Bab. 11

2.9K 46 0
                                    

TERNYATA BENDA YANG BERADA di dalam genggaman kakek berambut putih itu adalah sebuah botol kecil berwarna putih susu, ketika penutup botolnya dibuka isinya hanya berupa sebutir pil sebesar kacang hijau.

Sebagai orang yang berpengalaman luas, dalam sekilas pandangan saja Tam See hoa sudah tahu kalau pil itu bisa jadi adalah obat penawar racun, agaknya dia sewaktu mengeluarkan botol obat itu dan belum sempat menelan pil tersebut, racun yang mengeram dalam tubuhnya sudah mulai bekerja. Berpikir sampai di sini, tidak ambil perduli apakah kakek berambut putih itu masih bisa tertolong atau tidak, ia segera membuka mulut kakek itu serta menjejalkan pil tadi ke dalam mulutnya.

Sebetulnya tindakan ini dilakukan tanpa suatu maksud tertentu, sungguh tak disangka justru karena perbuatannya yang tanpa sengaja ini, dia telah menyelamatkan selembar jiwa seorang tokoh sakti dari dunia persilatan.

Dalam pada itu terdengar Thio Ki ban menghembuskan napas panjang...

Cepat-cepat Tam See hoa bertanya:
"Sianseng, apakah sahabatku ini masih bisa tertolong ?"

"Sulit... sulit ..." Thio Ki ban menggelengkan kepalanya berulang kali.

"Jadi ia sudah tak tertolong lagi?"

Menghadapi desakan pertanyaan ini, Thio Ki ban menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
"Aku tidak mengatakan kalau sahabatmu itu sudah tak tertolong lagi, hanya saja kemampuan yang kumiliki sangat terbatas, aku tak bisa menolongnya."

"Sianseng amat termashur sebagai seorang tabib kenamaan bila kau sanggup menyembuhkan racun hawa dingin yang menyerang sobatku ini pasti akan kuberi imbalan yang amat besar untuk sianseng."

"Imbalan yang amat besar sih tak berani kuterima, selama aku bekerja sebagai seorang tabib, asal penyakit tersebut masih mampu kusembuhkan, aku selalu akan berusaha dengan segala kemampuan yang kumiliki, tapi racun hawa dingin yang menyerang tubuh sobatmu itu ..baru pertama kali ini kujumpai setelah bekerja selama puluhan tahun lamanya..."

Belum selesai dia berkata, kakek berambut putih yang berada di belakang pohon itu sudah bangkit dan duduk, kemudian sambil membuka matanya lebar-lebar dia menegur:

"Apakah selembar jiwaku telah diselamatkan oleh Sianseng ini .... ?"

Tadi, Thio Ki ban sudah memeriksa denyut nadi kakek tersebut dan ia mengetahui pasti bahwa orang itu sudah tak tertolong lagi, tapi sekarang, tiba-tiba saja kakek yang dianggapnya sudah pasti akan mati itu bisa duduk dan berbicara kembali, tak heran kalau dia dibuat terkejut dan ketakutan setengah mati.

Secara beruntun tubuhnya mundur sampai beberapa puluh langkah, tapi akhirnya dia tersandung batu sehingga jatuh terjengkang ke atas tanah.

Buru-buru Tam See hoa membangunkan tabib tersebut dari atas tanah, tegurnya:
"Sianseng. kenapa kau ?"

Sambil menjulurkan lidahnya karena ketakutan, sahut Thio Ki ban agak tergagap:
"Dia ...dia sudah jelas keracunan hebat dan.... dan tidak bakal tertolong lagi, ke... kenapa sekarang...bisa duduk dan .... dan berbicara lagi."

Tam See hoa tahu, pil yang dijejalkan ke mulut si kakek berambut putih tadi sudah pasti merupakan obat penawar racun yang sangat mujarab, karena itu dia tidak berkata apa-apa lagi.

Sementara itu, kakek berambut putih tadi sudah bangkit berdiri, sambil membersihkan pakaiannya yang kotor, dia berkata seraya tertawa:

"Betul, aku memang sudah merupakan seorang yang hampir mampus karena keracunan, entah siapakah yang telah membantuku untuk memasukkan pil penawar racun ke mulutku?"

Tam See hoa segera menjura, lalu sahutnya:
"Ketika kujumpai lotiang memegang sebuah botol obat aku lantas menduga kalau lotiang belum sempat menelan pil penawar racun tersebut karena sang racun sudah keburu bekerja, itulah sebabnya kubantu lotiang untuk masukkan pil tersebut kemulutmu, untung sekarang racunpun sudah punah silahkan bersemedi sebentar untuk memulihkan kekuatan badan..."

Persekutuan Pedang Sakti - Qin HongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang