Bab. 13

1.1K 32 2
                                    

Setelah mengangkat tubuh Kun Hiap ke atas, Koan Sam Yang tertawa mengekeh, "Heh, heh, budak busuk, sebenarnya aku berhutang sebuah budi kepadamu. Kalau tadi engkau mendengarkan perintahku, aku berhutang budi lagi hingga dua kali. Budak busuk, aku orang she Koan sebenarnya berhutang budi duakali kepadamu, seumur hidup boleh dikata engkau pasti menikmati keenakan. Tetapi karena engkau berani mengkhianati aku, maka hutang budi kepadamupun sudah impas. Kalau kubanting engkau bakal jadi apa?"

"Aku . . . akan jadi apa?" seru Kun Hiap gugup.

Koan Sam Yang tertawa, "Engkau pasti hancur lebur terkena tenaga Sam-yang-cm-gi. Begitu tiba di tanah, engkau pasti akan jadi gumpalan darah."

Mendengar itu, menggigillah Kun Hiap. Dia tak berani bicara lagi. Dia hanya merasa kalau tangan Koan Sam Yang mulai melayang ke bawah dan tubuhnyapun mulai berayun ke tanah.

Dalam saat2 yang berbahaya itu, tiba2 Tian toa-siocia berseru keras, "Tunggu!"

Kun Hiap rasakan luncuran tubuhnyapun tiba2 berhenti. Ketika membuka mata, dia hanya terpi-sah setengah meter dari tanah.

"Bukankah- tujuanmu hendak menghendaki kuda besi itu?" seru Tian toa-siocia.

"Tentu saja," sahut Koan Sam Yang, "aku lebih suka enak2 tinggal di pulau Moh-hun-to, tetapi berada disini dan menderita hinaan dari seorang budak kecil, apalagi kalau bukan karena kuda besi itu."

Tian toa-siocia tertawa dingin, "Kurasa engkaupun tak mungkin dapat mengumpulkan kedelapan kuda besi itu. Lepaskan dia nanti akan kuberimu."

"Kasih aku dulu baru nanti kuletakkan dia dengan baik2," seru Koan Sam Yang.

Tian toa-siocia merogoh kedalam baju dan terus melemparkan sebuah mainan kuda besi sebesar kepalan tangan. Koan Sam Yang menyambutinya. Sejenak memeriksa, dia tertawa panjang dan terus meletakkan tubuh Kun Hiap.

Dia bersuit panjang. Seekor keledai lari menghampiri- Sekali ayunkan tubuh, Koan Sam Yang hinggap di punggung keledai. Binatang itu-pun segera mencongklang dan dalam beberapa sa-at sudah lenyap dari pandang mata.

Setelah tokoh aneh itu pergi barulah Kun Hiap dapat bernapas longgar. Didengarnya Tian toasiocia berkata, "Eh, bagaimana engkau?"

Dengan tersipu - sipu malu Kun Hiapa. menyahut, " Terima kasih atas pertolongan Gong hujin. Aku menyesal sekali karena engkau harus kehilangan- sebuah kuda besi. Sebenarnya aku juga punya sebuah tetapi sayang sudah kuberikan orang. Kalau tidak, tentu akan kuhaturkan kepadamu, Gong hujin."

Tian toa-siocia terbeliak. "Engkau juga punya satu? Tak mungkin! Dari mana engkau. mendapatkannya? "

"Koan Sam Yang pernah mengundang beberapa tokoh silat ternama untuk berkumpul di Istana Tua. Di istana itu- telah timbul bermacam kejadian yang aneh sehingga Lui Toa Gui dari marga Lui sampai mati. Kuda besi yang kumiliki itu kudapatkan dari tangan Lui cungcu itu."

Tian toa-siocia kembali tertegun. Berulang kali seri wajahnya berubah-ubah dan akhirnya berseru gugup, "Siapa saja yang diundang Koan Sam Yang?"

"Antara lain Siluman-cantik Pek Ing Ing dari gunung Thay-san. Naga-sakti Nyo Hwat ketua partai Hoa-san-pay itu, kaucu ketua partai agama Thian-sim-kau dari gunung Bu-ih-san. Kera-sakti Thian-san Lo Pit Hi . . ."

Setiap Kun Hiap menyebut sebuah nama tentulah, wajah Tian toa-siocia menjadi suram dan makin suram. Sebenarnya kalau dinilai dari ilmu kepandaian, seharusnya Tian toa-siocia tidak dibawah tokoh2 yang dikatakan Kun Hiap itu. Seharusnya Tian toa-siocia tenang2 saja. Kalau airmukanya sampai berobah, tentulah ada sebabnya.

"Gong hujin, apakah engkau tak enak ba-dan?" tegur Kun Hiap.

"Uh, apakah beberapa tokoh itu saja?" ba-las Tian toa-siocia.

Kuda BesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang