Pastikan kamu sudah vote sebelum membaca dan comment sesudah membaca😉
🍂🍂🍂
Chapter 44 - Never be the Same
<>
Our Love is never be the same anymore.
🍂🍂🍂
"RAFFAEL!"
Cowok yang namanya dipanggil itu tetap melanjutkan langkahnya, sampai mereka tiba di lobby sekolah.
"Kenapa lo lari, hah? Pengecut amat jadi orang," cibir Dilla sambil berkacak pinggang. Nafasnya terengah-engah karena mengejar Raffael.
Raffael menghentikan langkahnya, lalu menghampiri cewek yang dari tadi dihindarinya itu. "Ada apa?" tanyanya.
"Kenapa waktu itu lo ninggalin gue?" tanya Dilla setelah mengatur napasnya.
"Bukan urusan lo," jawab Raffael sambil berbalik, hendak meninggalkan Dilla lagi.
"Jelas urusan gue. Karena lo ninggalin gue sendirian, gue hampir.." mati karena kedinginan, lanjutnya dalam hati.
"Hampir apa?" tanya Raffael dengan nada menantang.
"Rahasia. Sekarang lo cukup kasih tau gue, kenapa lo ninggalin gue sendirian?"
"Darsan ngajak gue party dirumahnya," jawab Raffael sambil menatap perubahan ekspresi Dilla. Melihat ekspresi cewek itu yang biasa saja, Raffael mendengus pelan, "Udah kan? Kalau gitu gue balik," lanjutnya.
Dilla tidak merespon, cewek itu cukup syok mendengar alasan Raffael yang sangat-sangat tidak masuk akal. Saking takutnya tidak mengikuti party dirumah Darsan, cowok itu rela meninggalkannya sendirian di tempat yang katanya paling romantis itu.
"Dill, kok lu ninggalin gue sih?" tanya Renata sambil mengerucutkan bibirnya.
"Gue harus nemuin Raffael dan nyelesain semuanya," jawab Dilla sambil menatap punggung Raffael yang menjauh.
"Apa semuanya udah selesai?"
Dilla tersenyum tipis, "Semuanya udah selesai," jawabnya.
Renata ikut tersenyum, lalu mengusap pundak sahabatnya itu. "Ke parkiran, yuk!"
"Ayo!"
Sambil berjalan menuju parkiran, Dilla menatap sekelilingnya, melihat perubahan-perubahan apa saja yang terjadi di sekolahnya setelah 6 bulan ia tinggal.
"Gak ada yang berubah," celetuk Renata, seolah tahu apa yang sedang diperhatikan oleh sahabatnya itu.
Dilla terkekeh, lalu menaikkan sebelah alisnya saat melihat Darsan, Asrul, dan Darius sedang memperhatikan sesuatu.
"Eh, lo mau kemana?" tanya Renata saat melihat Dilla berjalan menuju gerbang sekolahnya.
Dilla memberi isyarat kepada Renata untuk mengikutinya. Renata yang tidak mengerti apa-apa hanya menurut, lalu mengikuti sahabatnya itu.
"Eh buset, Raffael udah dapet yang baru aja," ucap Darsan sambil menggelengkan kepalanya.
Dilla mengikuti arah pandang ketiga cowok itu yang menuju ke halte depan sekolahnya. Dilla menggigit bibir bawahnya saat melihat Raffael menuntun tangan cewek—yang entah siapa—untuk memeluk pinggang cowok itu.
Sepeninggal Raffael dengan motor ninja-nya, Dilla menghampiri ketiga teman Raffael. "Darsan!" panggilnya.
Ketiga teman Raffael itu terlonjak kaget, lalu membalikkan badannya.
"Kenapa Dill?" tanya Asrul.
"Gue manggil Darsan," sahut Dilla ketus, membuat Darsan menelan salivanya dengan susah payah, takut sudah melakukan sesuatu yang membuat Dilla emosi.
"Kenapa Dill?" tanya Darsan akhirnya.
"Waktu tahun baru.., lo buat party dirumah?" tanya Dilla hati-hati.
Darsan terkekeh, "Mana mungkin, gue aja tahun baru kemarin liburan ke Connecticut sama keluarga, sekalian buat liat-liat Yale University, calon kampus gue," jawabnya.
"Yehh, malah curhat lagi lo," ledek Asrul sambil terkekeh. Kekehannya langsung terhenti saat Dilla menatapnya tajam.
"Lo berdua tahun baru kemarin kemana aja?" tanya Dilla pada Asrul dan Darius.
"Gue ke Thailand," jawab Darius.
"Gue ke Hongkong," jawab Asrul.
"Lo semua jujur kan?" tanya Dilla memastikan.
"Demi Allah, dahh," jawab ketiganya kompak.
Dilla mengangguk, lalu pergi meninggalkan mereka bertiga, diikuti Renata.
"Kenapa lo nanya tentang tahun baru?" tanya Renata heran.
"Gue cuma nyari referensi buat liburan tahun depan," jawab Dilla, berbohong tentunya.
Renata menghela napasnya, sadar kalau sahabatnya ini berbohong. "Kalau gitu, gue balik ya. Lo balik bareng Pak Adi kan?" tanyanya sambil melirik kearah Pak Adi yang sedang berdiri di depan mobil keluarga Dilla.
Dilla mengangguk, lalu melambaikan tangannya pada Renata yang menaiki mobilnya. Setelah mobil Renata hilang dari pandangannya, cewek itu tersenyum pada Pak Adi, lalu menaiki mobilnya.
Di sepanjang perjalanan menuju rumahnya, Dilla sibuk merenung. Bayang-bayang Raffael yang pergi sambil membonceng seorang perempuan.., membuatnya iri karena apa yang terjadi diantara Raffael dan dirinya sudah tidak sama lagi.
💐💐💐
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Amare [ALS #1] ✔️
Teen Fiction[COMPLETED] Jangan pernah jatuh cinta. Itulah prinsip yang ditanamkan baik-baik di pikiran Aradilla Zavani Wijaya. Cewek yang masih berusia 16 tahun itu membentengi dirinya sendiri dari rasa cinta. Dilla bukan anak broken home, atau anak yang melamp...