Bab. 8

3.4K 39 0
                                    

DEKAT DINDING terdapat sebuah pembaringan kayu dengan seprei dan kelambu yang bersih dan indah, disisi kiri dekat meja terdapat sebuah meja baca, selain alat tulis di situ terdapat pula beberapa jilid kitab dan sepoci air teh.

Sebuah tempat lilin terbuat dari perak dengan sebatang lilin merah, memancarkan sinarnya menerangi seluruh ruangan

Ketika Wi Tiong hong merasa waktu masih pagi, diapun duduk di depan meja sambil menghirup teh, sementara pikirannya melayang membayangkan kembali kejadian demi kejadian yang dialaminya selama ini.

Akhirnya dia menyimpulkan bahwa masalah dalam dunia persilatan memang amat kalut, bila seseorang sudah terjun ke dalam dunia persilatan, maka selamanya dia tak akan bisa hidup tenang.

Setelah duduk berapa saat, ia merasa pikiran dan perasaannya makin bertambah kalut, maka pelan-pelan dia pun bangkit berdiri dan naik ke atas pembaringan untuk merebahkan diri.

Entah berapa lama sudah lewat, tiba-tiba di depan pintu muncul sesosok bayangan hitam disusul seseorang mendehem.

Wi Tiong hong segera merasakan akan hal tersebut, baru saja ia hendak menegur.

Mendadak terdengar orang itu berbisik lirih.

"Wi tayhiap, apakah kau sudah tertidur?"

Wi Tiong hong dapat mengenali suara itu sebagai suara dari Tam See hoa dengan cepat ia melompat bangun, kemudian serunya:

"Saudara Tamkah di luar? Silahkan masuk..."

Tapi Tam See hoa tetap berdiri di depan pintu sambil berkata dengan suara rendah:

"Tempat ini bukan tempat yang sesuai untuk berbicara, harap Wi tayhiap sudi mengikuti diriku."

Wi Tiong hong semakin bertambah curiga setelah menyaksikan gerak-geriknya yang begitu berhati-hati serta main sembunyi, tanpa terasa ia bertanya:

"Saudara Tam hendak mengajak aku pergi kemana?"

"Di tempat ini banyak terdapat mata-mata, aku ingin mengajak Wi tayhiap berbincang bincang di luar saja."

Wi Tiong hong segera berpikir:

"Biarpun aku baru berbicara empat mata dengannya dua kali dengan pertemuan kali ini, namun rasanya dia tidak mirip orang licik yang berbahaya, namun anehnya mengapa hari ini dia justru memperlihatkan gerak-gerik semacam ini? Jangan-jangan dia memang benar-benar mempunyai urusan penting?"

Berpikir sampai di situ, dia pun lantas mengangguk.

"Baiklah, harap saudara Tam sudi membawa jalan."

Tam See hoa tidak banyak berbicara lagi, dia segera membalikkan badan dan menuju keluar.

Wi Tiong hong mengikuti di belakangnya setelah melalui dua lapis gedung, sampailah mereka dibawah sebuah dinding pekarangan tersebut...

Wi Tiong hong segera mengikuti di belakangnya dan ikut melompat keluar dari dinding pekarangan.

Tanah perbukitan terbentang di luar pagar pekarangan tersebut ternyata mereka sudah tiba di kaki bukit.

Tam See hoa segera mengajak Wi Tiong hong meneluri sebuah jalan setapak yang membentang di depan situ.

Ketika Wi Tiong hong menyaksikan gerak-gerik Tam See hoa semakin mencurigakan, tanpa terasa ia meraba pedangnya lebih dulu, kemudian baru menyusul di belakangnya.

Selayang mata memandang, batuan karang tersebar di mana-mana, sepanjang jalan setapak itu tumbuhan bambu tumbuh penuh dengan rimbunnya

Kali ini Tam See hoa bergerak maju terus ke depan, tak selang berapa saat kemudian, sampailah mereka di atas sebuah tebing batu yang menonjol keluar.

Persekutuan Pedang Sakti - Qin HongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang