Kun Hiap dapat mendengar jelas ucapan orang aneh itu, tetapi dia tak tahu apa maksud orang itu.
Saat itu dia sudah tiba di belakang si orang aneh dan ketika memandang ke muka dilihatnya wajah Hui Giok pucat lesi, seperti orang yang dibuka rahasia hatinya.
Tanpa mengangkat muka lagi, nona itu berputar tubuh terus melesat pergi. Kun Hiap hendak mengejar tetapi dihalangi orang aneh itu.
Tak perlu mengikutinya, biarkan dia pergi seorang diri," katanya.
"Tetapi kemanakah dia hendak pergi?" tanya Kun Hiap.
Orang berkerudung itu menghela napas, ujarnya," "Dia sudah
tahu. Tetapi kalau dia tak pergi, akupun juga tak dapat berbuat apa2. Mengapa engkau bergaul dengan gadis semacam itu?"Sudah tentu Kun Hiap tak senang hati, sa-hutnya, "Dalam hal apa dia tak baik? Mengapa aku tak dapat bergaul dengan dia?"
"Sekarang engkau sudah pemuda dewasa," kata orang aneh itu, "tali kim-kong-jwan itu peninggalan mendiang ayahmu. Apakah engkau tidak merencanakan pembalasan?"
Kun Hiap terlongong. Sama sekali tak disangkanya bahwa orang aneh yang mukanya berselubung kain hitam itu tahu sampai jelas segala sesuatu tentang dirinya.
"Bagai . , . , bagaimana engkau tahu?" akhirnya dengan terbata-bata dia bertanya.
Orang itu menghela napas panjang lalu pelahan-lahan menghembuskannya, "Ah, kalau tahu seluruhnya juga tidak. Tetapi ketika itu mamamu pernah dengan menangis menceritakan hal itu kepada kami berdua suami isteri."
Kejut Kun Hiap bukan alang kepalang, "Ci-anpwe, engkau ini . . . . "
Bahu orang itu bergetar, "Kalau kulepaskan selubung mukaku ini, engkau tentu tahu siapa aku.
Ketika Kun Hiap terkesiap, orang itu pelahan-lahan berpaling tubuh ke belakang dan melepaskan kerudung mukanya. Beberapa jenak kemu-dian baru dia pelahan-lahan berputar tubuh ke muka lagi.
Begitu melihat wajah orang itu, pertama-tama Kun Hiap terkejut sekali sehingga diluar kesadarannya dia sampai lompat mundur ke dalam ruang dan duduk di sebuah kursi.
Orang aneh itu tertawa hambar, "Engkau tentu sudah tahu siapa diriku, bukan?"
Kun Hiap memandang lekat2, Pada kedua pipi orang itu terdapat dua bekas luka yang tak sedap dipandang, bentuknya mirip dengan kun-tum bunga bwe-hoa. Sedemikian hidup cap bunga bwe-hoa itu sehingga sepintas orang mengira kalau kedua pipinya ditempeli dengan bunga bwe-hoa.
Kun Hiap menghela napas, "Ya, kutahu siapa cianpwe ini."
Orang aneh itu kembali tertawa hambar, "Memang dalam dunia persilatan terdapat ciri2 yang terkenal. Sekali lihat orang tentu mengenalnya. Demikian juga aku. Begitu melihat pada be-kas luka kedua pipiku ini orang tentu segera tahu kalau aku adalah roh gentayangan yang berhasil menyelamatkan diri deri keganasan Tian Put Biat. Heh, heh, tokoh persilatan semacam aku, rasanya memang jarang terdapat."
Waktu mengucapkan kata2 terakhir itu, nadanya amat tajam menusuk hati.
Kun Hiap berbangkit "Cianpwe, pandangan orang persilatan dengan cianpwe ternyata berbeda. Tian Put Biat malang melintang di dunia persilatan tak ada orang yang berani melawannya. Sepasang suaini-isteri Ko dari gua Song-yang-tong telah menempurnya di bawah kaki gunung _Liok-poan-san. Walaupun kedua suami-isteri itu kalah dan mukanya menderita luka tetapi Tian Put Biat juga terluka. Sekarang Tian Put Biat telah mati. Siapa tahu kematiannya itu juga akibat luka yang dideritanya dalam pertempuran dulu itu. Nama suami-isteri dari lembah Song-yang-koh yakni Ko Thian Hoan dan Ko hujin, dikagumi seluruh in-san persilatan. Sungguh suatu keberuntungan yang tak pernah kuimpikan bahwa hari ini aku dapat bertemu muka dengan cianpwe."

KAMU SEDANG MEMBACA
Kuda Besi
AcakBeberapa tokoh persilatan diundang ke suatu tempat oleh seseorang yang misterius, beberapa tokoh itu kedapatan meninggal dengan misterius di sebuah istana kuno. Tidak ada yang tahu siapa pembunuhnya maupun si pengundang sebenarnya. Wi Kun Hiap yang...