Bab. 22

3.1K 42 0
                                    

"TOA SUHENG tak perlu banyak bicara lagi dengannya, biar kuhadiahkan sebilah pisau terbang untuk mereka!"

Sambil berkata dia pun bersiap sedia melontarkan pisau terbang tersebut kemuka.

"Tunggu dulu ji sumoay!" tiba tiba Kam Liu cu mencegah dengan setengah membentak.

"Mengapa toa suheng menghalangiku?"

Kembali Kam Liu cu mengamati kedua mayat itu dengan seksama, kemudian bisiknya:
"Bisa jadi di balik kesemuanya ini masih terselip siasat lain."

"Jadi kau anggap mereka berdua bukan anggota selat Tok seh sia ?"

"Lebih baik kita maju ke depan dan memperhatikan mereka dengan lebih seksama lagi."

Kedua orang itu segera berjalan memasuki hutan gersang, mendekati peti mati itu di atas dada kedua sosok mayat tadi, segera dijumpai selembar kertas kuning yang tertempel di situ.

Ketika diamati lebih seksama lagi maka terbacalah di atas kertas itu tertera beberapa huruf yang berbunyi:
"Tewas diujung pisau terbangnya Thian sat bun."

Kam Liu cu segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Liu Leng poo, katanya kemudian ;
"Apakah ji siaumoay berhasil menentukan sesuatu gejala yang mencurigakan?"

"Tampaknya kesemuanya ini sengaja dipersiapkan untuk menjebak kita. Sudah jelas Liong Cay thian sedang menggunakan siasat meminjam pisau membunuh orang. Entah siapakah kedua orang itu?"

Rupanya setelah mendekati kedua sosok mayat itu, mereka baru dapat menyaksikan dengan jelas bahwa kedua orang yang berada dalam peti mati itu sudah didandani orang dengan melabur wajah mereka dengan kapur putih, sehingga kalau diliat dari kejauhan, wajah mereka pucat menyeramkan.

Sebaliknya bila ditinjau dari pakaian yang dikenakan kedua orang tersebut, yang di sebelah kiri mengenakan jubah panjang berwarna hijau sedangkan yang di sebelah kanan memakai baju merah keperak-perakan, tampaknya seorang wanita.

Ketika mereka berdua melihat Kam Liu cu dan Liu Leng poo berjalan mendekat, sepasang bahu mereka segera bergerak-gerak berusaha meronta.

Ternyata sepasang tangan mereka telah dibelenggukan di atas tubuh masing-masing dengan berapa utas tali yang kuat. Tak heran kalau mereka tak mampu bergerak sedikitpun jua.

Setelah mengamati kedua orang itu dengan seksama, Liu Leng poo segera berseru tertahan :
"Aaah! Rupanya mereka adalah Bwee hoa kiam Thio Kun kay kakak beradik.Heran, mengapa mulut mereka pun disumbat orang dengan kapas...?"

"Benar, mereka adalah Thio tayhiap kakak beradik, mengapa mereka bisa dipermainkan orang macam begitu? Ji sumoay cepat kau putuskan tali temali yang membelenggu tubuh mereka berdua."

Liu Leng poo segera menggerakan tangannya membebaskan diri dari belenggu tubuh kedua orang itu.

Thio Kun kay kakak beradik segera menggerakkan tangannya membebaskan diri dari belenggu, setelah mengeluarkan kapas dari mulut masing-masing mereka menggerakkan pula keempat anggota badannya untuk melemaskan otot-otot yang telah kaku sebelum melompat keluar dari dalam peti mati.

Kata mereka kemudian sambil memberi hormat;
"Thio Kun kay kakak beradik mengucapkan banyak terima kasih atas pertolongan yang telah diberikan Kam tayhiap. Kami telah dipermainkan oleh penjahat."

"Mengapa kalian berdua bisa sampai di sini?" tanya Kam Liu cu kemudian.

"Sebetulnya kami berdua datang kemari mengikuti susiok, tapi belum lama memasuki gua sudah terkena sergapan musuh sehingga ditawan mereka."

"Jadi susiok kalian Thian cu totiang pun telah datang? Apakah kalian datang kemari untuk membantu saudara Wi yang tertawan oleh pihak Tok seh sia?"

Persekutuan Pedang Sakti - Qin HongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang