Assalamu'alaikum sahabat :-)
Barakallah fii kum
Selamat membaca. . .
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•“Kita mau kemana lagi kak?”
“Mau pulang dek.”
“Tapi ini bukan jalan ke rumah.”
“Kita udah ngak punya rumah lagi, untuk sementara, kita tinggal di apartemennya
Farell dek.” Alisha menangis mendengar penjelasan kakaknya.“Kenapa kak? Rumah kita kenapa?”
“Nanti kakak certain ya.” Farell yang mendengar percakapan mereka, merasa
bersalah, ia takut jika nanti Alisha membencinya karna semua ini ulah papanya.Sampai di apartemen Victor menceritakan apa yang sudah terjadi pada Alisha, tak
hentinya Alisha menangis.“Aku ngak nyangka kalau Om Erwin selicik itu, aku pikir dia orang yang baik,
ternyata kebaikannya itu hanya pencitraan semata.” Alisha sangat benci pada Erwin saat ini, itu jelas terlihat dari pandangan matanya.“Sudahlah dek, lupain aja.”
“Kenapa harus kakak yang dia inginkan? Dan kenapa harus keluarga kita yang
menjadi korban dari kelicikan dia? Aku benci kak, aku benci dia.”“Semua sudah terjadi, bencipun kita sekarang, itu tidak akan merubah keadaan.”
“Maafin Alisha kak.” Victor memeluk Alisha.
“Maafkan papaku, karna dia, kalian jadi menderita seperti ini.”
“Kakak ngak salah kok, ini semua sudah menjadi takdir kami.”
“Tapi Sha..”
“Sudahlah Rell, kami tidak menyalahkanmu atas kejadian ini, malah kami harus berterimakasih padamu karna sudah banyak membantu kami.”
“Aku senang bisa kenal kalian.”
“Kami juga senang kenal orang kayak kakak.”
🌿🌿🌿
Farell kembali ke rumahnya dengan hati kesal, kenapa harus papanya yang
menyebabkan semua ini. Farell segera menemui papanya saat sudah sampai di rumah.Erwin duduk santai di depan TV menonton berita sambil sesekali menyeruput kopi.
“Kenapa papa tega sekali berbuat keji pada keluarga Om Rizki?” Erwin kaget mendengar putranya datang marah-marah.
“Duduklah dulu, tidak baik baru datang langsung marah-marah begini.” Farell duduk di samping Erwin, dia mematikan TV yang menyala sejak tadi.
“Apa Victor cerita padamu nak?”
“Aku malu punya papa sepertimu, kau tega merampas sesuatu yang bukan hakmu.”
“Kau berani bicara seperti ini pada papamu?”
“Papa tidak pernah cerita padaku kalau aku memiliki saudari, selama ini yang aku
tau, aku ini anak tunggalmu.” Erwin kembali menyeruput kopinya.“Papa memang memiliki seorang putri dari hasil nikah siri papa dengan seorang
perempuan Amerika, sebelum papa menikahi mamamu nak.”“Kenapa papa tidak pernah menceritakan hal ini padaku?”
“Karna papa rasa hal itu tidak penting.”
“Tidak penting?”
“Ya, memang tidak penting.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Kemauan Pasti Ada Jalan [Telah Terbit]
SpiritualCerita ini ana revisi lagi ya sahabat. Akan ada nama tokoh dan alur yang sedikit dirubah dan akan di publikasi secara lengkap kembali :) Jangan lupa komen dan votenya ya :) suara sahabat sangat berharga :) Meraih cita-cita tak semudah membalikkan t...