Pastikan kamu sudah vote sebelum membaca, dan comment setelah membaca😉
💫💫💫
Chapter 6 - Kerja Kelompok
~
So pull me closer, why don't you pull me close?
💫💫💫
"SAMPAI," gumam Raffael sambil mematikan mesin mobilnya.
Dilla mematikan ponselnya tanpa menjawab pesan dari Evan, lalu melihat sekelilingnya. Rumah yang lebih besar dari rumahnya, tapi memiliki suasana yang asri dan kekeluargaan, bahkan bisa dilihat dari luar betapa nyamannya rumah ini. Kalau rumahnya, dari luar pun terlihat sepi dan membuat suasana terlihat tidak nyaman.
"Mau ngerjain tugas dimana?" tanya Dilla.
"Diruang belajar gue aja," jawab Raffael.
"Raffael," panggil seseorang yang membuat Raffael dan Dilla menoleh kearah sumber suara.
"Hai, Ma." Raffael menghampiri wanita itu dan mengecup pipinya.
Rayna—mamanya Raffael—tersenyum. "Hai. Kamu bawa teman?" tanyanya.
Raffael mengangguk. "Ada tugas kelompok. Kenalin, Ma. Temanku, Dilla."
Dilla tersenyum sopan, lalu menyalami tangan Rayna.
"Yaudah, kalian belajar dulu. Nanti Mama buatin makanan. Dilla, anggap aja rumah sendiri ya," ujar Rayna sambil menyunggingkan senyumnya.
Dilla mengangguk. "Iya, Tante."
Raffael pun mengajak Dilla masuk ke ruang belajar yang dimaksudnya tadi.
"Nih, laptop gue."
Dilla menerimanya, lalu mulai menyalakan laptopnya.
"Lo setiap hari belajar disini?" tanya Dilla sambil duduk depan meja belajar.
"Kadang. Kalo gue gak mood, gue belajar dikamar dan ujung-ujungnya tidur," jawab Raffael.
Tanpa banyak bertanya lagi, Dilla mulai mengetik dalam diam.
"Sebenernya gue tinggal disini udah 2 bulan yang lalu. Gue balik ke Indonesia karena gue yang minta, karena menurut gue, suasana disini lebih nyaman daripada Amerika."
Dilla berhenti mengetik. "Siapa?"
"Gue."
"Yang nanya!"
Melihat Raffael mendengus, Dilla tertawa kecil.
"Tugas gue apa?" tanya Raffael yang masih menatap Dilla yang tertawa.
Dilla menghentikan tawanya, lalu berdehem sebentar.
"Lo bacain yang gue garisin, terus gue yang ngetik," jawab Dilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amare [ALS #1] ✔️
Jugendliteratur[COMPLETED] Jangan pernah jatuh cinta. Itulah prinsip yang ditanamkan baik-baik di pikiran Aradilla Zavani Wijaya. Cewek yang masih berusia 16 tahun itu membentengi dirinya sendiri dari rasa cinta. Dilla bukan anak broken home, atau anak yang melamp...