Bab. 3

1.6K 43 0
                                    

Saat itu Wi Kun Hiap merasa tenaganya hilang. Dia memang ingin memenuhi perintah suara lembut tadi tetapi ia tak tahu bagaimana harus bergerak.

Tiba2 pinggangnya terasa kesemutan lagi, Eh, tahu2 darah didalam tubuhnya terasa melancar longgar. Ia menghembuskan napas untuk melonggarkan kesesakan dada lalu menggeliat bangun.

Serentak matanya terkesiap. Disebelah muka tampak seorang dara berpakaian merah tengah melenggang-lenggok berjalan pergi. Tanpa banyak pikir lagi, Kun Hiappun segera mengikutinya.

Tak berapa lama mereka masuk kedalam sebuah hutan yang lebat.

Setiba ditengah hutan, dara itu tertawa mengikik dan tiba2 berhenti lalu berputar tubuh. Kun Hiap terpaksa juga hentikan langkah.

Saat itu barulah dia dapat memandang wajah dara itu, Dia terlongong-longoug seketika. Yang dihadapannya itu ternyata seorang dara remaja. Dara itu tengah memandangnya lekat2.

"Kalau yang lain aku memang tak kenal, te-tapi masakan paman Lo aku tak kenal ? Bagaimana engkau sampai menyalahinya ? Dia paling benci pada manusia yang jahat. Engkau tentu bukan orang baik, bukan ?" serunya.

Mendengar dara itu mengoceh tak karuan jun terungannya, Kun Hiap geram tetapi geli juga.

Kun Hiap tersipu- sipu. Mukanya terasa pa-nas, "Engkau . . . . engkau siapa ?" tegurnya.

Dara itu cebirkan bibir, balas bertanya. "Dan engkau siapa?"

"Namaku Wi Kun Hiap."

Dara itu menegadahkan kepala, memandang cakrawala dan berkata, "Karena tak dapat mene-mukan engkau, Thian-san-sin-kau tentu akan muring-muring."

Kun Hiap terkesiap. .

"Thian-san-sin-kau ?" ulangnya.

"Ya" sahut dara itu, "kalau aku terlambat sedikit saja untuk menarik engkau, engkau tentu sudah terjirat tali dari Thian-san-sin-kau."

"Aku memang bukan orang baik." katanya, "tetapi mengapa engkau tak membiarkan aku ditangkap Thian-san-sin-kau ," tiba2 Kun Hiap tak melanjutkan kata-katanya. Ia teringat kalau dara itu telah salah faham. Dia mengira orang berkerudung kain hitam itu adalah Thian- san-sin-kau. Padahal bukan. Sekarang mengapa dia sendiri juga menganggap bahwa orang berkerudung kain hitam itu Thian-san-sin-kau ? Ah, dia juga limbung namanya.

Dara itu tertawa lagi, serunya. "Engkau berdiri terlongong-longong, rasanya koq seperti itik tolol. Itulah sebabnya aku lalu ingin berolok-olok dengan engkau. Hm, tetapi kalau engkau memang seorang manusia jahat, tentu takkan kulepaskan !"

"Nona," buru2 Kun Hiap berkata, "engkau salah faham. Orang yang mukanya berselubung kain hitam itu bukan Thian-san-sin-kau Lo Pit Hi."

Dara itu tertawa melengking.

Kun Hiap goyang2 tangannya, "Sudahlah, jangan berolok-olok saja. Kuberitahu, orang yang mukanya berkerudung kain hitam itu bukan Lo Pit Hi. Lo tayhiap sudah meninggal dunia."

"Fui," dengus dara itu, "waktu engkau mati, dia masih hidup segar bugar lho!"

Melihat dara itu tak mau menerima keterangannya. Kun Hiap juga pasrah2 penasaran. "Kalau tak percaya, terserah saja. Tetapi dia jelas meninggal disampingku ..."

Tiba2 Kun Hiap teringat bahwa semua peristiwa aneh yang dialaminya beberapa hari ini, boleh dibilang karena gara2 Thian-san-sin-kau Lo Pit Hi.

Waktu mau meninggal dunia, dia tak tahu apa yang hendak diucapkan Lo Pit Hi saat itu. Hanya ada sebuah pesan yang masih diingatnya yalah supaya dia mencari seseorang. Tetapi apa orang itu, lelaki atau perempuan, Lo Pit Hi tak sempat mengatakan.

Kuda BesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang