Bab. 10

1.3K 30 0
                                    

Kun Hiap menerobos masuk kedalam hutan tetapi tak melihat barang seorangpun juga. Dia buru2 berputar tubuh, " Apa yang mereka tengkarkan?"

Jawab Tian Hui Giok, "Tong lihiap bertanya mengapa dia membunuhnya? Dan Wi tayhiap menjawab 'aku terpaksa harus membunuhnya'. Berulang kali hanya itu tanya jawab yang mereka lakukan. Nada suara Tong lihiap makin lama makin melengking tajam sedang suara Wi tayhiap makin lama makin lemah, penuh sesal dan derita."

"Apakah mereka menyebut nama dari orang yang dibunuh itu?" tanya Kun Hiap.

"Kalau tak salah namanya Can Jit Cui," jawab Tian Hui Giok.

Jawaban singkat dan nona itu laksana petir yang memekakkan telinga Kun Hiap. Apakah keterangan Poa Ceng Cay itu betul?

Sebenarnya Kun Hiap masih meragukan keterangan Poa Ceng Cay tetapi ternyata Tian Hui Giok sendiri juga menangkap pembicaman ayah dan mamanya yang menyebut-nyebut seorang bernama Can Jit Cui. Dengan begitu jelas bahwa Can Jit Cui itu memang ada, bukan karangan Poa Ceng Cay sendiri.

Sejenak termenung, berkatalah Wi Kun Hiap, "Biarpun orang itu memang ada, tetapi tiada hubungan dengan aku!"

Tian Hui Giok terkesiap, " Apa katamu?"

"Aku bukan anaknya!" sahut Kun Hiap.

Lagi2 Tian Hui Gjok tertegun. Sesaat kemu-dian dengan wajah yang tak wajar berkatalah dia, "Siapa bilang engkau ini anaknya?"

"Poa Ceng Cay yang mengatakan begitu .. " belum selesai berkata Kun Hiap geleng2 kepala dan berkata, 'Sudahlah, jangan membicarakan dia. Dia hanya ngaco belo saja."

Tian Hui Giok memandang pemuda itu.

"Nona Tian, apa yang engkau pikirkan?" kembali Kun Hiap mendahului buka mulut.

"Aku tengah mengingat waktu mamaku memanggil engkau."

Seketika tubuh Kun Hiap bergetar keras, serunya, "Aku .... aku ini apakah benar2 putera Can Jit Cui?"

"Begini saja,' kata Tian Hui Giok, "engkau pulang dan tanyakan kepada ayahbundamu."

"Tetapi mereka tentu tak ada di rumah. Dan taruh kata aku dapat menjumpai mereka, mereka tentu tak mau mengatakan."

Hui Giok sudah menduga kalau Kun Hiap akan berkata begitu maka diapun sudah bersedia, katanya, "Tak apa, kurasa mamaku tentu tahu tentang penstiwa yang telah lampau."

Kun Hiap berdebar keras. la anggap saran Hui Giok itu memang tepat. Bukan nyonya Tian saja yang tahu siapa Can Jit Cui itu, pun Koan Sam Yang tokoh yang bergelar Selamanya-tak-mau-balas-menyerang, tentulah bersahabat baik dengan Can Jit Cui.

Dulu Kun Hiap tak pernah mendengar nama Can Jit Cui. Tetapi sekarang nama itu telah menghuni dalam hatinya seperti segumpal kabut. Dia harus menyelidiki hal itu sampai jelas betul. Dan apakah hubungan orang itu dengan dirinya?

"Nona Tian, apakah engkau masih ada usul lain?" tanyanya.

Tian Hui Giok berputar tubuh, "Jika engkau mau bersama aku pulang, engkau tentu segera dapat bertanya kepada mamaku."

Walaupun saat itu sedang gelisah, tetapi Kun Hiap masih dapat mendengar bahwa kata2 Hui Giok itu diucapkan dengan nada kemalu-maluan. Dia tertegun, kemudian menghela napas panjang.

Tiba2 dari kejauhan terdengar suara kelin-ting yang nyaring dan bening sekali. Sebentar ber bunyi deras sebentar lambat. Tian Hui Giok kerutkan alis. "Can kongcu, hari ini kesulitan yang terjadi di rumanmu, bukan terbatas hanya pada persoalan tadi."

"O, apakah masih ada yang lain?"

"Kakak iparku datang," kata Hui Giok. Kun Hiok terkesiap. Sesaat dia tak ingat lagi siapakah kakak ipar dari Hui Giok itu.

Kuda BesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang