Bab. 12

3.3K 37 0
                                    

Kakek berbaju abu-abu itu sama sekali tidak menggerakkan tubuhnya, ia hanya miringkan badannya menghindarkan diri dari babatan mata pedang Thio Kun kay, kemudian telapak tangannya diayunkan kemuka membabat ketengah udara.

Serangan pedang yang dilepaskan Thio kun kay pun tidak kalah hebatnya, dia memutar pergelangan tangan kanannya kemudian...

"Sreeet!"

Sekali lagi dia melancarkan sebuah babatan kilat ke depan. Bacokan pedangnya itu sengaja dilancarkan dengan maksud untuk melindungi adiknya ujung pedang mencukil keatas menyambar pergelangan tangan kakek berbaju abu-abu yang sedang melancarkan serangan tersebut, gerak serangannya benar benar teramat cepat.

Kakek berbaju abu-abu itu balas melancarkan pukulan keudara, di mana telapak tangannya direndahkan kebawah lalu...

"Plaak"

Menghajar telak di atas pedang Thio Kun kay. Seketika itu juga Thio Kun kay merasakan pedangnya disambar oleh sesuatu kekuatan yang sangat besar sehingga pergelangan tangan kanannya bergetar keras dan kakinya limbung, dengan sempoyongan dia mundur selangkah kebelakang.

Setelah mempunyai pengalaman yang lampau, saat ini Lak jiu im eng Thio Man sudah melakukan yang cukup matang, ketika tubuhnya melejit ke udara, dia segera meluncurkan jurus serangan Juan im si ji (menembusi awan memanah sang surya,) pedangnya berubah menjadi segulung bianglala berwarna perak melindungi seluruh tubuhnya yang sedang menyerbu kemuka.

Siapa tahu baru saja menerjang sejauh tujuh delapan depa, kembali tubuhnya sudah terkena hadangan oleh sebuah pukulan dahsyat kakek berbaju abu-abu yang menyambar tiba dari samping.

Seperti juga keadaan semula tadi, kembali dia dibuat tergetar sehingga mundur sejauh empat lima langkah.

Pada dasarnya sipedang bunga bwee Thio Kun kay adalah seorang yang tinggi hati, setelah dua kali serangannya malah kena terdesak mundur lawan, habis sudah kesabarannya.

Tiba-tiba ia tertawa nyaring, sambil mendesak kemuka dia putar pergelangan tangannya, cahaya pedang segera berkilauan memenuhi seluruh angkasa dan menyambut kedatangan tubuh sikakek berbaju abu-abu itu.

Di dalam gusar dan penasarannya, serangan tersebut telah dilancarkan olehnya dengan mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya.

Desingan angin sedang yang memekikkan telinga dengan mengandung taktik melekat, menggiring, menutul dan membabat dari aliran Bu tong pay langsung menyambar ke depan.

Sementara itu, Lak jiu im seng Thio Man yang gagal untuk kedua kalinya menyusup ke atas bukit kecil itu menjadi penasaran bercampur gemas, sambil menggertak gigi menahan diri dia maju pula sambil memutar senjatanya.

Selapis cabaya perak yang berkilauan seperti hujan yang berderai menghambur ke atas tubuh kakek berbaju abu-abu itu, serangkaian serangan yang gencar dan beruntun ini dilancarkan dengan kecepatan yang luar biasa.

Begitulah kakak beradik ini segera bekerja sama secara ketat, dua bilah pedang mereka kian menyerang kian bertambah cepat. Tampak gulungan cahaya pelangi berwarna perak melingkar datang dari kiri dan kanan dengan kecepatan tinggi, laksana mengepung kakek berbaju abu-abu itu ditengah arena sehingga pada hakekatnya angin dan hujan pun sukar untuk menembusi.

Tampaknya kakek berbaju abu-abu itu tidak menyangka kalau permainan pedang dari kedua orang ini sedemikian hebat dan dahsyatnya, biarpun dia harus menghadapi dengan pukulan telapak tangan, bacokan serta totokan, sulit juga rasanya untuk menghadapi keadaan tersebut...

Puluhan jurus kemudian, kedua belah ujung bajunya sudah dipenuhi oleh beberapa buah lubang tusukan yang cukup besar.

Diam-diam ia terkejut bercampur terkesiap juga menghadapi kejadian ini, segera bentaknya keras-keras.

Persekutuan Pedang Sakti - Qin HongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang