Hana PoV
Kurapatkan sweater yang selama seminggu ini tak bosan-bosannya bertengger manis di tubuhku, tanpa berteriak atau merintih kesakitan karena tanganku terus mencengkeram erat benda malang tersebut.
Dingin.
Ini sungguh dingin.
Kuedarkan pandangan ke sekeliling apartemen yang sudah kutinggali selama dua tahun belakangan ini.
Entah mengapa, apartemen ini semakin tidak ramah padaku. Seakan mengejek, setiap aku mengedarkan pandangan ke seluruh sudut apartemen, kenanganku akan dia muncul.
Ya, dia yang pergi meninggalkanku seminggu yang lalu.
Meninggalkanku untuk meraih kebahagiaannya sendiri, mungkin?
Dan ia benar-benar pergi.
Ia berlari dengan cepat, hingga aku tertinggal jauh, jatuh tersungkur - dan hanya dapat menatap punggungnya yang kian menjauh tanpa berkata apapun.
Diriku yang tertinggal sendiri kini terjebak dalam kenangan dan masa lalu.
Aku mendesah dalam, mengutuk aura menyebalkan yang membuatku terus merasa kedinginan.
Aku menggigil hebat, namun terlalu malas untuk bergerak ataupun keluar.
Mengapa apartemen yang biasanya hangat ini tiba-tiba menjadi sedingin es?
Ah,
AIR CONDITIONER.
_##_
"Hana-ya.." suara lembut seorang pria menggelitik indera pendengaran gadis yang sibuk memainkan rambut prianya.
"Hmm?"
"Jung Hana.."
"Ada apa, Park Jimin?"
"Cuddle please?"
Hana merengkuh Jimin ke dalam pelukannya dan ikut membaringkan dirinya di ranjang.
"Hana-ya, tahu tidak-" kata-kata Jimin terhenti sejenak, "mengapa saat membuka pintu dan masuk ke dalam apartemen setelah lama berada di luar, kau merasa seperti masuk ke dalam ruang pembeku?"
"Kenapa?" Hana mengerutkan dahi, bingung kemana arah pembicaraan mereka yang membingungkan itu.
"Air Conditioner." Kata Jimin singkat, namun sukses menambah kerut kebingungan diwajah kekasihnya itu.
"Air Conditioner?"
"Hmm. Jika kosong, ruangan dengan air conditioner menyala akan benar-benar menjadi sangat dingin. Kalau kita menempati ruangan, maka udara akan menghangat," Jimin makin mengeratkan pelukannya.
"Benarkah?"
"Mm-hmm. Jadi, kita harus membuat ruangan ini hangat dengan keberadaan kita. Kalau salah satu dari kita tinggal sendiri, pasti suhu ruangan akan menjadi dingin."
"Yaa, Park Jimin~~ Bagaimana bisa kau merayuku dengan Air Conditioner sebagai tokoh utama!" Hana mengerucutkan bibirnya dengan sebal. Terdengar suara tawa lembut dari Jimin, sebelum Jimin menyentuhkan bibirnya ke bibir Hana dengan tak kalah lembutnya.
_##_
Aku mengusap air mataku yang entah mengapa kembali menggenang setelah kukira mataku tidak dapat memproduksi benda meleleh yang menyebalkan itu lagi.
"Jimin-ah, sudah seminggu aku disini sendiri tanpamu. Benar katamu, aku kedinginan," ucapku seraya melihat foto Park Jimin yang memegang tangan seorang wanita sempurna di sampingnya, seorang wanita yang tampaknya akan menggantikan posisi Hana di hati Jimin mulai saat ini dan seterusnya.
"Semoga kau berbahagia, Park Jimin." Ucapku lirih, kemudian memejamkan mataku, berharap kesedihan dan kepedihan hatiku menghilang dengan kegelapan yang menyelimutiku.
Dan semoga aku tak terbangun lagi.
_##_
Annyeong~~
This is my first fanfict yg dipublish di wattpad, kebanyakan tidak terjamah dan tidak terawat di dalam laptop #gananyaFf ini castnya Jimin BTS~~
Actually biasku di BTS bukan Jimin (GUESS WHO) #gananyalagiSooo buat army khususnya yang ngebiasin Chimchim, and all of my lovely readers, VOMMENT plissseu 😂
Okay cukup talking-talkingnya, anyway thanks buat yg uda mampir baca, and see you in the next chapter~~ ppaiii 👋
Mint
KAMU SEDANG MEMBACA
AIR CONDITIONER (BTS JIMIN FF) || COMPLETED ✔
FanfictionJung Hana, wanita biasa yang terbiasa hidup seorang diri, sampai ia bertemu dengan Park Jimin. Park Jimin, pria penakluk wanita dengan reputasi yang tak terkalahkan, sampai ia bertemu dengan Jung Hana. Lalu, apa hubungan mereka berdua dengan Air Con...