"Mau duduk?" Tanya Aldan pada Sania.
"Ya iya lah bego lo! Hiks..hiks." Sania kembali menangis.
"Oke." Jawab Aldan singkat.
Langkah mereka tertuju pada tempat duduk di depan taman, mereka berjalan selayaknya sepasang kekasih yang sedang kasmaran. Mereka duduk dan saling terdiam satu sama lain, menatap kosong kemanapun arah mata mereka ingin tuju. Saat Aldan ingin bicara, ponsel Sania lebih dulu berdering. Sania langsung merogohnya di saku baju sekolahnya, mengambilnya lalu menekan tombol kunci untuk membukanya,
Seren: Lo tadi dibully?
Putri: Sania lo gapapa?
Reina: Katanya rambut lo ditarik sama cabe?
Sania: ..
Putri: Kasih jawaban pasti dong.
Reina: Sania!
Seren: Woy kutu!
Sania: Brisik. Ntar gue cerita. Dah.Sania menutup kembali ponsel dan menaruhnya disaku seperti semula. Aldan yang tak sengaja membaca pesannya hanya tersenyum tipis ke arah Sania.
"Lo tadi.. Eum.." Kata Sania ragu.
"Kenapa? Ada yang salah?" Tanya Aldan.
"Lo tadi ga kesambet apa apa?" Tanya Sania memastikan.
"Kesambet mini market." Jawab Aldan asal.
"Serius ih." Sania menggertakkan giginya kesal.
"Apa? Nikah?" Tanya Aldan menatap Sania.
"Ih gila lo!" Sania mendorong pipi Aldan agar tak menatapnya lagi.
"Oh sekarang lo yang ngatain gue gila?" Aldan menepis tangan Sania.
"E-eh, lo tadi ngomong kaya gitu atas dasar apa?" Sania kembali tertunduk malu.
"Dasar Sekolah Dasar." Jawab Aldan asal lagi.
"Aldaaaan!" Sania memukul punggung Aldan.
"Hadir." Aldan mengangkat tangan kanannya.
"Iya gue serius. Biasa aja dong, ga usah baper bego!" Sambung Aldan sambil memukul pelan kening Sania.
"Wajar lah baper, gue punya perasaan istimewa buat lo. Trus lo bersikap baik ke gue walaupun menurut lo itu ga penting tapi menurut gue it's something." Jawab Sania sambil menutupi wajahnya agar tak kembali menangis.
"Ho-oh i know that." Aldan mengangguk.
"So?" Sania membuka tangannya.
"So what?" Tanya Aldan balik.
"Ga." Jawab Sania pelan.
"Saya memang membenci kamu saat pertama kali kita bertemu bahkan sampai saat ini, namun boleh jadi esok lusa saya yang akan amat mencintaimu." Aldan berkata pelan menatap langit yang begitu cerah.
Sania terpaku, otaknya masih belum mencerna perkataan Aldan. Antara terkejut, bahagia, dan sedih. Sania menutup wajahnya yang seakan saat itu juga ingin menangis.
Aldan menyadari Sania yang menahan tangisnya. Sungguh ia tak ingin membuat Sania menangis karenanya.
"Bentar lagi masuk. Ayo ke kelas." Ajak Aldan sambil menyentil tangan Sania.
"Aw! Ga usah nyentil juga sih!" Kata Sania mengusap-usap tangannya yang sakit.
"Ga usah meringis juga, nambah jelek lo!" Aldan menampar pelan pipi Sania kesal.
"Mau muka gue jelek mau ga, itu ga ngubah perasaan gue ke lo kok. So santai aja." Kata Sania memukul pelan pundak Aldan yang berjalan di sampingnya.
"Lupain kejadian di kantin tadi." Kata Aldan sambil terus berjalan.
"Iya. Tapi gue ga lupain kata-kata lo yang seakan-akan ngebela gue ya. Aaaaaaa! Gue baper sumpah!" Sania melompat-lompat riang.

KAMU SEDANG MEMBACA
With You Babe❤
RandomGue udah putusin kalau gue akan terus mencintai lo. Ya walau sikap lo yang kadang anget terus dingin lagi, gapapa lah ya. Liat rambut lo di keramaian aja udah seneng, apa lagi liat senyum lo. Gue ga tau lo suka sama siapa, atau mungkin cinta sama si...