Bab. 3

3.8K 50 1
                                    

"TINDAKANMU ini memang suatu tindakan yang tepat." suara yang menyeramkan itu kembali bergema, "sayang sekali orang yang akan menyiarkan berita besar keseluruh dunia persilatan besok bukanlah Ban kiam hweecu!"

Ternyata suara pembicaraannya kali ini berkumandang dari sepuluh kaki dari tempat semula, padahal sepuluh kaki di luar sana merupakan jurang yang amat dalam, mustahil tentunya orang itu bisa berbicara sambil berdiri ditengah awan.

Wi Tiong bong maupun Thi lohan Khong beng hweesio benar-benar dibikin terkejut bercampur keheranan oleh kepandaian berbicara lawan yang sebentar dari timur, sebentar lagi beralih kebarat tersebut...

Ban kiam Jiweecu tetap berdiri tak berkutik di tempat semula, tiba-tiba serunya sambil tertawa dingin:

"Siaute masih mengira kau sudah pandai menguasai ilmu Bok sak tun heng bau dan kayu berwujud satu dari Mo bau, rupanya hanya mencuri belajar ilmu Pekpoh hui sin seratus langkah pantulan suara dari Lam hay bun belaka. Hmm! Buat apa kau pamerkan kepandaian semacam itu dihadapanku?"

"Haaah.. haaah.. haah.." suara yang menyeramkan itu tertawa tergelak, "Ban kiam hweecu memang benar-benar sangat hebat!" Gelak tertawanya kali ini kembali berasal dari tempat suara tersebut dipancarkan untuk pertama kalinya tadi.

Dengan cepat Wi Tiong hong berpaling ia saksikan dari belakang batu karang berapa kaki dihadapan Ban kiamhweecu muncul seseorang dengan langkah pelan.

Tanpa terasa Wi Tiong hong mengagumi, ia sudah mengetahui keadaan yang sebenarnya sehingga sama sekali tak bergerak dari posisi semula.

Ketika diamati lebih seksama, tampak orang itu memakai baju hitam, wajahnya tertutup pula oleh topeng berwarna hitam sehingga cuma kelihatan dua matanya yang berkilauan saja.

Ban kiam hweecu memandang sekejap ke arahnya, lalu ujarnya dengan suara lantang dan dalam:

"Mungkin kau yang bernama Tok seh siacu?"

"Heeee...heee... ilmu silat Siacu tidak ada taranya, terutama ilmu beracunnya yang tiada bandingannya, aku tak berani dibandingkan dengannya," kembali manusia berjubah hitam itu tertawa seram.

"Lantas siapakah saudara? Kalau toh sudah menampakkan diri, mengapa tidak perlihatkan tampang aslimu?"

"Aku tak lebih cuma seorang prajurit tak bernama dari Tok seh sia sekalipun kucopot topeng ini, belum tentu hwecu mengenali diriku"

Mendengar perkataan tersebut, Ban kiam hweecu segera terpikir di dalam hati.

"Orang ini menyebut diri sebagai seorang prajurit tak bernama, tampaknya dia adalah manusia penting dari Tok seh sia, siapa tahu orang kepercayaan Tok seh siacu sendiri?"

Berpikir demikian, katanya kemudian sam bil tertawa nyaring:

"Kalau toh kau bukan Tok seh sgiacu, mau apa datang menjumpai diriku?"

Biarpun perkataan tersebut amat sederhana dan biasa, namun jelas mencerminkan kewibawaan seorang ketua perguruan.

Manusia berjubah hitam itu tertawa kering.

"Aku ingin mengajak hwecu untuk merundingkan suatu persoalan!"

"Merundingkan apa?"

Sambil menunjuk ke arah Cho Kiu moay sekalian berlima yang roboh tak sadarkan diri, manusia berbaju hitam itu berkata:

"Kelima anak buah hwecu telah dilukai oleh Thian tok ci, tak sampai setengah jam kemudian ia bakal mati keracunan, bila saat seperti itu tiba, maka tiada kemungkinan lagi untuk menyelamatkan jiwanya."

"Maksudmu, sekarang mereka masih ada kemungkinan untuk ditolong?"

"Perkataan dari Hweecu memang benar."

Persekutuan Pedang Sakti - Qin HongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang