Bab. 5

1.6K 34 0
                                    

Pek Ing Ing lebih terkejut lagi. Maju dua langkah dia berseru . "Li cung-cu, aku mohon pamit!"

Dan tanpa menunggu jawaban tuan rumah wanita itu terus memberi hormat dan angkat kaki

Sepeminum teh lamanya barulah kicau burung kenari itu berhenti. Tetapi serempak pada saat itu, dari ujung tenggara terdengar cuit burung seriti yang membawakan suara cerah sehingga membuat hati orang senang.

Wi Kun Hiappun mulai dapat tertawa lagi. Mendengar itu Wi Kiam Liong berputar diri. Demi melihat ujung mata pemuda itu bernoda air mata, dia tertegun.

"Kun Hiap, mengapa engkau menangis?" serunya. Tetapi serentak itu diapun merasakan pipinya seperti lembab dan ketika merabahnya, ah .. . ternyata ada dua butir airmata yang mengalir turun ke pipinya.

Kejut Wi Kiam Liong bukan alang kepalang. mengapa aku juga memtikkan airmata, pikirnya.

"Celaka, jelas suara kicau hurung tadi tidak wajar," serunya ketika menyadari hal itu.

Sebenarnya saat itu Thian Go lojin, Nyo Hwat dan Li Siu Goan bertiga tengah tersenyum mendengar kecerahan burung seriti bercicit memberi makan anaknya. Wajah mereka tampak te-nang dan bahagia semisal saat itu mereka tengah dirubung oleh cucu-cucunya yang nakal dan tengah menarik-narik jenggot mereka.

Tetapi sesaat Wi Kiam Liong berteriak kaget tadi, mereka bertigapun terkesiap dan sama-sama tertegun. - Mereka menyadan bahwa suara burung itu memang tidak sewajarnya.

Sejenak saling bertukar pandang, merekapun lalu mengerahkan semangat menenangkan pikiran.

Suara cicit burung seritipun berhenti. Tetapi, serempak pada saat itu juga_dari ujung sebelah barat laut terdengar suara burung gagak yang melengking kaget karena tersingsal dari rombongannya. Nadanya amat menggetarkan hati orang.

Suara itu makin dekat dan suara burung gagak itu tak sedap didengar. Apalagi beberapa burung gagak yang berkaok-kaok kehilangan rombongannya. Selain menusuk telinga juga seperti menyayat-nyayat hati.

Segenap orang yang berada dalam ruangan itu, termasuk Thian Go lojin, mau tak mau tergetar hatinya.

Nyo Hwat tak dapat bertahan lagi. Dia serentak menjerit histens, "Hai, sahabat dari mana itu yang berani jual lagak disini? Hayo, gantilah dengan nada yang sedap didengar!"

"Saudara Nyo, jangan terperangkap!" Li Goan Siu cepat memberi peringatan. Tetapi sudah terlambat.

Pada saat Nyo Hwat melengking tadi, sekonyong-konyong terdengar bunyi burung prenjak berdendang riuh rendah seperti ribuan kuda lari bergemuruh. Yang lain masih tak memperlihatkan reaksi apa-apa tetapi entah bagaimana Nyo Hwat serentak seperti orang kesurupan. Dia beranjak dari kursi dan terus menan-nari...

Kalau melihat seorang dara cantik tengah menari-nari dengan lincah dalam alunan kicau burung prenjak, tentulah orang akan kesengsam melihatnya. Tetapi yang berjoget pada saat itu adalah seorang lelaki brewok, setengah tua dan ketua da-ri sebuah perkumpulan persilatan yang terkenal. Sudah tentu wagu dan menusuk mata kalau harus memandang bagaimana brewok dan bulu tangannya bertebaran seperti monyet menari.

Melihat itu Thian Go lojin menggembor ke-ras dan terus mencengkeram bahu Nyo Hwat. Tetapi sebagai seorang ketua partai persilatan sudah tentu tenaga Nyo Hwat luar biasa kuatnya. Thian Go lojin tak mampu mencekal bahunya.

Melihat itu Li Goan Siu segera bersuit nyaring dan loncat ke udara, plak ..... dia menghantam punggung Nyo Hwat.

Menerima pukulan itu tubuh Nyo Hwatpun terhuyung selangkah kedepan. Li Goan Siu dan Thian Go lojin serempak bersuit nyaring lagi. Tetapi karena tenaga-dalam Thian Go lojin jauh lebih sakti maka suara suit Li Goan Siu itupun terbenam oleh suitan Thian Go.

Kuda BesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang