Bab. 23

1K 23 0
                                    

Melihat Hui Yan terancam bahaya, orangtua berpenyakitan Toh Lian Hong cepat bertindak, Dia gunakan kedua siku tangannya untuk membentur Tok Liong cuncia. Ketika Tok Liong cuncia balikkan tangan kiri untuk menampar, Toh Lian Hong cepat menekuk siku lengan kanannya untuk diganti dengan gerak menghantam sedang siku kiri tetap membentur tubuh Tok Liong cuncia.

Sudah tentu Tok Liong cuncia tak mau menderita. Terpaksa dia lepaskan cengkeramannya pada tangan Hui Yan.

Merasa lengannya sudah bebas, Hui Yan ce-pat melesat ke samping sampai dua tombak jauhnya. Setelah menenangkan semangat beberapa je-nak baru dia memandang ke muka.

Ternyata saat itu Toh Lian Hong tengah tegak berhadapan dengan Tok Liong cuncia. Kedua tokoh itu hanya terpisah satu meteran. Tampaknya mereka santai-santai juga.

Toh Lian Hong tetap masih menekuk pinggang seperti orang yang setiap saat akan jatuh. Sedang tubuh Tok Liong masih bergoyang gontai kian kemari. Keduanya berdiri diam. Beberapa saat kemudian baru terdengar Tok Liong cuncia berkata, "Loji, apakah mau bertempur sungguhan?"

"Rupanya memang tak dapat tidak harus bertempur ini," sahut Toh Lian Hong, "dalam beberapa tahun terakhir ini aku telah dapat menguasai ilmu Toan-meh-sinkang." Dan ilmu kepandaianmu Sip-seng-sinkang juga sudah merajai dunia persilatan."

Tok Liong cuncia menghela napas, "Kita bertiga saudara, seharusnya dulu tidak perlu ang-kat saudara saja, Sebaiknya engkau bunuh ayahku dan akupun membunuh isterimu. Lalu kita terikat dendam permusuhan besar sehingga kalau bertem-purpun tak perlu kasihan karena mengingat tali persaudaman. Tetapi sekarang kita saling menye-but adik-engkoh, kalau bertempur mau tak mau tentu agak sungkan, bukan ?"

Toh Lian Hong menengadahkan kepala tertawa, "Siapa yang bilang bahwa di dunia yang begini luasnya, kita tiada lawannya lagi. Dapat la-wan kok saudara-angkat sendiri." demikian keduanya saling buka suara seperti ayam sabung yang saling besar-besar kokonya, Tetapi kalau menilik kepandaian yang mereka miliki, memang mereka bukan menyombongkan diri melulu.

Tok Liong cuncia mundur beberapa langkah lalu berseru, "Loji, Ilmu Sip-seng-sinkang itu khusus untuk menghisap tenaga-dalam orang. Harap engkau berhati-hati, jangan sampai tanganku melekat pada tubuhmu."

Toh Lian Hong menjawab dengan sarat, "Ja-ngan memandang rendah kalau tubuhku bergetar getar seperti mau jatuh. itu memang tanda2 dari ilmu koan-meh-sinkang (ilmu sakti memutuskan uratnadi) yang lihay. Engkaupun harap berhati-hati menghadapi aku!"

Sebelum bertempur, keduanya saling menga-takan kesaktian dari ilmukepandaian masing2. dengan begitu jelas bahwa mereka masih mengingat rasa ikatan persaudaman. Dan karena mereka hendak menguji kepandaian untuk menentukan siapa yang lebih unggul, maka merekapun tak dapat menghindarkan hal2 yang negatif.

"Baiklah, loji," Tok Liong cuncia mengang-guk, "terimalah seranganku lebih dulu!"

Dari lengan bajunya segera memancar cahaya kelabu. Tetapi ketika tiba di tengah jalan, cahaya kelabu itu berhenti sehingga lengan bajunya masih seperti "tergantung" di udara.

Pada lain saat lengannya terdengar berbunyi berkeretekan dan tangannyapun menjulur maju kearah Toh Lian Hong.

Toh Lian Hong tetap berdiri tenang. Seakan-akan dia tak menghiraukan terhadap pukulan maut yang mampu membengkah bumi dan meruntuhkan langit itu.

"Hai, kita kan sudah mulai, mengapa masih diam saja dan mengingat hubungan persaudaraan kita ?" melihat itu Tok Liong cuncia sendiri menjadi kelabakan.

Tetapi sekalipun begitu dia tetap melanjutkan serangannya, Tubuhnya melonjak setengah meter

keatas dan pukulaanya itu dari atas menghantam kebawah dengan makin dahsyat. Anginaya menderu-deru seperti badai yang menggetarkan bumi.

Kuda BesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang