Bab. 16

3.2K 41 1
                                    

TAK SELANG BERAPA SAAT kemudian mereka sudah keluar dari gua karang tersebut, masing-masing menginjak batuan cadas tersebut dengan ujung kaki masing-masing dan melesat keluar dengan kecepatan paling tinggi.

Rupanya mereka sudah berada di sebuah selat yang dihimpit dua buah bukit karang, selat tersebut amat sempit dan permukaan tanahnya dilapisi pasir putih yang lembut, selat mana menjulang sampai ke dalam sana. Sambil menuding ke bawah tebing karang sebelah kanan, kakek Ou kembali menerangkan: "Aku telah mempersiapkan batu karang setiap satu kaki di bawah tebing sebelah kanan sana, kalian harus memperhatikan dengan seksama."

Selesai berkata, dia segera berjalan dulu dengan langkah lebar ...

Jangan dilihat dia hanya berjalan biasa dengan langkah lebar, padahal kecepatannya amat hebat dan tubuhnya bergerak sangat ringan, seakan-akan sedang melayang saja di atas pasir putih itu. Keadaannya benar-benar sangat mengagumkan.

Wi Tiong hong yang menyaksikan hal tersebut tidak sempat lagi untuk mencabangkan pikirannya, dia tak berani berayal lagi, sambil menarik napas panjang tubuhnya melompat pula ke depan.

Benar juga, setiap jarak satu kaki, dia menjumpai sebuah batu karang sebagai tempat untuk berpijak.

Dengan mamantulkan ujung kakinya di atas batu batu cadas tersebut, sepanjang perjalanan mereka bergeras ke depan dengan kecepatan sangat tinggi.

Selat sempit itu panjangnya tidak sampai setengah li, dalam waktu singkat mereka sudah tiba di tempat tujuan.

Waktu itu kakek Ou sudah menghentikan perjalanannya tak jauh di depan sana. Menanti ke tiga rekannya sudah sampai, dia baru menunjuk ke muka, sambil bisiknya:

"Nona kami disekap dalam istana racun di belakang sana, tepatnya pada ruang batu-batu ke tiga diujung sebelah kanan, di situ terdapat penjagaan yang sangat ketat. Lebih baik kita tukar dulu Lan Kun-pit dengan yang asli, sedang Wi siauhiap tidak usah turut bergerak, biar Kam lote saja yang membawa Lap Kun-pit menunggu aku di sini."

Mengikuti arah yang ditunjuk semua orang mengalihkan pandangan matanya ke depan tempat di mana mereka berdiri sekarang rupanya berada di sebuah punggung bukit.

Tanah dataran di bawah sana jauh lebih rendah meski dalam kegelapan tak dapat melihat secara jelas, namun lamat-lamat masih dapat terlihat juga.

Yang dimaksud sebagai selat Tok seh sia tak lebih hanya marupakan sebuah selat sempit yang berbentuk memanjang ke belakang.

Istana racun berada di bawah di sebuah bukit kecil yang persis merupakan pusat dari selat tersebut, empat penjuru sekelilingnya nampak amat gelap dan penuh dikelilingi bangunan rumah berbatu.

Dengan berada di antara himpitan dua buah bukit yang menjulang ke angkasa, boleh dibilang letak selat Tok seh sia ini sangat terpencil dan rahasia.

Liu Leng poo memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, kemudian bertanya:

"Kakek Ou. berada di manakah manusia yang bernama Lan Kun-pit itu?"

"Dia berada di dalam sebuah rumah batu di sebelah selatan istana racun, tempat itu terlindung oleh hutan bambu sehingga sukar ditemukan. Mari kalian semua mengikuti aku"."

Seusai berkata dia lantas mengajak ketiga orang itu berangkat menelusuri sebuah jalan kecil di antara dinding batu.

Berhubung saat ini mereka sudah berada jauh di dalam selat Tok seh sia, siapapun tak berani bertindak secara gegabah. Dengan berlindung di balik pepohonan yang rindang, mereka bergerak cepat menuju ke depan sana.

Untung saja mereka bergerak dipimpin oleh kakek Ou yang hebat, sekalipun ada kalanya mereka berjumpa dengan orang selat yang bertugas jaga di situ, semuanya berhasil ditotok jalan darahnya dari kejauhan sehingga tanpa disadari mereka semua sama tergeletak roboh dan tidak sadarkan diri.

Persekutuan Pedang Sakti - Qin HongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang