Pastikan kamu sudah vote sebelum membaca dan comment sesudah membaca😉
💐💐💐
Chapter 26 - Ujian
~
I remember the day you told me that you were leaving.
💐💐💐
"WOY! Diem aja lo. Kenapa lu?" tanya Darsan sambil menepuk bahu Raffael pelan.
"Gue lagi belajar buat ujian besok," jawab Raffael.
"Gak usah bohong sama gue. Gue, Asrul, sama Darius tuh anak IPS!"
Raffael menaikkan sebelah alisnya bingung. "Terus?"
"Tingkat kepekaan anak IPS tuh lebih tinggi, coy!"
Mendengar candaan Darsan yang sangat receh, Raffael terkekeh pelan. Ia melempar buku tulisnya ke lengan Darsan.
"Gak ngaruh, bego!"
Darsan memperhatian Raffael dengan cermat. "Lo emang kelihatannya belajar, tapi gue lihat, mata lo tuh kayak gak lagi baca buku. Cerita aja, curhat ke temen gak cupu- cupu amat, kok."
"Siapa yang bilang cupu?" Raffael mendengus kesal.
Satu detik..
Dua detik..
Tiga detik..
Empat detik..
"Gue ngerasa Dilla ngejauh dari gue," celetuk Raffael. Ia mengabaikan Darsan yang menyeringai.
"Bokap sama Nyokapnya nyuruh gue sama Dilla belajar bareng tiga kali seminggu. Tapi, abis belajar, that's all. Dia gak ngomong apa-apa lagi. Gue line juga gak pernah dijawab."
"Lo suka sama Dilla?" tanya Darsan sambil menaikkan sebelah alisnya.
Raffael menggeleng. "Belum tau."
"Cari tahu dong." Darsan mendecak kesal. "Dilla emang terkenal karena dia judes. Jadi, belum ada cowok yang berani deketin dia. Tapi.." Darsan menatap koridor depan kelas Raffael lurus-lurus. "Gue gak suka sama tuh cowok," lanjutnya.
Raffael mengikuti arah pandangan Darsan, lalu mendengus kecil saat melihat Dilla yang kelihatannya sedang mengobrol dengan Evan.
Teeet.. teeet..
"Wah udah bel masuk, gue balik ya!" Darsan bangkit dari tempat duduk Dilla yang berada didepannya. Saat berpapasan dengan Dilla dan Evan, Darsan hanya menyeringai kecil, lalu kembali ke kelasnya.
💫💫💫
"BELAJAR yang rajin, ya." Lina menepuk pelan pipi Dilla dua kali.
"Iya. Lagian aku bukan anak SD yang harus dinasihatin kayak gitu."
"I just try to fix our problem," sahut Lina.
Dilla mengecup pipi Lina, lalu tersenyum. "You fixed it."
Lina ikut mengembangkan senyumnya, lalu mengecup kening Dilla. Setelah itu, Dilla pun keluar dari mobil dan melambaikan tangannya kearah Lina yang masih setia menunggu sampai punggung Dilla hilang dari pandangannya.
"Dilla!"
Dilla menoleh kearah sumber suara, lalu mengerutkan keningnya saat melihat Evan yang berjalan menuju kearahnya. Saat ini mereka berdua sudah menjadi pusat perhatian karena suasana koridor yang ramai dan suara Evan yang kelewat berisik.
"Kenapa?" tanya Dilla sambil bersidekap, berusaha memasang wajah jutek, sesuai dengan topengnya selama ini.
"Santai dong mukanya. Masih pagi juga," gerutu Evan.
"Gak suka?" tanya Dilla sambil menaikkan sebelah alisnya.
Evan menggeleng pelan, lalu memberi isyarat agar mereka mengobrol didepan kelas. Dengan raut wajah kesal, Dilla menurutinya.
"Gimana tentang pertukaran pelajar itu?" tanya Evan.
Dilla menggeleng. "Gak, gue gak ikut pertukaran pelajar itu."
"Kenapa?" tanya Evan lagi.
"Dua minggu setelah ujian nanti, gue bakal pindah ke Paris," jawab Dilla sambil menatap Evan lurus-lurus, seakan sedang mencermati reaksi Evan.
"Serius?" tanya Evan kaget.
Dilla mengangguk. "Sementara ini, jangan sampai orang lain tahu. Renata gak tahu tentang ini."
"Oke," sahut Evan sambil mengangguk.
Saat mendengar bel masuk berbunyi, Dilla pun berjalan masuk kedalam kelas diikuti Evan. Saat ingin masuk, Dilla menaikkan sebelah alisnya saat melihat Darsan menyeringai kearahnya, entah apa maksudnya.
🍂🍂🍂
SETELAH persiapan selama berminggu-minggu, akhirnya tiba saatnya penentuan, yaitu ujian. Setelah belajar habis-habisan ditambah dengan shalat malam, Dilla siap untuk menempuh ujian kali ini, yang mungkin adalah ujian terakhirnya disekolah ini.
Setelah ujian hari pertama selesai, Raffael menghampiri ruang ujian Dilla yang berbeda dengannya, lalu menghampiri cewek yang sedang merapihkan peralatan ujiannya. Raffael mengulurkan tangannya.
"Gue mau bilang makasih karena udah ngajarin gue tentang materi yang belum gue tahu," ujar Raffael saat melihat Dilla menatapnya bingung.
"Sama-sama," sahut Dilla singkat sambil membalas uluran tangan dari Raffael.
"Gue duluan," ucap Raffael, lalu meninggalkan Dilla sendiri.
Dilla menghembuskan napasnya kasar. Jujur, ia sedikit merindukan Raffael. Apalagi saat mereka berada di festival malam itu. Tapi, ia takut jatuh cinta dengan Raffael. Ia takut sakit hati, apalagi sebentar lagi ia akan pindah ke negara lain, dan pergi meninggalkan semua yang ada disini.
💐💐💐
KAMU SEDANG MEMBACA
Amare [ALS #1] ✔️
Teen Fiction[COMPLETED] Jangan pernah jatuh cinta. Itulah prinsip yang ditanamkan baik-baik di pikiran Aradilla Zavani Wijaya. Cewek yang masih berusia 16 tahun itu membentengi dirinya sendiri dari rasa cinta. Dilla bukan anak broken home, atau anak yang melamp...