Bab. 6

1.4K 32 2
                                    

Jelas tentulah dara itu yang menggunakan senjata rahasia untuk melumpuhkan jalan darahnya. Rupanya dara itu melarangnya jangan cari perkara dengan si orang aneh.

Orang aneh itu hanya ganda tertawa. Untung dia tak mau melihat Kun Hiap lebih lanjut. Sehabis berkata tadi, dia terus tertawa gelak2 dan keledainyapun segera melanjutkan perjalanan lagi. Dalam sekejap saja sudah jauh.

"Budak kecil, jangan memperlakukan kasar pada dara itu. Terus terang, engkau masih belum nempil dengan ujung kakinya," tiba2 pula dari jauh orang aneh itu berseru.

Kun Hiap hendak balas memaki tetapi manusia aneh itu sudah jauh sekali. Terpaksa Kun Hiap hanya mendengus geram, "Orang gila !"

"Dia sudah pergi?" saat itu baru Hui Yan buka suara. Nadanya menunjukkan rasa jeri.

Kun Hiap tertegun dan tiba2 tertawa, "Ho, ternyata engkau juga punya takut toh ?"

Dia sudah kenyang menerima ejekan sidara. Sekarang ternyata dara itu juga takut berhadapan dengan si manusia aneh tadi. Sudah tentu diam2 Kun Hiap gembira juga.

Hui Yan berbalik diri dan leletkan lidah, "Kalau tidak takut berarti pura2. Tadi aku telah menolong jiwamu, tahu kau ?" serunya.

"Ngaco," sahut Kun Hiap dengan dingin.

Hui Yan berteriak aneh, "Memang untuk menjadi orang baik itu tak gampang. Anjing hendak menggigit dewa Lu Tong Pin alias orang yang tak tahu kebaikan lain orang. Binatang memang dapat dinilai hatinya tetapi siapa yang tahu akan hati inanusia ?"

Mendengar mulut si dara nyerocos tak keruan, Kun Hiap bĕrseru juga. "Sudah, sudahlah! Engkau bilang menolong jiwaku. Tetapi apa yang kautolong itu ?"

"Engkau tadi hendak menghantam orang itu, bukan?" kata Hui Yan, "kalau tak kuhalangi mungkin engkau sudah berhasil memukulnya."

"Aku memang hendak memberinya sebuah bogem mentah," kata Kun Hiap.

Hui Yan tertawa, "justeru nama gelarnya yang termasyhur yalah 'selalu menerima pukulan orang tak pernah membalas', Maka kalau tadi pukulanmu sampai kena, tenaga-sakti Sam-yang-cin-gi dalam tubuhnya tentu kontan akan membuat reaksi sehingga jiwanya pasti melayang."

Mendengar tenaga-sakti Sam-yang-cin-gi, seketika wajah Kun Hiap berobah dan kesima, "Sam-yang .... cin-gi . . . ?" ulangnya.

"Ya."

Dengan nada gemetar berkatalah Kun Hiap pula, "Kalau begitu, orang aneh yang naik keledai dengan menghadap ke belakang itu, adalah tokoh nomor satu dari aliran Hitam dan Putih, ketua pulau Mo-hun-to yang bernama Koan Sam Yang itu?"

Hui Yang mengangguk-angguk.

"Siapa lagi kalau bukan dia. Dia bergelar 'Pantang-balas-menyerang! Karena dia tak perlu harus turun tangan membalas, musuh sudah kelabakan sendiri."

Kun Hiap terlongong-longong sampai beberapa saat. Pikirnya, "Kalau orang itu benar Koan Sam Yang, maka dara itu memang benar tadi telah menyelamatkan jiwanya."

Dipandangnya dara itu. Dia hendak mengucapkan terima kasih tetapi teringat bagaimana tadi dara itu telah mengocoknya, ucapan terima kasih itupun macet dalam tenggorokannya. Dia hanya termangu-mangu memandang dara cantik itu.

"Ih, mengapa terlongong-longong saja?" tegur Hui Yan, "ketakutan, ya?"

"Tidak," sahut Kun Hiap, "kutahu bahwa yang menulis surat undangan kepada beberapa ko-jiu, juga orang itu."

"Sungguh ?" Hui Yan melonjak kaget.

"Siapa yang membohongimu?"

"Wah, kalau begitu sungguh bagus sekali- Hayo kita pergi." seru si dara terus menarik lengan Kun Hiap.

Kuda BesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang