Amare #4

1.6K 261 11
                                    

Pastikan kamu sudah vote sebelum membaca, dan comment setelah membaca😉

💐💐💐

Chapter 4 - Sorry

=

Is it too late now to say sorry?

💐💐💐

  HARI-HARI  kembali berlanjut seperti biasanya. Raka akan kembali ke tempat kuliahnya besok. Masalahnya, Raka dan Dilla sampai saat ini masih bertengkar.

  "Hei, Dill!" teriak Renata yang tiba-tiba ada dikamar Dilla.

  "Ngapain lo?" tanya Dilla penuh antisipasi.

  "Santai, Dill. Jadi gini, sekarang hari minggu dan besok hari senin," jawab Renata.

  "So?"

  "Berhubung besok ada PR dan ulangan, gue mau minta ajarin lo," jawab Renata semangat.

  "Jadi, lo kerumah gue karena ada maunya?" tanya Dilla memastikan.

  "Ya, gak gitu juga sih," jawab Renata dengan wajah watadosnya.

  Dilla menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu menghembuskan napasnya kasar. "Gue lagi berantem sama abang gue," celetuk Dilla.

  "What?! Abang lo yang kece itu?" tanya Renata memastikan.

  Dilla mengangguk. "Abang gue kan cuma satu," jawab Dilla.

  "Kenapa? Cerita dong."

  "Jadi gini, gue sama bang Raka kan ke mall kemaren, gue mau ke toilet dan bang Raka bilang dia juga mau ke starbucks. Setelah gue ke toilet, gue tabrakan sama cowok. Kita sempat berantem bentar, dan bang Raka dateng," Dilla menghembuskan napasnya.

  "Terus? Masa gara-gara lo dekat sama cowok dia marah," cibir Renata.

  "Bukan, masalahnya waktu udah dimobil, bang Raka nanya tentang cowok yang gue tabrak itu. Intinya, gue bilang ke Bang Raka kalo bonyok gue aja gak sayang sama gue, gue juga gak akan sayang sama seseorang, dan bang Raka marah."

  "Pantesan aja, gue kan udah bilang, cobalah untuk jatuh cinta, rasanya emang sakit, Dill. Tapi emang itu rasanya cinta, ada pahitnya, dan ada manisnya."

  Dilla terdiam sebentar, lalu mengangguk yakin. "Thanks, Ren. Gue akan minta maaf."

  Dilla pun segera keluar dari kamarnya dan berjalan menuju kamar Raka.

  Tokk.. tokk.. tokk..

  Dilla pun mengetuk kamar Raka dan menunggu Raka membuka pintu kamarnya. Dilla melihat Raka yang membuka pintu, wajahnya biasa saja, tapi saat melihat dirinya, Raka menatapnya tajam. Jujur, Dilla mulai merasa takut karena tatapan tajam itu.

  "Mau ngapain kamu kesini?" tanya Raka ketus.

  "A— aku.. Aku mau minta maaf. Aku tau kata-kata aku kemarin kasar," cicit Dilla.

  Raka menaikkan sebelah alisnya. "Syukur kamu cepet sadar sebelum abang kembali ke kampus," ujar Raka.

  "Abang minta satu hal aja sama kamu, Dill. Try to fall in love. Jatuh cinta itu gak buang waktu, Dill. Kalau kita gak dapat kasih sayang dari mama dan papa, otomatis kamu bisa kan, cari orang lain yang bisa mencintai kamu, menyayangi kamu sepenuh hati. Karena apa? Karena abang juga gak mungkin kan, jagain kamu terus? Abang juga harus menjaga siapa yang akan menjadi istri abang, abang juga akan punya anak. Jadi, abang gak akan mungkin jagain kamu terus," lanjut Raka panjang lebar.

  Dilla meneteskan air matanya, lalu memeluk Raka, abangnya.

  "Maafin Dilla, bang. Dilla terlalu kesel karena mama sama papa gak pernah sayang sama Dilla. Dilla gak tau kalau abang bahkan sayang banget sama Dilla."

  Raka tersenyum. "Udah ya, abang mau packing. Kamu gak apa-apa sendiri?" tanya Raka.

  "Ada Renata kok," jawab Dilla.

  Raka menaikkan sebelah alisnya. "Renata yang, sahabat kamu itu?" tanya Raka memastikan.

  Dilla mengangguk. "Iya, kenapa?" tanya Dilla balik.

  Raka menggeleng. "Gak apa-apa," jawab Raka.

  Dilla pun keluar dari kamar Raka dan berjalan kembali ke kamarnya. Dalam hatinya, Dilla sungguh senang karena bisa berbaikan dengan Kakaknya.

Akhirnya.

💫💫💫

Amare [ALS #1] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang