SASTRAWAN berbaju biru itu mengebaskan jubah panjangnya, lalu mengangkat tangan kanannya keatas, setelah itu bentaknya dengan mata melotot besar:
"Asal kau bersedia menerima seranganku ini, aku akan segera angkat kaki dari sini."
Begitu selesai berkata, telapak tangannya segera ditolak ke depan.
Dorongannya tidak nampak istimewa, tapi berbareng itu..
"Sreeet" desingan angin tajam bagaikan sayatan pisau tajam telah meluncur keudara dan membelah angkasa.
Wi Tiong hong amat terkejut setelah menyaksikan serangan tersebut, diam-diam pikirnya:
"Aah, Siu lo to!"
Cepat-cepat ia mengalihkan pandangan matanya ke arah manusia berbaju hitam yang sombong dan tinggi hati itu, ternyata pada saat itulah tiba-tiba ia berjumpalitan dan menyelinap masuk ke dalam ruangan rumah.
"Cepat ikuti aku! "sastrawan berbaju biru itu segera membentak lirih.
Belum sempat menyusul ke dalam, tiba-tiba manusia berbaju hitam yang telah menyusup masuk ke dalam ruangan lebih dahulu itu sudah membentak keras:
"Lihat serangan!"
Segumpal cahaya biru tiba-tiba meluncur diudara dan menyambar datang.
Agaknya sastrawan berbaju biru itu sudah membuat persiapan, ujung bajunya segera dikebaskan kemuka melepaskan segulung angin serangan dahsyat yang memporak porandakan serangan senjata rahasia yang meluncur tiba.
Setelah itu ia membungkukkan badan dan memungut sebatang jarum tembaga beracun dari atas tanah, setelah diperhatikan beberapa kejap, dengan pandangan bimbang dan tak habis mengerti dia buang kembali benda itu keatas tanah.
Tiba-tiba ia berpaling, ketika dilihatnya Wi Tiong hong masih tetap berdiri di tempat semula, katanya kemudian sambil menghela napas panjang.
"Nak, tempat ini adalah rumah kediaman ayahmu, mengapa kau tidak masuk bersamaku?"
Wi Tiong hong sangat terkejut, setelah mendengar beberapa patah kata tersebut, ia jadi teringat akan sesuatu.
"Bukankah ini suaranya sipaman tanpa nama?" demikian dia berpikir.
Buru-buru ia mendongakkan kepalanya, lalu berseru:
"Aah, kau benar-benar adalah paman..."
Sementara itu sastrawan berbaju biru tadi sudah meluncur masuk ke dalam ruangan begitu selesai berbicara tadi, Wi Tiong hong tak berani berayal lagi cepat-cepat dia mengikuti di belakangnya.
Sastrawan berbaju biru itu sangat menguasahi keadaan di dalam ruangan itu, setelah menembusi ruangan tamu, dia masuk ke ruang tidur melalui kamar baca, setelah itu memasuki pula dapur dan kamar-kamar lainnya...
Tampaknya perasaan dan pikiran orang itu sedang diliputi kerisuhan, kecuali memusatkan segenap pikiran dan perhatiannya untuk mengawasi empat arah delapan penjuru, telapak tangan kanannya disilangkan di depan dada siap menghadapi serangan yang datang secara tiba-tiba, biarpun Wi-Tiong hong mengikuti di belakangnya, dia tetap membungkam diri dalam seribu bahasa.
Wi Tiong hong sendiri merasa agak terharu bercampur emosi setelah tahu kalau tempat ini adalah rumah kediaman ayahnya, tapi berhubung pamannya tidak bersuara, maka diapun tak berani banyak bertanya.
Ternyata setiap ruangan disapu amat bersih dan perabotnya diatur dengan rapi, walaupun demikian bisa dilihat kalau rumah itu memang sudah lama tak didiami orang itu berarti perkataan dari manusia berbaju hitam yang mengaku sebagai penjaga rumah memang bukan bohong belaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Persekutuan Pedang Sakti - Qin Hong
ActionDalam kisah terakhir cerita "Pedang Karat Pena Beraksara" diceritakan Ban-kiam Hweecu berhasil membekuk Sah Thian Yu. Namun dalam pembicaraan selanjutnya dikatakan kalau Ban-kiam hweecu telah menerima sepucuk surat yang ditanda tangani oleh seseoran...