Setelah kejadian itu, semua berjalan seperti biasa. Mereka yang masing-masing sibuk dengan urusan sendiri, hingga tiba waktunya pulang,
"Anjir gue mau main game di rumah. Napa gue pulang telat gara-gara ketiduran sih!" Pekik Aldan bergegas keluar dari kelasnya. Ya sekarang kelasnya sudah kosong, tak ada yang membangunkannya hingga ia terbangun sendiri akibat suara ketukan kaki burung kecil di jendela.
Bug!
"Eh maaf." Ujar perempuan yang ada didepannya. Aldan menghiraukannya, pikirannya sekarang penuh dengan bayangan betapa santainya ia menikmati game di rumah.
* * *
"Ayah pulaaang.." Seru seseorang dibalik pintu depan.
"Daddyy..." Sania berlari membuka pintu depan, Sania menyambutnya dengan pelukan hangat. Pelukan rindu dari seorang gadis kecil milik ayahnya.
"Masuk yah.." Sania melonggarkan pelukannya lalu menyeret ayahnya masuk.
"Ayah pulang?" Tanya ibunya yang masih memakai piyama dengan lilitan handuk dikepalanya. Menandakan dia baru saja selesai mandi.
"Hey love! I miss you maah." Lelaki itu berjalan dengan tangan yang siap memeluk istrinya. Istrinya menyambut pelukan hangat suami yang sudah lama tak di rumah.
"Adegan 18 plus nih. Wah ga boleh liat akuu." Kata Sania menutup matanya sambil tertawa.
"Makannya nikah San." Kata ayahnya.
"Gimana nikah, chat aja balesnya jutek bin judes gitu. Juteknya ngelebihin ibu-ibu yang lagi pms yah." Jelas Sania mencibir.
"Siapa namanya?" Tanya ayahnya.
"Rahasia wlee, ntar ayah nikung aku gimana?" Kata Sania tersenyum lebar.
"Kalau ayah nikung kamu, kamu mau apa?" Tantang ayahnya.
"Aku pukul pake sendok sayur." Sania jawab cepat.
"Loh ko sendok sayur?" Tanya ayahnya heran.
"Karena bentuknya lucu, bisa buat sendok sayur dan sendok es krim. Two in one." Jawab Sania sambil memincingkan senyum licik.
"Terserah kamu San, tapi serius namanya siapa?" Tanya ayahnya mengacak-acak rambut Sania.
"Inisialnya A. Aku ga akan kasih tau kalau dia namanya Aldan walau ayah maksa aku. Sungguuh, sekalipun dengan ice cream." Kata Sania berkacak pinggang percaya diri.
"Oh Aldan.." Kata ayahnya tersenyum.
"Loh kok? Ayah ngelacak dia?" Sania heran jika ayahnya mendadak tahu pujaan hatinya. Padahal ia pikir ia tak memberitahu namanya.
"Kamu yang sebutin sendiri loh." Ayahnya mengangkat ibu jari kanannya.
"Sih yah.." Matanya melengos malas tak mengerti.
"Coba ulang. Kamu tadi bilang kalau inisialnya A. Dan kamu ga akan kasih tau ayah kalau namanya Aldan walau maksa sekalipun dengan ice cream. Dasar gadis kecil." Ayah mengacak-acak rambut Sania.
"E-eh .. heheeee." Sania menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Coba ceritain deh. Ayah kangen kamu cerita." Ayah beserta ibunya sudah duduk manis bersamanya di sofa.
"Eum.. Dia tuh dingin kaya ac di bioskop. Dia tuh kaya tembok, diam, datar dan dingin. Namun dia bukan benda mati yah, mah, walau wajahnya putih pucat seperti orang mati. Dia selalu hidup dihatiku. Hebat yah, dia itu bisa membuatku merasa sesak namun memberi kelegaan setelahnya. Dia bisa membuatku kelaparan hingga pingsan dan setelahnya dibuat kenyang hingga tertidur pulas. Ah entahlah yah aku menyukainya sampai kapan. Aku juga tak tau aku menyukainya atau mencintainya. Namun sungguh yah, anakmu ini tak berniat untuk menjadi kekasihnya. Aku hanya ingin dia nyaman padaku. Bila sudah jodohnya mungkin esok lusa ia akan menjadi suamiku." Jelas Sania.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You Babe❤
RandomGue udah putusin kalau gue akan terus mencintai lo. Ya walau sikap lo yang kadang anget terus dingin lagi, gapapa lah ya. Liat rambut lo di keramaian aja udah seneng, apa lagi liat senyum lo. Gue ga tau lo suka sama siapa, atau mungkin cinta sama si...