Sania berjalan menuju rumah Aldan, sampainya didepan gerbang, dia menekan bel.
"Yo!" Jawab seseorang dari dalam rumah.
Yang keluar adalah Aldan, raut wajah Aldan langsung menampilkan bahwa ia tidak suka dengan kehadiran Sania.
"Ada apa?" Tanyanya sambil membuka pagar.
"Kangen, mana tante sama om?" Tanya Sania celingukan ke kanan dan ke kiri.
"Udah sana pulang!" Bentak Aldan.
"Kenapa gue disuruh pulang?" Tanya Sania menatap dengan sayu, padahal ia ingin dekat dengan Aldan maupun keluarganya.
"Gue ga suka keberadaan lo! Pulang!" Tangan Aldan menunjuk ke arah Seren.
"Peluuk." Kata Sania sambil merentangkan tangannya.
"Apaan si?" Aldan menatap Sania aneh.
"Peluk gue." Kata Sania.
"Ga." Aldan menepis tangan Sania.
"Pulang San!" Tegas Aldan sekali lagi.
Mendengar kata itu terucap lagi, hati Sania merasa sakit. Padahal ia hanya ingin mampir sebentar ke rumah Aldan, namun sebegitu tidak sukanya Aldan pada Sania.
"Iya sayang, gue duluan. Kalau kangen chat aja ya." Jawab Sania yang berusaha menampilkan senyum terbaik.
Aldan tidak menanggapi, dia menutup pagar dan langsung masuk ke rumah, mengacuhkan Sania yang sedari tadi masih melihatnya.
Aldan PoV
Ngapain ke rumah gue sih! Ganggu orang tidur aja!
Author PoV
Sania berjalan menuju Seren dengan tersenyum, Seren yang tahu sahabatnya diusir bertanya.
"Kenapa San?" Tanya Seren memegang pundak Sania.
"Oh itu Aldan lagi cape, kasian kalau gue ganggu makannya gue balik lagi. Udah ah mau beli es kelapa buat ibu negara." Katanya sambil duduk di jok motor, menyalakan motor lalu mengendarainya dengan kecepatan normal.
Seren yang tahu persis kejadian tadi hanya tersenyum, dia tidak akan bertanya lebih lanjut takut sahabatnya itu tersinggung.
Dijalan, mereka berhenti di warung yang bertuliskan "ES KELAPA" Seren dan Sania turun dari motor, berjalan masuk ke warung. Disana ada pelayan nenek-nenek dan kakek-kakek.
"Nek, es kelapanya lima ya dibungkus." Pesan Sania sambil tersenyum ramah.
"Iya neng." Kata nenek itu.
"Biar Sania bikin sendiri aja deh, nenek nemenin kakek aja ya duduk santai." Kata Sania sumringah.
"Neng bisa?" Tanya nenek.
"Kalau ga bisa ya belajar, nanti takarannya aku nanya ke nenek." Jawab Sania mengacungkan ibu jarinya.
"Ya sudah kalau begitu, nenek ke kakek dulu ya." Jawab nenek sambil duduk di sebelah kakek.
"Ren mau bantuin bikin ga?" Tanya Sania memukul pundak Seren.
"Males." Jawab Seren.
"Yaudah." Karena Seren tidak mau, jadilah Sania sendirian yang melayani dirinya sendiri memesan es kelapa.
Sania cukup telaten, takarannya selalu diiyakan oleh nenek. Seren tidak peduli, dia hanya sibuk berkutat dengan ponselnya. Setelah beberapa menit, akhirnya ia selesai. Membayarnya dengan uang lima puluh ribu.
"Nih nek, Sania duluan ya. Langgeng ya sama kakeknya." Kata Sania melambaikan tangan.
"Kembaliannya neng." Kata nenek berdiri mengacungkan uang Sania.
"Gamau ah. Buat nenek sama kakek aja, makasih nek udah diijinin bikin es kelapa. Nanti Sania mampir lagi yaa.." Teriak Sania yang duduk di jok motor bersama Seren.
"Makasih neng." Kata nenek sambil tersenyum manis layaknya es kelapa yang ia jual.
Sania kembali mengendarai motornya menuju rumahnya, seperti biasanya mereka hanya bungkam di perjalanan. Seren tidak berniat mengajak Sania berbicara, dia tahu hati Sania sedang tidak enak. Sedangkan Sania hanya bernafas panjang seakan-akan dia lelah akan sesuatu.
Sampainya di rumah, ibu Sania membukakan pagar lalu menutupnya lagi. Mereka masuk, Seren langsung ke kamar Sania menaruh tasnya. Sedangkan Sania langsung duduk di sofa diikuti dengan ibunya.
"Mah tadi aku ketemu Aldan, dia tinggal di komplek rumah Seren." Kata Sania bercerita.
"Terus kamu mampir engga ke rumahnya?" Tanya ibunya sambil menatap Sania.
"E-engga. Kayaknya Aldan lagi cape, jadi Sania cuman manggil aja." Kata Sania yang mengalihkan tatapannya pada TV.
Seren turun dari kamar Sania, duduk di sebelah ibu Sania sambil menatap Sania. Seren yang tahu kejadian itu ingin sekali rasanya bercerita pada ibu Sania. Namun ia urungkan niatnya itu. Mungkin lain waktu saja.
"Mah diminum ya es kelapanya." Kata Sania membuka plastik hitam yang berisikan es kelapa.
"Bentar mamah ambil gelasnya dulu." Ibu Sania langsung menuju dapur, mengambil lima buah gelas bermotif bunga sakura.
Sania langsung mengambil gelas yang ibunya kasih, menuangkan satu persatu es kelapa ke dalam gelas dengan hati-hati. Lalu membuang sampah ke tempat sampah yang ada disebelah sofa.
"Ren lo mau es kelapanya ga sih?" Tanya Sania yang melihat Seren terus bermain ponsel.
"Ya mau lah!" Seren langsung meletakkan ponselnya.
"Ga usah chat sama Fathur lah di rumah gue." Kata Sania bergurau.
"Ih kenapa?" Tanya Seren heran.
"Pasti ntar lo senyum-senyum sendiri. Males liatnya." Kata Sania malas.
"Bilang aja iri." Seru Seren sambil menatap Sania.
"Ga." Sania menjulurkan lidahnya. Ibunya hanya sibuk meminum es kelapanya.
"Aldan ga pernah gitu bikin lo senyum?" Tanya Seren.
"Dia mah terlampau sering kali." Jawab Sania sambil tersenyum bangga.
"Aldan pernah senyum ke lo?" Tanya Seren penasaran.
"Pernah." Kata Sania menatap Seren lalu beralih ke es kelapanya.
"Ko ke gue engga ya..?" Pikir Seren sambil mengaduk-aduk es kelapanya.
"Mampus." Seru Sania dengan nada kejam

KAMU SEDANG MEMBACA
With You Babe❤
RandomGue udah putusin kalau gue akan terus mencintai lo. Ya walau sikap lo yang kadang anget terus dingin lagi, gapapa lah ya. Liat rambut lo di keramaian aja udah seneng, apa lagi liat senyum lo. Gue ga tau lo suka sama siapa, atau mungkin cinta sama si...