Pastikan kamu sudah vote sebelum membaca dan comment sesudah membaca😉
💐💐💐
Chapter 46 - Karena Terlalu Baper
+
If you let me try, just one night, I can prove.
💐💐💐
SESUAI jadwal, bazar yang sudah di persiapkan dari seminggu yang lalu akhirnya dimulai. Banyak murid dari sekolah lain datang hanya untuk menonton Mind of Us, sedangkan orang tua murid juga banyak yang datang untuk menyerbu barang-barang yang dijual di bazar itu.
"Genita!" panggil Raffael saat cowok menyelesaikan penampilannya di panggung.
"Kenapa?" tanya Genita dengan jantung yang berdebar.
"Gue mau teh dong, gak dingin yaa," ucapnya pada Genita yang kebetulan menjaga stand minuman.
"Kenapa gak dingin?"
"Gue kan harus nyanyi lagi habis ini," jawab Raffael. "Eh, gimana penampilan gue tadi?" tanyanya.
Genita mengulum senyumnya, "Bagus kok, gue suka..," jawabnya sambil menyerahkan gelas yang berisi teh hangat pada Raffael.
"Ah, jadi malu. Nih uangnya, kembaliannya ambil aja buat disumbang," ujar Raffael.
"Makasih," ucap Genita seraya mengambil uang yang diberikan Raffael.
"Sama-sama!" sahut Raffael setelah ia menyeruput minumannya.
"Woi, Raff!" seru Darius yang membuat Raffael menghampiri cowok itu.
"Kenapa?"
"Lo gak jadi ke toilet? Mending lo ke toilet sekarang aja, mumpung kelas 10 lagi tampil," saran Darius.
Raffael mengangguk setuju, "Bener juga ya," ucapnya. "Oke deh, nih buat lo. Kalau udah mau giliran kita tampil, cari gue di toilet," lanjutnya sambil memberikan teh manis itu pada Darius.
Setelah mendapat izin dari Darsan dan Asrul, Raffael berjalan santai menuju toilet untuk memenuhi panggilan alamnya.
"Ada yang baru, huh?"
Raffael yang sedang mencuci tangannya langsung mendongkak dan tersentak saat melihat Dilla berada di pantulan cermin. For god sake, ini toilet laki-laki!
"Lo ngapain di toilet laki-laki?" tanya Raffael setelah menarik Dilla keluar dari toilet itu.
"Nyamperin lo."
Raffael menggelengkan kepalanya pelan. Apalagi yang diinginkan gadis itu? Bukannya ia sudah bahagia dengan Daniel?
"Buat apa?"
"Dari hari Selasa, lo nganterin cewek pulang. Itu siapa?" tanya Dilla pelan.
"Lo gak perlu tahu," sahut Raffael cuek.
"Jujur, gue bingung sama perubahan sikap lo yang kayak gini. Kita harus bahas masalah ini sampai selesai, Raffael," ujar Dilla.
"Gak ada yang perlu dibahas."
"Gue tahu kalau tahun lalu gak ada pesta tahun baru di rumah Darsan," pancing Dilla. "Kenapa lo bohong sama gue?" tanyanya.
"Lo tuh ngeyel banget deh kalau di bilangin. Gue bilang, gak ada yang perlu di bahas!" bentak Raffael, cukup membuat Dilla tersentak.
"Lo tuh terlalu childish, Raffael. Lo pasti gak tau apa yang terjadi waktu lo ninggalin gue waktu itu!"
"Gue terlalu childish?" Raffael menggelengkan kepalanya pelan. "Yes, I am too childish and stupid to love you," lanjutnya sambil berjalan meninggalkan Dilla.
"Raffael!" panggil Dilla. "Astagaa..," gumamnya. Menurutnya, kalau punya masalah itu harus segera di selesaikan, bukannya saling menghindar seperti ini.
Mau tak mau, Dilla harus menunggu bazar ini selesai agar bisa kembali mendapat kesempatan untuk berbicara berdua dengan Raffael.
💫💫💫
"LO liat Raffael, gak?" tanya Dilla pada Darius, Darsan, dan Asrul saat mereka istirahat di backstage setelah bazar berakhir.
"Kayaknya di rooftop," jawab Darsan.
"Makasih!"
Sepeninggal Dilla, Asrul dan Darius kompak menjitak kepala Darsan. "Ngapain lo ngasih tau, begok?"
"Kenapa emang?" tanya Darsan bingung.
"Raffael kan, lagi bareng Genita. Lo mau ada perang dunia lagi?"
"Oh iya ya," gumam Darsan sambil mengusap tengkuknya.
Dilla berjalan cepat menuju rooftop sekolahnya untuk mencoba memperbaiki hubungannya dengan Raffael.
"Wah, bener juga kata lo. Tempat ini bagus juga," komentar seseorang yang suaranya agak asing di telinga Dilla. Cewek itu menghembuskan napasnya lega karena sekarang sedang bersembunyi di pintu rooftop. Kalau tidak, mungkin ia bisa merusak percakapan antara Raffael dengan perempuan yang akhir-akhir ini dekat dengan cowok itu.
"Ya, tempat ini sepi juga," sahut Raffael sambil mengangguk setuju.
Dilla menggigit bibir bawahnya, Sepi? Emangnya mereka mau ngapain? batinnya. Entah mengapa, tiba-tiba ia merasa jijik dengan Raffael.
"Jadi, lo kesini mau ngomongin apa?" tanya Raffael yang membuat Dilla menghembuskan napasnya lega. Ternyata mereka hanya ingin private talk, bukan ingin melakukan hal yang tidak-tidak.
"Tapi jangan marah ya?"
"Iyaaa," jawab Raffael ogah-ogahan.
Genita meneguk salivanya dengan susah payah, sampai akhirnya ia berkata, "Raff, kayaknya gue suka sama lo," katanya yang membuat Raffael mengerutkan keningnya.
Ya, hanya lima kata yang terucap dari bibir Genita, tapi mampu membuat Dilla perlahan-lahan berjalan mundur, lalu berbalik dan berlari meninggalkan rooftop dengan jantung yang berdegup kencang. Bagaimana kalau Raffael menerima pernyataan cinta dari Genita dan melupakan kenangan mereka berdua?
🍂🍂🍂
KAMU SEDANG MEMBACA
Amare [ALS #1] ✔️
Teen Fiction[COMPLETED] Jangan pernah jatuh cinta. Itulah prinsip yang ditanamkan baik-baik di pikiran Aradilla Zavani Wijaya. Cewek yang masih berusia 16 tahun itu membentengi dirinya sendiri dari rasa cinta. Dilla bukan anak broken home, atau anak yang melamp...