Kamar Sania lengang, menyisakan suara gesekan badan Sania jika berubah posisi tidur. Kamar bercat kuning itu terlihat berantakan. Benar sekali, meja belajar adalah tempat barang-barang yang paling tidak karuan diantara benda yang lainnya.
Matahari yang tadinya diatas kepala, sekarang berjalan ingin sembunyi. Matahari berjalan pulang, sinarnya kini memudar menyisakan langit oranye dengan awan yang menyelimuti indah, suara burung yang hinggap dari satu pohon ke pohon lainnya menjadi musik alami di sore hari.
Jalanan pun sudah mulai sepi di komplek rumah Sania. Penduduk sudah kembali ke rumah masing-masing, berkumpul dengan keluarga mereka mempersiapkan makan malam.
Kalau saja kita bisa memonitori setiap rumah, pasti ada yang sedang baca buku, bermain ponsel, memasak, nonton Tv, mencuci, mandi ataupun yang lainnya. Sayangnya kita tidak bisa melihatnya, kita hanya bisa melihat rumah-rumah yang pintunya sudah ditutup rapat, begitupun gordennya.
Lampu-lampu di jalanan sudah mulai menyala berwarna oranye. Sebentar lagi malam, kios-kios kecil sudah tutup sejak tadi. Pemiliknya pasti sudah lelah melayani pembeli dari pagi hari hingga sore.
Angin berhembus, menambah sejuknya pemandangan sore, orang tua yang menikmati teh hangat di halaman rumah mereka pasti merasa nyaman, berada di rumah, melihat pemandangan yang indah dengan angin yang berhembus lembut membawa dedaunan menari bersamanya.
Kini, posisi tidur Sania terlentang, wajahnya mirip sekali dengan ibunya. Sania terbangun, menguap sambil mengulat. Sania mengedipkan mata perlahan, memastikan dirinya sudah benar-benar bangun.
"Ah jam berapa ini?" Sania mencari jam dinding, ada di atas sebelah kanan. Ternyata sudah jam empat sore. Dirinya belum mandi dan belum membantu ibunya mempersiapkan makan malam.
"Aaaaaaa!! Telaaat!!" Teriaknya parau, langsung ia mengambil handuk. Memasuki kamar mandi, lalu mandi.
Lima belas menit kemudian, Sania baru keluar dari kamar mandi. Mengenakan handuk, menuju lemari dan berganti baju dengan piyama.
Dirinya memakai piyama kuning bergambar minnion, lalu ia menyisir rambut yang panjangnya sepunggung. Setelah selesai, langsung ia turun menemui ibunya.
"Maah." Panggil Sania mencari ibunya.
"Iyaaa." Ibunya baru saja keluar dari kamar utama.
"Makan malem siapa yang nyiapin?" Tanya Sania berjalan menuju meja makan.
"Ya mamah lah, siapa lagi?" Ibunya menuju Sania yang sedang duduk.
"Kok mamah ga bangunin sih? Kan Sania mau bantuin mamah."
Protesnya lembut."Mamah udah bangunin kamu loh, udah tiga kali. Tapi reaksi kamu cuman ganti posisi tidur, dari tengkurep, nyamping terus terlentang."
"Iya? Yaah udah kebiasaan. Hehee, nanti Sania pasang alarm kalau tidur siang, biar ga gelat bantuin mamah." Sania tersenyum manis.
"Percuma, nanti juga kamu matiin alarmnya terus tidur lagi." Ledek ibunya.
"Eeh?"
Ting tong, ting tong
Bel rumah berbunyi, langsung Sania melangkah ke luar, membukakan pintu dan melihat siapa yang datang di sore hari seperti ini. Ternyata itu Seren, ia sedang menunggu pagar dibukakan sambil terus memencet bel."Aku dataaang!" Teriak Sania sambil berlari ke arah pagar.
Sania membuka gembok pagar, mendorong pagar ke arah kiri. Motor Seren terlihat dari sela-sela pagar, Sania mempersilahkan masuk, Sania menutup lagi pagarnya, mendorong ke arah kanan. Menguncinya lagi dengan gembok tadi, setelah selesai ia langsung menghampiri Seren.
"Ngapain lo kesini?" Kata Sania memajukan bibir bawahnya, cemberut.
"Di rumah ga ada siapa-siapa. Gue takut sendirian, jadi gue ke rumah lo. Hehee." Seren tersenyum menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Hm. Masuk aja." Kata Sania sambil tersenyum.
"Piyama lo lucu hahaa." Ledek Seren menarik piyama bagian bawah Sania.
"Dapet gratisan dari lomba ngejer layangan." Kata Sania.
"Serius lo?" Tanya Seren memajukan wajahnya.
"Ga."
Sania dan Seren masuk, ibunya sedang menonton tv, tersenyum melihat Seren. Seren pun tersenyum mengangguk menanggapi.
"Sania, bikin minum buat temenmu." Kata ibunya berjalan menuju dapur.
"Lo mau minum apa?" Tanya Sania melirik Seren.
"Es teh aja deh bu." Kata Seren menyenggol sikut Sania.
"Iya non." Sania berjalan menuju dapur.
Diambilnya satu untaian teh kotak, ditaruhnya di gelas bermotif bunga mawar. Menyeduhnya dengan air panas sepertiga gelas, menambahkan gula lalu mengaduknya. Menuangkan air putih, memasukkan es batu dan membawanya kembali ke Seren.
"Nih diminum ya. Kalau engga buat gue aja." Sania menaruh es teh di meja.
"Iya bi." Langsung Seren meminum. Sania duduk di sebelah Seren, lalu disusul dengan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You Babe❤
RastgeleGue udah putusin kalau gue akan terus mencintai lo. Ya walau sikap lo yang kadang anget terus dingin lagi, gapapa lah ya. Liat rambut lo di keramaian aja udah seneng, apa lagi liat senyum lo. Gue ga tau lo suka sama siapa, atau mungkin cinta sama si...