Bab. 13

3K 40 1
                                    

SELAMA RATUSAN TAHUN BELAKANGAN ini. orang hanya berhasil mempelajari yang 'Sam-yang-kiu-khi' tapi belum pernah ada berhasil mempelajari ilmu Sam yang Khi-kang.

Dan sekarang, telapak tangan sikakek ceking itu sudah berubah menjadi semu merah ini berarti yang dilatihnya adalah sebangsa ilmu pukulan yang beracun yang amat berbahaya. Dalam pada itu si kakek ceking tadi sudah mengangkat telapak tangan kanannya, ia pelan-pelan dan siap melepaskan serangan pukulan, tiba-tiba dia mendongakkan kepalanya seraya bertanya:

"Tua bangka, apakah kau baru saja mundur dari jalan gunung sebelah utara?"

"Benar."

"Dan kaupun baru saja bertarung melawan suhengku?"

"Benar, kami sudah bentrok sebanyak lima pukulan."

Kakek ceking itu manggut-manggut, sementara telapak tangannya segera ditarik kembali, katanya kemudian:

"Kalau begitu kau tak usah bertarung melawan diriku lagi."

"Tidak bertarungpun tak menjadi soal cuma sobat harus meninggalkan obat penawar racun bagi kedua orang yang sedang keracunan ini."

Tiba-tiba kakek ceking itu mendongakkan kepalanya lalu tertawa terbahak-bahak,

"Sobat, apakah kau merasa permintaanku amat menggelikan hati?" kakek Ou segera menegur.

Kakek ceking itu mendengus dingin,

"Hmm, aku tak pernah akan banyak berbicara dengan seseorang yang hampir mampus."

Selesai berkata dia lantas membalikkan badan dan siap berlalu dari situ.

"Berhenti!" dengan penuh kegusaran kakek Ou membentak, "apabila kau belum meninggalkan obat penawar racunnya, jangan harap kau bisa beranjak dari sini secara gampang."

Tiba-tiba kakek ceking itu membalikkan hadannya, lalu dengan sepasang mata berkilat tanyanya:

"Hai! tua bangka, tahukah kau apa sebabnya aku enggan turun tangan terhadapmu?"

"Aku tak ingin tahu, mungkin kau sudah tahu akan kemampuan sendiri yang terbatas hingga takut untuk bertarung lagi?"

Hawa amarah segera menyelimuti wajah kakek ceking itu, langsung saja dia berteriak: "Aku telah terikat oleh perjanjian dengan suhengku, barang siapa telah bertarung melawannya maka aku tak akan bertarung lagi melawan orang itu, demikian juga bila orang itu sudah bertarung melawanku, maka dia pun tak akan bertarung lagi dengannya."

"Mengapa demikian ?"

"Sebab seseorang hanya bisa mampus sekali, tiada kemungkinan baginya untuk mampus dua kali."

Kakek Ou segera tertawa tergelak, "Haaahh...haahh. . haahh. ..kalian benar-benar kelewat percaya dengan kemampuan sendiri !"

"Bila seseorang tidak mampus oleh racun dingin, dia pasti mampus oleh racun hawa panas, selama puluhan tahun terakhir ini belum pernah seorang manusia pun yang berhasil lolos dari cengkeraman maut To kiau ji lo (Dua sesepuh dari To kiau)."

"Kalau begitu, aku akan menjadi satu-satunya manusia yang tak akan mampus oleh serangan maut kalian."

Kakek ceking itu seperti tidak percaya dengan perkataan tersebut, dia segera menganggukan kepalanya seraya bertanya:
"Suheng tua bangka ini..."

Ketika kakek Ou berpaling dijumpainya kakek ceking lagi pendek itu masih berdiri di situ.
ketika mendapat pertanyaan tersebut diapun manggut-manggut sambil jawabnya:
"Dia memang sudah beradu pukulan sebanyak lima kali denganku, tapi ia bilang sepanjang hidupnya tak kuatir terhadap serangan racun, nyatanya hingga sekarangpun ia belum tersiksa oleh bekerjanya racun. Aku lihat apa yang diucapkan memang dapat dipercaya."

Persekutuan Pedang Sakti - Qin HongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang