Bab. 12

1.1K 28 0
                                    

Tiba2 tergeraklah hati Kun Hiap. Yang dimaksud Koan Sam Yang dengan 'ayahmu' itu tentulah Can Jit Cui. Dengan begitu Koan Sam Yang tentu tahu banyak tentang Can Jit Cui.

Tetapi saat itu Kun Hiap sudah terlanjur dibawa lari oleh kuda putih sehingga tak mungkin lagi dia kembali untuk meminta keterangan kepada Koan Sam Yang. Apa boleh buat terpaksa dia lanjutkan perjalanan dengan catatan, kelak kalau ada kesempatan tentu lagi dia pasti akan bertanya.

Tiba2 dilihatnya kuda putih yang berada di depan memperlambat larinya. Cepat dia menyusul.

"Tuh! dengar tidak tadi," seru Hui Giok, "Koan Sam Yang telah berhutang budi kepada ayahmu .... Can Jit Cui!"

"Nona Tian, engkau . . . sudah memastikan, kalau aku ini . . . anak dari Can Jit Cui?"

"Tolol, setiap orang sudah tahu engkau ini puteranya siapa, hanya engkau sendiri yang tak mau mengakui," seru Hui Giok.

Kun Hiap menghela napas, "Nona Tian, a ku .. . . bukan tak mengakui. Cobalah, engkau pikir. Duapuluh tahun lamanya aku dibesarkan, mendadak orang yang kuanggap sebagai ayahku itu tiba2 saja berobah menjadi musuh yang membunuh ayahku. Sedang ayahku itti belum pernah ku-lihat dan selamanya pun takkan dapat bertemu. Aku harus bertanya kepada setiap orang untuk mengenal ayahku itu. Cobalah engkau pikir, apakah aku disuruh begitu saja mengakuinya sebagai ayah kandungku?"

Hui Giok tertawa masam, "Walaupun engkau tak mau mengakui, pun percuma saja. Nanti setelah bertemu dengan mamaku, beliau pasti tahu banyak sekali tentang diri ayahmu. Ai, kalau Koan Sam Yang tidak mengganggu toaci-ku, kemungkinan saja toaci juga tahu tentang Can Jit Cui."

"Mengapa Koan Sam Yang harus mencari perkara kepada toaci-mu?" tanya Kun Hiap.

"Bukankah engkau sudah mendengar sendiri kalau dia hendak meminta sebuah kuda besi kepada toaci? Entah apa yang dimaksud dengan kuda besi itu. Memang di dunia persilatan banyak sekali peristiwa yang aneh."

"Aku tahu," seru Kun Hiap, "kuda besi itu adalah semacam mainan kuda yang terbuat dari pada besi. Adalah karena benda itu maka Koan Sam Yang sampai mengundang tokoh2 persilatan untuk datang di Istana Tua itu - . - . "

Kun Hiap secara singkat lalu menuturkan peristiwa yang dialaminya di Istana Tua. Bahkan diapun mengatakan kalau dia sendiri juga mendapatkan sebuah kuda besi. "'

"Coba kulihatnya," seru Hui Giok.

Kun Hiap segera mengambil benda itu dari dalam bajunya. Memang tampaknya tak ada yang luar biasa pada kuda besi itu, kecuali yang hitam mengkilap.

Tetapi ketika Hui Giok memain-mainkan benda itu di tangannya, tampaknya dia suka sekali, "Can kongcu, bagaimana kalau engkau berikan mainan ini kepadaku?"

"Boleh saja," cepat Kun Hiap menjawab.

Hui Giok hendak menghaturkan terima kasih tetapi entah bagaimana ttba2 kudanya meringkik keras lalu rubuh ke tanah.

Hui Giok bersuit nyaring. Setelah menekan pada pelana, tubuhnya melambung ke udara. Wa-laupun masih memanggul Hui Yan tetapi gerakannya masih lincah sekali.

Kun Hiap terkejut Tejapi dia tak sempat menghentikan kudahya dan terus lari maju. Setelah lima tombak jauhnya barulah dia dapat meng-hentikan kudahya dan berpaling. Ternyata Hui Giok sudah berdiri tegak di tanah. Walaupun mengalami peristiwa yang mengejutkan tetapi wajahnya masih tetap tenang. Bahkan dia sibuk menca~ri kuda besi tadi.

"Kenapa?" tegur Kun Hiap.

"Ada orang melakukan serangan gelap kepadaku. Tolong sambuti sam-moay ini," serunya seraya menghampiri. Sekali bahunya bergetar, tubuh Hui Yan yang berada di bahunya itupun melayang ke muka. Kua Hiap tergopoh-gopoh membungkukkan tubuh ke bawah pelana untuk menyambuti.

Kuda BesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang