Langkah mereka beriringan menuju pohon mangga yang terlihat dari sana teman-teman mereka sedang berkumpul. Sania yang sedang menyedot jusnya diusik oleh Seren yang berbicara sambil menyenggol tangannya.
"Balik ke kakak tadi yu, ntar kita dimarahin kalau telat."
Sania menghela nafas panjang, "Peduli amat."
"Anjir berani banget lo." Seren memukul punggung Sania kesal.
"Sama-sama makan nasi ini, santai aja." Kembali dia sedot jus alpukatnya.
Mereka melihat teman-temannya sudah berkumpul kecuali mereka. Sania langsung duduk sementara Seren tidak.
"Maaf ka telat. Tadi jusnya lama." Kata Seren minta maaf.
"Oh iya engga papa de." Jawab pria itu mempersilahkan duduk.
Seren duduk di samping Sania. Saat ia melihat Sania, otaknya tak habis pikir. Pasalnya, Sania menyedot jus alpukat tadi yang tinggal sedikit dengan nata tertutup seperti sedang tidur.
"Kalian tau nama ketua osis di sekolah kita?" Tanya pria itu tiba-tiba.
"Gaaa." Serempak mereka menjawab, hanya Sania yang menjawab berbeda.
"Ga peduli." Matanya masih terpejam.
"Namanya Rafif Al gibran. Anak kelas 12.1." Kata pria itu menjelaskan sambil menyisipkan senyum manis yang membuat kaum wanita meleleh melihatnya.
"Hm." Sania hanya berdeham.
"Oiya, disini ada eskul Marching Band, Karate, Taekwondo, Klub Sastra, Klub IPA, Klub Matematika, English Club, Klub Ips, Klub seni tari, Japanese Klub, Jerman Klub, pokoknya mata pelajaran pasti ada klubnya." Jelas pria itu sambil menghitung eskul dengan jarinya.
"Japanese klub ada? Sastra juga? Gue ikut ah. Boleh kan ya?" Tanya Sania antusias.
Sania memang tertarik dengan hal berbau bahasa, kecuali Bahasa Inggris. Nilai Bahasa Inggris dia sangat kecil dibanding nilai bahasa yang lainnya. Ia hanya menyukai lagu-lagunya saja.
"Boleh, asalkan kamu patuh dengan aturan yang ada." Seru pria itu menunjuk Sania.
"Ih si kaka perhatian banget, entar jatuh cinta sama gue loh. Ati-ati yaa." Kata Sania sedikit centil.
"Ciieee ka Fathur baper." Celetuk anak yang lain.
Ya, karena tadi Sania dan Serrn telat jadi mereka tidak sempat mendengar perkenalan Fathur.
"Oh namanya Fathur, Fathur Rizki Putra Ananda." Sania menjawab asal.
"Betul sekali Sania, darimana kamu tau nama lengkap saya? Kamu ngestalk akun saya ya?" Kata Fathur membenarkan kerah bajunya.
"Ih gila, beneran? Padahal gue cuman nebak doang. Gausah ge-er plis. Ntar ge-er terus baper terus deketin gue terus jatuh cinta sama gue, main di hati gue, repot tau kalau udah main ke hati gue. Susah bosennya." Jelas Sania dengan tatapan malas.
"Hahaa bercanda Sania, tebakanmu benar. Terimakasih sudah menyebutkan nama lengkap saya. Jadi saya tidak perlu repot-repot memperkenalkan diri lagi." Kata Fathur senang.
"Hm." Sania kembali berdeham.
"Ada yang mau ditanyakan? Barangkali tentang sekolah atau tentang murid-muridnya?" Tanya Fathur pada yang lain, tampak salah satu dari mereka yang sedang berdiskusi layaknya membahas pertanyaan.
"Saya kaa." Anak perempuan berkuncir kuda angkat tangan.
"Iya silahkan."
"Disini cowonya ganteng-ganteng ya ka, ko bisa si? Kalau gitu aku gamau lulus deh. Disini aja biar sama cowo-cowo ganteng."
"Oh masalah itu, ah iya banyak yang bilang seperti itu. Entah kenapa, berarti kakak juga ganteng ya?" Tanya Fathur tersenyum lebar, senyum itu membuat salah satu diantara mereka tersipu malu.
"Yaiyalah lo laki." Jawab Sania masuk akal.
"Kamu pintar juga ya Sania. Kaka salut." Fathur mengacungkan ibu jarinya.
"Biasa." Sania menyembunyikan wajahnya ke lipatan kakinya.
"Ada lagi yang mau bertanya?" Tanya Fathur sekali lagi. Lihatlah, khususnya para anak perempuan sudah dibuat tersenyum sendiri dengan mata yang memandang wajahnya.
"Ka udah punya pacar belum?" Perempuan berkepang dua bertanya tanpa mengangkat tangan.
"E-eh ko nanya gitu si?" Tanya Fathur sedikit kikuk.
"Kan yang penting saya nanya." Timpalnya tidak terima.
"Kaka belum punya pacar ko." Jawab Fathur menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Yes!" Celetuk Serenia. Pipinya memerah layaknya tomat saat yang lain melihatnya kaget. Begitupun dengan Fathur.
"Kamu suka saya ? Nama kamu siapa?" Tanya Fathur dengan nada lembut.
"E-um saya Seren, Serenia Fatiha Lutfi." Jawab Seren terbata-bata.
"Salam kenal ya Seren."
"Aahh ciieee Sereen" ujar yang lain. Namun Sania hanya biasa saja, dia asik melihat sekeliling. Dan tatapannya terpaku pada satu pria.
"Sstt berisik ah. Jangan gitu, nanti Serennya malu loh." Kata Fathur mencairkan suasana, tapi hal itu bukan mencairkan. Tapi membekukan diri seorang Serenia, pipinya yang tadi mulai normal, kini kembali memerah.
"Ah kakaa." Keluh manja Seren.
"Ada lagi yang mau nanya? Apa aja deh, bebas ko." Kata Fathur memulai.
"Ka, kalau disini satu kelas siswanya ada berapa orang?" Pria berkulit putih dengan kacamata kotaknya bertanya.
"Satu kelasnya ada 35 orang, jadi kalian engga akan terkena polusi suara ko." Jawab Fathur yang masih memandang Seren.
"Kalau mau daftar eskul gimana?" Kata Seren, menyadari matanya bertemu dengan pria dihadapannya, buru-buru ia mengalihkan pandangannya ke bawah.
"Nanti ada pengumumannya ko Seren."
Sania terus saja memperhatikan pria itu, badannya tinggi, rambutnya agak pirang, putih, tampan, cukup membuat Sania melupakan percakapannya dengan Fathur. Tapi pria itu sedang berbicara dengan seorang perempuan.
Perempuan di seberang sana terlihat kesal, pria itu hanya diam tidak angkat bicara sekalipun.
"Dia itu siapa ya?" Sania bergumam melihat pria itu.
Sania PoV
Mungkin lagi marahan, atau juga si cewenya minta balikan. Hhmm, atau jangan-jangan si cowo punya utang! Terus si cewenya nagih! Wah gawat!
Author PoV
Sania berpikir seperti itu, ya hanya itu kemungkinan yang terlintas di pikirannya.
"Sania?" Fathur memanggil Sania yang menatap ke arah lapangan.
"Hey?" Panggil Fathur sekali lagi.
"Apaan? Kangen sama gue ya lo manggil-manggil gue aja." Tanya Sania kesal.
"Kamu liatin siapa?" Tanya Fathur penasaran.
"Bukan siapa-siapa. Ga penting." Kata Sania yang kembali menenggelamkan wajahnya ke lipatan kakinya.
Dan sejak saat itu, matanya terus mencari sosok pria tadi. Wajah tampan itu memenuhi pikirannya sekarang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
With You Babe❤
DiversosGue udah putusin kalau gue akan terus mencintai lo. Ya walau sikap lo yang kadang anget terus dingin lagi, gapapa lah ya. Liat rambut lo di keramaian aja udah seneng, apa lagi liat senyum lo. Gue ga tau lo suka sama siapa, atau mungkin cinta sama si...