Japan, Winter 2014
Sore itu, Tokyo berada pada suhu terdinginnya. Entah minus berapa, yang jelas jalur pejalan kaki yang biasanya ramai kini sangat sepi. Hanya beberapa orang berpakaian sangat tebal sesekali berjalan cepat menuju halte bus atau masuk ke dalam cafe-cafe dan minimarket yang lebih hangat.
Seorang gadis dengan pakaian yang cukup tebal, namun tidak cukup menghangatkan tubuhnya itu sibuk mengumpat karena mobilnya mogok dan kartu busnya tertinggal. Ia terpaksa menunggu taksi yang tak kunjung muncul di cuaca yang sedingin ini. Gadis itu mengumpat dalam bahasa Korea, kemudian menendang bongkahan salju yang tampak menggoda untuk ia hancurkan.
Gadis itu menendang bongkahan salju itu dengan kaki kanannya, namun sayang posisinya tidak seimbang sehingga membuat dirinya tergelincir.
"Kyaaaa eommaaaa!" Pekik gadis itu, Seo Minyoung.
Tubuh gadis itu sudah siap untuk menghantam tanah, namun yang ia rasakan hanya kehangatan. Minyoung membuka mata dan melihat sesosok lelaki berpakaian tebal nan aneh di dalam pelukannya.
Ah, terbalik.
Minyoung lah yang berada dalam pelukan lelaki itu.
Minyoung tiba-tiba menjadi salah tingkah. Ia menyeimbangkan dirinya yang refleks dibantu oleh lelaki itu, kemudian gadis itu membungkuk.
"Arigatou gozaimasu," ucap Minyoung berterimakasih sambil membungkuk sopan. Ia mengira, lelaki dibalik pakaian tebal dari ujung kaki hingga ujung kepalanya itu adalah seorang pria paruh baya dengan postur tinggi. Bagaimana tidak, wajah lelaki itu tak terlihat, bahkan ia menggunakan kacamata aneh - seperti kacamata ski, atau kacamata renang?
"Ah, ne, cheonmaneyo." Kata pria itu dalam bahasa Korea. Minyoung mengerutkan dahinya. Suara pria itu sangat halus dan enak didengar - tidak seperti suara paman tua, dan ia berbicara dalam bahasa Korea.
"Ah, maaf tadi aku mendengarmu mengumpat dalam bahasa Korea," ucapnya dengan nada geli.
Pipi gadis itu pun memerah, merasa malu.
"Ah, jadi ahjussi orang Korea?" Tanya Minyoung. Meskipun suaranya terdengar muda, Minyoung tidak mau mengambil resiko.
"Ahjussi? Aigooo, aku masih muda, nona." Ucap pria itu dengan kekehan yang samar-samar dapat Minyoung dengar.
"Ah, benarkah? Kalau begitu jwisonghamnida..."
"Hoseok, Jung Hoseok," ucap pria itu.
"Jwisonghamnida, Jung Hoseok-ssi..." ucap Minyoung salah tingkah.
"Sudahlah, tidak masalah. Aigooo, disini dingin sekali, apa kau mau ikut denganku ke cafe itu?" Tanya Hoseok dengan nada ramah yang dapat Minyoung rasakan. Setelah menimbang-nimbang, Minyoung pun mengangguk - seketika melupakan janji temu dengan ayahnya yang sibuk.
Mereka berjalan beriringan menuju jalur penyeberangan. Kebetulan lampu pejalan kaki menyala hijau, sehingga Hoseok menggamit lengan Minyoung supaya ikut menyeberang. Minyoung pun terkejut, terbukti dengan tangan gadis itu yang menegang.
"Ah, mianhae. Aku terbiasa menyeberang dengan ibuku, dan aku selalu melakukan hal ini," ungkapnya, namun ia tak melepaskan tangannya dari lengan Minyoung. Gadis itu pun hanya mengangguk canggung. Hoseok pun melepaskan tautan tangannya setelah mereka berhasil menyeberang.
Mereka pun memasuki cafe, dan mengambil tempat duduk di sudut ruangan. Mereka duduk berhadapan, dan pelayan menyodorkan menu dengan sopan.
"Pilihlah, my treat," ucap Hoseok sebisa mungkin dengan nada sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AIR CONDITIONER (BTS JIMIN FF) || COMPLETED ✔
FanfictionJung Hana, wanita biasa yang terbiasa hidup seorang diri, sampai ia bertemu dengan Park Jimin. Park Jimin, pria penakluk wanita dengan reputasi yang tak terkalahkan, sampai ia bertemu dengan Jung Hana. Lalu, apa hubungan mereka berdua dengan Air Con...