Bab. 2

2.2K 35 0
                                    

"Lo tayhiap, itu tadi aku .... waktu Nyo Hwat mengamuk dengan goloknya, kalau saja aku terlambat menghindar, tentulah jiwaku sudah melayang," katanya.

"Bukan .... bukan engkau . . . tetapi yang berada di belakangmu ....," kata Lo Pit Hi pula.

Pemuda itu terkejut dan cepat berputar tubuh. Tetapi dia tak melihat suatu apa.

"Siapa!" serunya, seraya berpaling kepada Lo Pit Hi hanya ngangakan mulut lebar2, tulang2 tubuhnya bergemerutukan tetapi tak dapat berkata-kata.

"Lo tayhiap! Lo tayhiap! Tadi engkau me-ngatakan hendak menyuruh aku melakukan sesuatu tetapi tadi engkau belum bilang. Ah, Lo tayhiap, rupanya terluka berat?"

Tubuh Lo Pit Hi gemetar keras. Darah pada ujung mulutaya kembali mengalir. Rupanya dia sedang berusaha keras untuk mengumpulkan sisa te-naganya. Sesaat kemudian dia baru dapat berkata dengan suara yang lemah, Engkau .... engkau . . . . pergilah . . . . mencari ... seseorang.. ."

Pemuda itu tersenyum rawan. Tetapi sebelum ia sempat membuka suara tiba2 Lo Pit Hi mengangkat tangan dan jari telunjuknya menuding ke arah sudut sebelah timur, "Di....sana .... di sanalah . . . ,"

"Lo tayhiap," pemuda itu terkejut, "harap bi-cara dengan tenang,"

"Terlambat...," tiba2 Lo Pit Hi berkata dengan suara yang jernih dan lancar. Tetapi setelah itu dia menghela napas keras dan selanjutnya tak dapat melanjutkan kata-katanya lagi, karena nyawanya sudah putus.

Pemuda itu terkesiap. Terpaksa dia berbang-kit. Wajahnya tegang dan bingung. Dia benar2 tak mengerti apa yang terjadi ditempat situ.

Lo Pit Hi sudah meninggal. Waktu hendak menghembuskan napas yang terakhir, tokoh aneh itu menunjuk ke sudut rumah tetapi setelah itu tangannya terkulai. Hanya saja jari telunjuk menuding ke sudut timur dari istana itu.

Sejenak merenungkan, pemuda itupnn laiu me-nuju kearah yang ditunjuk Lo Pit Hi. Lantai penuh debu yang tebal sehingga telapak kakinya meninggalkan jejak yang jelas sekali".

Tiba disudut istana, dia terus menyulut korek dan menyuluhi. Tetapi tak terdapat sesuatu yang menarik perhatian. Aneh, apakah maksud Kera-sakti Lo Pit Hi tadi.

Beberapa saat kemudian pemuda itu mencabut goloknya untuk mengetuk-ngeruk tanah dan dinding. Karena istana saat itu sunyi sekali maka benturan ujung golok dengan tanah dan dinding tem-bok mengeluarkan kumandang suara yang jelas.

Tak berapa lama dia mengetuk-ngetuk dinding tembok itu tiba2 terdengar suara peletak. Sebuah benda kecil jatuh dari atas tembok.

Pemuda itu melonjak kaget dan menyurut mundur selangkah. Setelah memandang dengan penuh perhatian barulah dia menghela napas longgar.

"Ah, kiranya hanya sebuah cermin, "katanya seorang diri.

Memang benda yang jatuh itu tak lain adalah sepotong papan besi. Dan ketika nyala korek memancar kearah dinding, pemuda itu dapat melihat gambar dirinya sendiri. Jelas tentu sebuah kaca yang melekat pada dinding, pikirnya.

Dicengkam rasa tegang dan kejut yang tak terhingga, kening pemuda itu sampai mengucurkan keringat. Setelah tahu kalau yang menempel di tembok itu hanya sebuah cermin, diapun longgar perasaannya. Dia segera mengusap keringat pada keningnya. Tetapi pada saat tangan merabah kening, entah bagaima tiba2 ia merasa tangannya menjadi kaku tak dapat digerakan, pada saat itu juga wajahnyapun berobah pucat.

Apa yang terjadi?

Kiranya waktu dia mengusap keringat, mata-nya tetap memandang kemuka, yalah pada gambar dirinya tadi. Tetapi entah bagaimana tiba2 ia me-rasa ada sesuatu yang aneh. Bukankah dia sedang mengusap kening dengan sebelah tangannya? Tetapi mengapa gambar dirinya pada cermin itu tidak demikian?' Gambar yang memantulkan perwujutan dirinya itu tidak mengangkat tangan mengusap kening. Adakah gambar pada cermin itu tidak seharusnya mengikuti gerakan orang yang berada di-hadapan cermin itu? Ataukah antara gambar di cermin dengan orang itu, memang harus berbeda?

Kuda BesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang