Pastikan kamu sudah vote sebelum membaca dan comment sesudah membaca😉
💫💫💫
Chapter 48 - Explanation
-
What if we rewrite the stars?
Say you were made to be mine💫💫💫
"APA-apaan, nih?!" Renata menyibak selimut yang menutupi tubuh Dilla, lalu memaksa sahabatnya itu untuk bangkit dari tidurnya.
"Lo kenapa sih?" tanya Dilla ketus.
"Kan gue udah bilang kalau hari ini gue mau ngajak lo ke suatu tempat," jawab Renata kesal.
"Terus kenapa?"
"Harusnya gue yang nanya, kenapa lo belum siap-siap?"
Dilla mendengus, lalu mengambil handuknya yang tergantung di pintu toilet.
"Gue tunggu dibawah, Dill!" teriak Renata.
"Iyaaa!" balas Dilla dengan nada yang lebih tinggi.
Renata tersenyum puas, lalu berjalan ke ruang tamu untuk menemui Raka. "Kapan berangkat kuliah, Bang?" tanyanya sambil duduk di sebelah Raka.
"Kalau lo sama adek gue udah pergi, baru gue berangkat," jawab Raka.
"Kalau Dilla udah siap dari tadi, kita udah berangkat kali, Bang."
"Emang lo mau pergi kemana?"
"Rumah temen gue, dia gebetannya Raffael gitu. Dilla ngira mereka jadian, padahal enggak."
Mendengar nama Raffael disebutkan, rahang Raka mengeras. "Dilla masih deket sama tuh orang?" tanyanya.
"Lo kenapa sih, Bang? Gue tahu kalau Raffael udah bikin Dilla pingsan bahkan sampai mimisan. Tapi, Raffael gak tau apa-apa, dan gue yakin kalau dia tahu apa yang terjadi di Paris kemarin, dia bakal nyesel banget, pasti."
"Ya, akhir-akhirnya tinggal penyesalan, Renata. Semua orang tau itu, dan kalaupun dia nyesel, gue tetep gak akan maafin dia," ujar Raka.
"Gak bisa gitu dong, Bang!"
Raka menghela napasnya, "Gue bakal maafin dia, jika dia bisa buktiin ke gue kalau Dilla bahagia," ucapnya.
"Gue tahu, setiap kakak tuh pengen adeknya bahagia," ujar Renata.
Raka tersenyum, lalu mengusap rambut Renata. "Gue tahu kalau lo kesepian karena gak punya kakak. So, mulai sekarang lo bisa anggep gue sebagai kakak lo," ujarnya.
What? Cuma sebagai kakak ya, batin Renata dengan senyum palsunya.
"Buset dah, pacaran mulu deh lo, Ren," ucap Dilla yang tiba-tiba sudah berada di depan ruang tamu.
Raka dan Renata sontak terkesiap, "Lo berdiri di situ dari kapan, Dill?" tanya Renata.
"Well, cukup lama sampai gue ngerasa kalau telinga gue panas," jawab Dilla sambil menyeringai.
Renata meneguk salivanya dengan susah payah, lalu bangkit dari duduknya dan merangkul bahu sahabatnya itu.
"Kalau gitu, kita berangkat dulu ya, Bang!" Renata menyunggingkan senyum miringnya pada Raka.
"Oke, have fun!"
Dilla mengecup pipi Raka, "Aku berangkat ya Bang," ucapnya.
"Jangan pulang malam-malam," pinta Raka yang diangguki Dilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amare [ALS #1] ✔️
Jugendliteratur[COMPLETED] Jangan pernah jatuh cinta. Itulah prinsip yang ditanamkan baik-baik di pikiran Aradilla Zavani Wijaya. Cewek yang masih berusia 16 tahun itu membentengi dirinya sendiri dari rasa cinta. Dilla bukan anak broken home, atau anak yang melamp...