dapet piyama kaya gue." Jelas Sania sambil mengingat kejadian masa kecilnya.
"Yaelah di mall juga banyak." Kata Seren meremehkan usaha Sania.
"Ini butuh perjuangan." Kata Sania membanggakan usahanya.
"Terserah lo dah." Jawab Seren pasrah.
Motor Sania berhenti di lampu merah, pengendara motor maupun mobil lain yang sedang berhenti juga hampir seluruhnya melihat Sania. Sania hanya memakai piyama dengan celana selutut, sandal jepit putih yang bertuliskan SANIA dengan huruf kapital, memakai helm abu-abu dengan rambut dikuncir kuda.
"Lo diliatin San." Kata Seren berbisik.
"Mereka ga biasa liat orang cantik." Seru Sania yang ikut berbisik.
Lampu yang tadinya berwarna merah kini berwarna oranye lalu hijau, Sania langsung menancap gas menuju rumah Seren tanpa embel-embel menanggapi obrolan Seren.
Akhirnya mereka sampai, Sania enggan masuk ke dalam rumah Seren jadi dia menunggunya diluar pagar. Sania mengambil ponsel di sakunya, mengetik pesan lalu mengirimnya ke Aldan.
Sania : "Aldan."
Aldan: "Ha?"
Sania: "Lagi apa?"
Aldan: "Duduk."
Sania: "Gue lagi di rumah Seren nih."
Aldan: "Ga nanya."Seren keluar dari rumahnya, berjalan menuju Sania dengan membawa tas ransel yang cukup besar. Melihat Seren, Sania langsung membalas pesan Aldan.
Sania: "Eh Serennya udah keluar, gue mau pulang ya. Dah cinta.
Aldan: "Serah."Sania menyalakan motornya, Seren kembali duduk di jok belakang. Mereka pulang kembali ke rumah Sania, di jalan komplek rumah Seren, Sania melihat Aldan sedang buang sampah di luar rumah. Sania yang melihatnya langsung memberhentikan motornya.
"Aldaaan!" Teriak Sania, Aldan menoleh melambaikan tangan kanannya ke arah Sania.
"Sejak kapan Aldan tinggal di komplek gue.." Kata Seren heran.
"Lo nya aja kali yang ga suka keluar rumah, makannya lo gatau kalau pujaan hati gue tinggal disini. Aah gantengnyaaa, padahal cuman pake kolor item motif tengkorak terus pake baju putih loh kok gantengnya ga ketulungan." Sania menempelkan kedua tangannya dipipi.
Melihat itu, Aldan tersenyum samar, Aldan kembali masuk ke rumah. Melihat Aldan masuk ke rumah, Sania turun dari motornya dan berjalan menuju rumah Aldan. Seren hanya diam melihat kelakuan sahabatnya dan memilih menunggu daripada ikut dengan sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You Babe❤
RandomGue udah putusin kalau gue akan terus mencintai lo. Ya walau sikap lo yang kadang anget terus dingin lagi, gapapa lah ya. Liat rambut lo di keramaian aja udah seneng, apa lagi liat senyum lo. Gue ga tau lo suka sama siapa, atau mungkin cinta sama si...