Can We?

4.2K 422 12
                                    

Seoul, April 2015

Hana memandang Air Conditioner yang suhunya diatur oleh suaminya, Park Jimin. Layar digital pada AC menunjukkan angka delapan belas derajat.

Ia menaikkan suhu AC dan meraih remote televisi yang tergeletak manis di meja. Ia menyalakan televisi dan mengganti-ganti channel dengan bosan. Isteri dari Park Jimin itu melirik jam dinding berwarna biru yang tergantung di samping foto pernikahan mereka.

Jam menunjukkan pukul 23.15, namun Jimin belum juga pulang. Hana memutuskan untuk menunggunya sambil menghangatkan makanan untuk pria yang sudah menjadi suaminya selama sepuluh bulan ini.

Setelah menghangatkan makanan, ia hendak duduk kembali di sofa ketika bel pintu berbunyi. Hana melangkahkan kakinya dengan ragu, apakah itu Jimin suaminya? Atau orang lain?

Dalam beberapa langkah, Hana menyambar gagang pintu dan membuka benda berat tersebut.



Tak ada seorangpun.



Yang ada hanya sebuah kotak hitam berukuran sedang, bertuliskan "to : Jung Hana".



Hana segera membawa kotak tersebut ke dalam apartemennya dan Jimin, kemudian meraih cutter dan membukanya.

Betapa terkejutnya Hana ketika melihat benda yang berada di dalam kotak tersebut.

"Park Jimin..."



Hana's PoV

Mengapa rasanya sakit sekali?

Sesuatu yang mengganggu mulai muncul saat pernikahan kami menginjak bulan yang keenam, tepatnya di bulan Desember. 

Aku tahu, ada yang salah pada Park Jimin.

Semenjak Natal pertama kami, ia berubah. Ia jarang pulang kerumah, meninggalkanku sendirian. Ia biasanya pulang dalam keadaan mabuk, padahal aku tahu kalau Jimin tidak bisa minum. Sebenarnya ada apa dengannya?

Situasi ini membuatku bingung, awal pernikahan kami hingga masuk bulan keenam sungguh merupakan masa-masa terindah yang pernah kualami seumur hidupku. Tapi dengan tiba-tiba, semuanya luluh lantak.

Hanya aku yang merasakannya, hanya aku yang takut kehilangan.

Dan di saat-saat seperti ini, tidak ada seorangpun yang berada dekat denganku. Lebih tepatnya, aku yang tidak mau repot-repot membebani mereka.

Hoseok oppa, Namjoon oppa, Tae oppa dan Ahjussi serta imo kini menetap di Jepang. Jungkook juga sedang bersama keluarga tirinya di Jepang. Bahkan hingga sekarang si kelinci itu belum menunjukkan batang hidungnya, meskipun noonanya yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di Amerika sudah berada di Korea.

Aku menghembuskan nafasku dengan kasar, kulirik lagi secarik surat dengan logo pengadilan, yang tergeletak seakan mengejekku.

Ya, itu adalah Surat Cerai.

Surat yang berada di dalam kotak hitam itu bersamaan dengan beberapa foto pria yang sungguh sangat kukenali, sedang bergandengan tangan dengan noona dari Jeon Jungkook - Jeon Jungmi.

Bahuku bergetar, bersamaan dengan air mata yang meleleh dari pipiku. Kukira Park Jimin mencintaiku, sungguh.

Kurasakan suhu di sekitar apartemen kami semakin dingin, membuat getaran pada bahuku semakin hebat. Aku mengusap mataku dengan kasar, sementara foto itu kuremas-remas dengan kesal.

"Apartemen ini dingin sekali... Apa kumatikan saja ACnya, Park Jimin?"

Aku berbicara sendiri, seolah Park Jimin memang berada di sampingku, memelukku dan memberiku kehangatan.

AIR CONDITIONER (BTS JIMIN FF) || COMPLETED ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang