Amare #22

793 163 16
                                    

Pastikan kamu sudah vote sebelum membaca dan comment sesudah membaca😉

💐💐💐

Chapter 22 - Gheanita Azarine

+

Now I wish we'd never met
Cause you're too hard to forget

💐💐💐

  "BISA tinggalkan kami berdua?" tanya Ghea sambil tersenyum miring dan menyeruput minumannya dengan cara paling anggun yang pernah Dilla lihat. Saat itu juga, Dilla tahu kalau cewek itu bukan tandingannya.

  "Ayolah, saat pertama kali ibuku bertemu Dilla bahkan ibuku tidak mengintrogasinya seperti ini," protes Raffael.

  "Aku ingin kau mendapatkan yang terbaik," sahut Ghea santai.

  "Tapi aku bisa mencarinya sendiri. Kalau kau ingin mencari jodoh, cari saja jodohmu sendiri," ujar Raffael sambil memutar bola matanya

  "Memangnya berapa umurmu?" tanya Dilla yang sebenarnya sudah jengah dengan perdebatan mereka. Ia tersenyum pada pelayan yang mengantarkan makanannya.

  Ghea berpikir sebentar. "Saat bersama Raffael, umurku 24 tahun. Dua minggu yang lalu umurku bertambah menjadi 25 tahun."

  "What?!" Dilla membulatkan kedua bola matanya. Ia pun menormalkan kembali ekspresinya. "Sebenarnya Kalian sangat cocok. Kalau boleh tahu? Kenapa hubungan kalian berakhir?"

  "Well, Ayah Raffael dan Kakakku tidak merestui hubungan kami. Kata Uncle Hardi, aku terlalu tua. Kata Kakakku, Raffael terlalu muda." Ghea terkekeh kecil karena ucapannya sendiri. Raffael dan Dilla saling bertatapan. Dilla hanya mengangkat kedua bahunya cuek, lalu memakan mac and cheese -nya.

  "Besok jadi dinner?" tanya Raffael memecah keheningan.

  Ghea menggeleng. "Aku ada pekerjaan. Senang bertemu kalian disini. Sayang sekali, sebenarnya. Aku sudah reservasi tempat."

  "Baguslah. Besok aku ada latihan band," ujar Raffael sambil memotong steak -nya.

  "Band? Good for you. Aku ingin menontonmu latihan."

  "Nanti, kalau aku sedang tidak sibuk," sahut Raffael cuek.

  "Kalian sangat cocok. Sejak kapan kalian resmi menjadi kekasih?"

  "Seminggu yang lalu," jawab Dilla.

  "Baru? Pantas Tante Rayna tidak tahu. Orang tua kalian saling kenal?"

  "Rekan bisnis," jawab Raffael sambil mengangguk cuek. Lama-lama ia jadi kesal diwawancarai seperti ini.

  "Kau harus tahu," ucap Ghea sambil menatap Dilla.

  "Apa?" tanya Dilla sambil menatap Ghea balik.

  "Raffael sangat suka seafood, dan dia tidak suka keju. Melihat kalian berdua di restoran bertema keju, aku pikir ini kesalahan besar," ujar Ghea.

  "Raffael yang mengajakku kesini," sahut Dilla cuek.

  "Masih banyak lagi fakta tentang Raffael yang mungkin tidak kau ketahui," ujar Ghea sambil menepuk bahu Dilla.

  "Aku bisa cari tahu sendiri."

  "Kau harus tahu, saat pesta ulang tahun salah satu temanku, kami merayakannya di club, you should know that—"

  "Tidak, Ghea. Atau aku akan—"

  "Akan apa?" tanya Ghea sambil tersenyum sinis. "Aku menemukan Raffael make out di sofa dengan salah satu temanku."

  Mendengar perkataan frontal dari Ghea, Dilla membulatkan matanya.

  "Walaupun saat itu dia hangover, tapi tetap saja judulnya make out. So, itu adalah satu dari banyak alasan mengapa hubungan kami berakhir," cerocos Ghea sambil tersenyum kecil.

  Kalau seperti ini, mau tidak mau Dilla ikut penasaran juga. "Just make out or.."

  "Ya, cuma make out. Aku sangat marah saat itu. Untung ada Brian yang tiba-tiba datang," ujar Ghea sambil tersenyum.

  "Masalah itu, tidak perlu dibahas lagi," celetuk Raffael dengan nada datar.

  "Aku tidak akan melupakan kejadian itu."

  Raffael mendengus. "But, I will."

  "Dilla, bagaimana masalah dengan keluargamu?" tanya Ghea tiba-tiba yang membuat Dilla tersedak. Raffael pun refleks memberikan minum.

  "Ghea, apa maksudmu?" tanya Raffael sambil menggeram.

  "Kau tahu darimana?" tanya Dilla setelah mengatur napasnya.

  "Aku hanya bertanya," jawab Ghea santai.

  "Kau tidak bisa ikut campur dalam kehidupanku, begitupun dengan kehidupan kekasihku," ujar Raffael sambil menatap Ghea tajam.

  "Kalian hanya sepasang kekasih, tapi sudah tinggal satu rumah." Ghea tersenyum mengejek.

  "Sejak kita berakhir, apapun masalahku, itu bukan urusanmu lagi. Begitupun masalah kekasihku."

  "If you wanna know, I'm engagged." Ghea mengangkat telapak tangannya, menunjukan jari manis nya yang terdapat cincin dengan satu permata yang indah. "I treated you as my little brother, Raffael. Aku ingin kau mendapatkan yang terbaik," ujar Ghea sambil tersenyum tipis.

  "Kau bertunangan dengan siapa?" tanya Raffael heran.

  "Ayah angkatku," jawab Ghea santai, tapi membuat Dilla tersedak untuk kedua kalinya. Sedangkan Raffael, tanpa sengaja ia membanting ponselnya.

  Ghea terbahak melihat reaksi Dilla dan Raffael. "Everything is complicated."

  Saat Ghea menghentikan tawanya, wajahnya kembali serius. "Cepatlah selesaikan masalahmu, Dilla. Jangan menjadi parasit yang merepotkan orang lain," ujar Ghea sambil tersenyum sinis. Ia mengangguk pada Raffael, lalu berjalan keluar restoran ditemani beberapa orang berpakaian hitam.

💐💐💐

VOTE.. VOTE.. VOTE..

Amare [ALS #1] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang